HI I'M BACK
...
Setelah sambungan video call dengan Gege dan adiknya Haechan dimatikan, Jeno dengan sigap melindungi bagian wajahnya dengan bantal,takut jika si kecil Na mengamuk dan mencakarnya lagi, bisa habis wajah paripurnanya ini.
Tapi saat Jeno rasa tidak merasakan serangan apapun tapi pendengarannya mulai menangkap suara isak tangis si bungsu lagi dan tak lama suara barang yang di lemparkan ke dinding yang membuatnya langsung membuka bantal yang menghalangi wajahnya.
Jeno melongo melihat keadaan ponselnya yang hancur berantakan di sisi dinding dan si kecil Na yang menangis berguling-guling di kasur.
poor ponsel Jeno.
Jeno tidak perduli dengan keadaan ponselnya yang sudah hancur,Jeno lebih khawatir dengan keadaan si bungsu yang kembali menagis tersedu-sedu, dengan sigap Jeno menangkap tubuh si kecil yang hampir terjatuh dari kasur karna terus berguling.
"Aaaaa hiks.. aaaa.. Ec-ch..an.. ma..ra..h, aaaa ti..dak pu..la..ng, hiks.. huaaaaaaa aaa...aa..aa."
Si bungsu sudah berada digendongannya, seperti koala yang menemplok ke pohon memeluk leher Jeno, menidurkan kepalanya di bahu Jeno,pening mulai Nana rasakan dikepalanya, mungkin efek dari Nana menangis lama.
Jeno menimang badan si kecil agar tenang, menepuk pelan punggungnya, berusaha membujuk si kecil agar berhenti menangis, wajah si bungsu sudah memerah.
"Sudah ya Aegi berhenti menangis, Echan hyung hanya bercanda, kalau Echan hyung sudah membaik besok pasti Echan hyung sama Gege pulang, sekarang Nana berhenti menangis, nanti ini nya sakit lagi, sudah ya."
Si kecil Na hanya mengangguk, menyudahi menangisnya, dengan dada yang masih naik turun meredakan emosi yang membuatnya masih ingin menangis, Jeno terus menimang si kecil seperti bayi agar tenang.
Jeno melihat jam yang melingkar di tangannya, menunjukan pukul lima sore, Dia baru ingat si kecil sudah makan siang dan minum obat atau belum, Jeno lupa bertanya hal itu karena saat bangun tidur tadi si bungsu Park itu sudah menangis.
"Sayang tadi sudah makan siang sama Gege?"Tanya Jeno sama si kecil dengan perlahan agar Jaemin bisa mendengar dengan jelas apa yang Jeno tanyakan, lama tidak mendapakan respon si kecil Nana mengangguk mengiyakan.
"Sudah minum obat?"Lagi-lagi hanya dibalas anggukan si kecil, Jeno merasakan jika Nana sudah mulai tenang, mendusel menyamankan posisinya dan tertidur setelah Jeno kembali menimang tubuhnya.
Jeno membawa Jaemin keluar dari kamarnya,menuju ruang kerjanya, setelah memasuki ruangan kerjanya, Jeno berjalan menuju mejanya tapi yang Dia cari juga tidak ada disana, Jeno berbalik melihat sekitar sekiranya dimana Jeno menaruh barang itu.
Jeno menghampiri sofa yang ada diruang kerjanya, mengambil barang yang tergeletak di atas sofa, ipad yang sedari tadi Jeno cari, Dia ingin menghubungi Renjun, tapi ponselnya hancur setelah menghantam dinding.
Nana masih digendongan Jeno tertidur dengan nyaman tanpa merasa terganggu dengan Jeno yang berjalan kesana kemari, Jeno juga tidak berniat menurunkan si bungsu sama sekali, tubuh Nana begitu ringan, di usianya yang sekarang tubuhnya bahkan lebih kecil dari anak seusianya, dan bagaimana bisa yang berisi hanya kedua pipi bulatnya, sungguh menggemaskan Jeno ingin menggitnya tapi tidak Jeno takut kena amuk kelinci ganas itu.
Jeno berjalan kearah meja kerjanya, menaruh Ipad disana dengan posisi berdiri dengan sandaran Ipadnya,mencoba menghubungi saudara kembarnya disana, Jeno belum sempat menanyakan keadaan Haechan sekarang dan apa dia akan bertukar tempat lagi atau tidak.
Jeno duduk di kursi kerjanya tentu saja dengan Jaemin yang masih digendongannya, masih dengan posisi koala memeluk pohon tidak terlalu erat seperti saat tadi si kecil menangis, Jadi Jeno memeluk si kecil dengan sebelah tangan kirinya, dan tangan yang satunya, menghidupkan layar komputernya, Dia baru ingat jika kerjaannya belum selesai.
