PT 3

2.4K 147 26
                                    

Jeno sedang mengemudi dengan kecepatan tinggi, semua atas permintaan jaemin. Mereka berdua begitu cemas saat yuta baru saja mengabari Jeno, kalau winwin di larikan ke rumah sakit. Jeno tanpa berpikir panjang langsung mengajak jaemin pergi ke rumah sakit dan meninggalkan haechan di mall. Yuta mengabari Jeno, jika winwin pingsan dan mimisan tadi saat di tinggal pergi oleh jaemin, karena itu yuta langsung membawa winwin ke rumah sakit.

" Om, bunda kenapa." Ucap jaemin dengan mata berkaca-kaca

" Om tidak tau na. Tapi, tadi tuan yuta nelpon om dan bilang kalau bunda pingsan dan juga mimisan. Sekarang bunda dan tuan yuta sudah berada di rumah sakit."

" Om, ayo lebih cepat lagi."

" Sabar na, kita ga bisa terlalu ngebut. Itu sangat beresiko."

Jaemin dilanda rasa takut sepanjang perjalanan, dia terus-terusan memainkan jari nya dan meneteskan air mata. Baru kali ini dia mendengar kondisi sang ibu seperti itu. Dia sangat takut terjadi sesuatu dengan winwin.

Begitu sampai di rumah sakit, jaemin langsung berlari menuju ke ruang rawat sang ibu. Nampak di sana tubuh winwin sudah terpasang alat medis dan ada yuta duduk di sampingnya.

" Ayah." Panggil jaemin dan langsung memeluk yuta.

" Bunda kenapa, yah."

" Bunda tadi pingsan di kamar mandi, dan saat ayah cek ada darah yg keluar dari hidung bunda."

" Dokter bilang apa yah, bunda ga kenapa-kenapa kan."

" Bunda kena penyakit leukemia dan itu sudah di tahap yang sangat serius, selama ini bunda menyembunyikan penyakitnya dari kita dan tadi dokter bilang, kalau bunda menolak untuk kemoterapi."

" Tapi, bunda bisa sembuh kan yah." Tanya jaemin dan menatap ayahnya dengan wajah yang berderai air mata.

" Kemungkinan kecil, tapi masih bisa di usahakan dengan kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang. Tapi yang cocok itu adalah sumsum dari keluarga bunda sendiri. Kamu kan tau selama ini tidak ada keluarga bunda. Satu-satunya cara, kita harus bujuk bunda untuk kemoterapi."

" Ayah, ayo lakukan segala cara. Nana mau bunda sembuh kaya dulu. Nana ga mau bunda ninggalin kita, yah."

" Iya, ayo kita rawat bunda, bareng-bareng. Kamu juga bantu ayah, buat bujuk bunda agar mau mengikuti pengobatan dan kamu juga harus bikin bunda semangat."

" Iya ayah, Nana mau. Yah, keluarga bunda benar-benar ga ada ya."

" Ayah ga tau pasti nak, ayah ga tau Dimana saja keluarga bunda. Tapi selama ini, kita sama sekali ga pernah ketemu dengan keluarga bunda."

Yuta benar-benar shock atas berita yang ia terima, dia juga bingung harus berbuat apa. Alternatif terbaik yaitu transplantasi sumsum tulang, tapi dia tidak tau keberadaan keluarga besar istrinya. Dan satu-satunya yang bisa di lakukan, hanya kemoterapi. Yuta sangat terpukul dengan keadaan ini, tapi dia tidak ingin memperlihatkan kesedihannya di depan sang anak. Apalagi anak dan istrinya butuh dia, untuk melewati ini semua. Semoga segala usaha yang mereka lakukan, membuahkan hasil.

" Nana." Panggil winwin dengan suara seraknya. Dan hal itu membuat jaemin mengurai pelukannya bersama sang ayah.

" Bunda ." Balas jaemin dengan mata yang bengkak dan wajah yang basah karena air mata.

" Kamu kenapa menangis, sayang. Bunda gapapa kok, nak."

" Kenapa bunda bohong ke Nana dan ayah. Kenapa bunda ga jujur soal penyakit bunda."

" Bunda cuma ga mau, kamu dan ayah jadi sedih dan kepikiran aja, sayang." Ucap winwin yang berusaha menggapai wajah sang anak yang sudah basah.

" Penyakit bunda sudah separah ini, dan bunda menutupi semua dari Nana dan ayah."

" Sayang, kenapa kamu ga ngomong ke kakak sih. Kakak merasa ga berguna selama ini, kamu sendirian menanggung semuanya."

" Kak, bukan begitu maksud aku. Aku cuma ga mau kakak dan Nana Jadi kepikiran."

" Tapi, penyakit kamu sampai separah ini. Berapa lama kamu menutupi dari kakak."

" Kak, aku juga baru tau, beberapa bulan belakangan. Dan penyakitnya juga berkembang begitu cepat, sampai kondisi aku kaya sekarang ini."

" Kenapa kamu menolak permintaan dokter untuk kemoterapi."

" Semua harus ada persetujuan keluarga kak, dan aku ga berani buat bilang ke kakak dan Nana. Aku juga takut buat kemo, karena efek dari kemo nanti itu sangat mempengaruhi kondisi tubuh aku."

" Tapi, dengan kamu menolak perawatan dari dokter, itu sama saja kamu ingin bunuh diri dan ingin lebih cepat meninggalkan kakak dan Nana."

" Bunda, kenapa bunda tidak coba hubungi keluarga bunda saja, kita bisa lakukan transplantasi sumsum tulang dan itu alternatif terbaik."

Mendengar ucapan sang anak membuat winwin terdiam, yuta yang paham situasi langsung mengalihkan topik.

" Setelah ini mau ya, kamu ikut kemo saja. Kakak akan temani kamu setiap jadwal kontrol setelah ini."

" Tapi kak, itu percuma saja. Aku ga bakal bisa sembuh." Jawab winwin dengan mata berkaca-kaca.

" Sayang, walaupun kamu hanya punya peluang 1% untuk sembuh. Kakak akan lakukan apapun caranya agar kamu sembuh. Kakak ga mau, kamu meninggalkan kakak dan Nana. Ingat sayang, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kamu harus yakin itu dan tolong bekerjasama dengan kakak. Tolong semangat untuk sembuh sayang."

" Bun, mau ya. Bunda harus sembuh, bunda harus temani Nana sampai Nana kasih bunda cucu-cucu yang lucu nanti."

" Kamu mau kan sayang."

" Baik kak, aku mau."

" Terima kasih sayang." Ucap yuta sambil mengecup kening sang istri.

ProtectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang