Sebagian anak tengah mendapatkan kasih sayang berbeda dari kedua orangtuanya. Mereka akan sering diminta untuk mengalah. Sosok anak tengah diharapkan bisa mencontoh sang kakak, dan memberikan contoh untuk sang adik.
Kadangkala anak tengah seolah tidak dianggap kehadirannya oleh keluarga. Anak tengah juga menanggung beban harus mengerti keadaan.
Beda lagi dengan Rimba. Dia terlahir sebagai anak tengah di keluarga Jovetic. Dirinya mendapatkan kasih sayang sama rata dari kedua orangtuanya.
Baik ayah atau ibunya. Mereka akan menghukum anaknya apabila bersalah. Bahkan sang adik juga pernah dihukum akibat kesalahannya sendiri. Rimba adalah anak yang sering dihukum oleh kedua orangtuanya karena ulahnya sendiri.
Anehnya, dia tidak merasa kapok untuk melakukan kejahilan. Seperti sekarang dirinya dihukum dengan cara digantung terbalik oleh ayahnya.
"Kau tahu kesalahanmu apa, Rimba?" tanya Stevan.
"Tidak tahu," jawab Rimba santai.
"Renungkan kesalahan kamu disini hingga sore hari," ujar Stevan.
"Okey deh," sahut Rimba santai.
Stevan pergi meninggalkan sang putra begitu saja. Tadi pagi Rimba menjahili Stevan lumayan parah. Yaitu membakar dokumen penting milik Stevan.
Rimba biasa saja. Sejak kecil sering dihukum menjadikan Rimba terlalu biasa atas hukuman dari Stevan. Dari kejauhan ada sosok Fano memperhatikan sang kakak kedua.
Anak kecil berusia sembilan tahun itu mendekat kearah Rimba. Rimba tersenyum melihat sang adik berlari kearahnya.
"Kakak kenapa tidak bilang saja bahwa itu salah?" tanya Fano.
"Biar abs kakak terlihat," jawab Rimba tidak nyambung.
Fano akui bahwa kakak keduanya ini sedikit lain dibandingkan sang abang Argo. Memang benar sih dengan posisi Rimba yang terbalik. Kaos yang digunakan olehnya melorot ke bawah memperlihatkan abs milik Rimba.
"Gimana dek?" tanya Rimba.
"Maksud kakak apa sih aku tidak paham," jawab Fano tidak mengerti.
"Abs kakak keren tidak?" tanya Rimba.
"Bagus kok. Cuma kakak kalah sama abang dan papa," jawab Fano jujur.
"Mereka saja yang sering melakukan aksi bunuh diri hingga ke gym setiap minggu. Kakak dilarang terus ke gym sih. Kata papa aku masih kecil, padahal adek yang anak kecil disini," gerutu Rimba.
"Habisnya kata abang waktu itu kakak lemparin barbel ke orang sih," ujar Fano.
"Kakak kesel tahu dikatain imut," ujar Rimba.
Fano menarik pipi kanan Rimba dibalas pekikan tidak terima oleh sang kakak. "Heh! Pipi kakak jangan ditarik begitu!" protes Rimba.
"Kakak sering cubit pipi adek. Sekarang gantian tahu," ujar Fano.
"Oh awas ya! Kakak balas kamu!" pekik Rimba.
Fano memeletkan lidahnya, dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Rimba tertawa akan tingkah laku sang adik.
Telah beberapa jam Rimba melaksanakan hukuman. Perut Rimba mulai berbunyi akibat sudah saatnya jam makan siang.
Langkah kaki seseorang membuyarkan lamunan Rimba. Ternyata itu sosok sang ayah Stevan. Ia memerintahkan hukuman Rimba selesai. Saat Rimba akan terjatuh tubuhnya ditahan oleh sang ayah.
Stevan mengelus rambut Rimba yang sudah sangat basah akibat terpapar sinar matahari. "Kamu mandi dulu. Kita makan siang bersama," ujar Stevan.
Rimba diam. Ia memeluk leher Stevan sangat erat. "Malas jalan," gumam Rimba.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rimba
Fiction généraleNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Rimba dan jovetic sosok anak tengah yang menjadi pelipur lara bagi keluarganya. Remaja yang setiap hari akan membuat sang ayah menghela nafas kasar akan segala tindakan nakalny...