Renjun tidak menjawab panggilannya entah karena sibuk, atau emang atas keusilan si kecil Haechan yang tidak mau mengangkatnya, nanti saja Jeno mengirim pesan ke Renjun.
Jeno melanjutkan pekerjaannya ditemani Nana yang masih tertidur mendekapnya seperti guling, Jeno lebih terlihat seperti duda beranak satu yang harus mengurus anaknya sendiri, padahalkan Jeno masih terlihat muda, mapan, dan tampan sayangnya jomblo, ada yang mau?.
30 menit berlalu Jeno masih sibuk dengan kerjaannya,sedikit lagi pekerjaanya rampung, sebelum ketukan pintu mengintrupsi kegiatannya.
"Masuk Demian!"
Setelah mendapat izin dari sang Tuan, Demian memasuki ruangan kerja, menghampiri Tuannya yang masih menatap laptopnya, yang membuat Demian heran kenapa Tuan muda Na nya tertidur digendongan Jeno.
"Maaf Tuan Jeno,"
"Katakan!"
"Semua sudah dibersihkan, dan semua pekerja besok mulai aktif tapi jika Tuan akan mengganti mereka dengan yang baru, Saya akan mencari ,Tuan Renjun juga meminta agar lebih selektif memilih para pekerja."
"Tidak perlu! tapi sebelum mereka bekerja Saya akan menemui mereka, dan tolong Kamu pastikan jika mereka semua pekerja lama yang memang sudah dipercaya!"
"Baik Tuan, ada yang perlu saya bantu lagi?"
"Besok tolong siapkan untuk merayakan ke 10 Nana dan Haechan!"
"Baik Tuan, saya harus siapkan di Rumah Sakit,"
"Tidak perlu, Besok Haechan sudah kembali, keadaanya sudah membaik, tapi tidak perlu Ramai, buat saja seperti piknik di taman belakang,sore hari Haechan akan kembali, jadi sebelum sampai, pastikan semuanya sudah siap,"
Fyi Jeno sudah mengirim pesan memalui Ipadnya ke Renjun menanykan keadaan Haechan dan menanyakan pukul berapa si Kecil Na harus minum obat saat malam, jujur saja Jeno memang tidak terlalu tau tentang hal ini, karna Jeno terlalu sibuk bekerja karna tuntutan sang Ayah, yang membuatnya tidak bisa memiliki waktu bermain dengan kedua adik kecilnya.
Renjun mengatkan jika Haechan keadaanya mulai membaik, dan seharusnya besok si beruang kecil itu masih harus dirawat sehari dua hari lagi,tapi Haechan tetep keukeh ingin segera pulang, Renjun memang biasa menghadapi Haechan, tapi jika si Haechan sudah keras kepala, anak itu sudah tidak mau mengubah keiinginannya.
"Baik Tuan, ada lagi Tuan, apa Tuan butuh untuk Tuan muda Na?"
"Tidak perlu, sebentar lagi, kerjaan saya selesai, besok cansel pertemuan kita dengan klien,"
"Baik Tuan,"
Setelahnya Demian hendak pamit keluar, tapi berhenti melangkah dan kembali berbalik menghadap Jeno.
"Cari infomasi seputar adik Tyuzu!"
"Baik Tuan."Setelahnya Demian membungkuk lalu meninggalkan ruang kerja Jeno.
Jeno menyelesaikan kerjaannya, sedikit merentangkan persendianya yang terasa tidak nyaman, berdiri menegakan tubuhnya, membenarkan gendongan Nana yang merosot, si bungsu tidak terganggu sekali, tapi ngeri juga kalo ternyata adiknya ini pingsan.
Jeno mencubit pipi si kecil pelan, mencoba membangunkannya, sekarang sudah pukul 17.50 adiknya harus bangun harus mandi, dan makan malam.
Jeno sepertinya lupa atau memang tidak ada rasa kapok mengganggu si kelinci ganas dari ketentramannya.
Sorry to short and typo
want to next chap just L&C
PAI SALAM ANAK KOALA HAHA
![](https://img.wattpad.com/cover/242527644-288-k603157.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He's not same with Us!
Fanfic"Bunny prioritasku,Beruang musuhku,"-Renjun . "Si kembar dulu baru cari istri!"-Jeno . "Bunny mulu Bunny mulu,Bearnya kapan?!"-Bear . "Bunny udah gede,Bear pendek masih kecil,"-Bunny .. Heyoo Brothership nih Bukan bxb Yang lengket" ma abang aha..