03 (21+)

6.5K 13 0
                                    

Setelah sampai di rumah Clienzzo yang akan jadi tempat tinggalnya, survei ke kamar tidur langsung dilakukan.

Berada di lantai dua, dengan ruangan lain yang juga ada di sekelilingnya.

Namun, kamar utama yang dihuni oleh Clienzzo berada di lantai satu, dekat dengan areal dapur dan meja makan.

Limmia bisa menerima suasana tempat tinggalnya. Apalagi, ia diberikan ruang sendiri di lantai dua. Baginya cukup.

Hidup satu atap dengan sang mantan kekasih, bukanlah perkara yang mudah untuknya. Meski, mereka beda lantai.

Terlebih, saat sadar bahwa masih ada sisa rasa di hatinya untuk Clienzzo. Yang artinya jika berdekatan teru, akan beri pengaruh pada perasaannya sendiri.

Limmia sudah memiliki rencana lain, yaitu pergi menginap ke hotel bintang lima. Ia akan lakukan diam-diam.

Kini, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lebih lima puluh lima menit. Akan segera berganti hari.

"Oke, ayo lakukan sekarang." Limmia menyemangati dirinya sendiri.

Lalu, bergegas bangun dari kursi kayu yang menyatu dengan meja belajar. Ia melangkah hati-hati dan pelan.

Pintu dibuka perlahan-lahan. Tak lupa perhatian dipusatkan penuh ke depan guna melakukan pengintaian.

Tetap harus waspada. Misalkan Clienzzo tiba-tiba naik ke lantai dua, disaat ia berkeinginan meninggalkan rumah.

Pikiran Limmia memanglah berisikan beberapa kemungkinan. Ia pun sudah memikirkan cara dalam mengatasi juga.

Dirinya tetap sosok yang terencana. Tak akan dibiarkan keadaan menang. Justru harus tujuannya yang terealisasi.

Termasuk meninggalkan rumah sang mantan kekasih. Sebab, rasanya tidak akan aman tinggal bersama Clienzzo.

Persetan, dengan perintah ayahnya. Ia sudah mantap melanggar, tentu harus menanggung risiko apa pun nanti.

Kemarahan sang ayah yang besar, pasti akan menjadi konsekuensi pertama dihadapi. Entah kapan terjadi, tepatnya.

"Pikirkan saja itu nanti, Mia. Yang kau mesti lakukan adalah pergi dari sini."

"Malam ini saatnya. Jika tidak sekarang, kau tidak punya kesempatan lagi."

"Jangan ragu. Kau bisa. Kau tidak boleh takut karena kau juga berhak bebas."

Setelah merasa kata-kata sarat sugesti untuk diri sendiri sudau cukup, napas pun diembuskan dengan panjang.

Detakan jantung seperti biasa akan jadi kencang, saat kegugupan melanda. Dan upaya menstabilkan napas, tak dapat cukup membantu meraih ketenangan.

Perasaan akan terganggu, selama belum dituntaskan misi. Maka dari itu, mesti segera dilakukan untuk tahu hasilnya.

Persetan dengan perintah sang ayah. Ia tidak akan menuruti. Keputusan sudah bulat untuk melanggarnya.

Dibandingkan tersiksa sendiri harus menetap satu atap dengan sang mantan kekasih. Tidak akan bisa diatasinya.

"Kau pasti bisa, Mia."

Sedetik selesai berbicara, Limmia pun mengambil tasnya. Lalu, melangkah cepat menuju ke pintu kamar.

Keluar dari dalam ruangan, tidak ada masalah yang mengikuti. Lancar-lancar saja. Bahkan, hanya butuh waktu tidak sampai semenit melakukannya.

Tangga yang terletak di ujung, menjadi sasaran selanjutnya. Ia melangkah ke sana dengan laju gesit, tentu tanpa ada suara ditimbulkan oleh kakinya.

Keadaan cukup gelap. Namun, tidak sampai menghalangi. Ia masih dapat melihat dengan jelas, saat menuruni anak tangga satu demi satu.

Mencapai lantai dasar rumah Clienzzo pun tak sulit. Tanpa masalah didapat.

Suasana hening dirasakan. Tapi, tidak mencekam yang membuatnya menjadi takut, walau lebih minim pencahayaan lampu dari lantai dua tadi.

Pintu utama pada kediaman Clienzzo, terletak berdekatan dengan tangga. Ia sudah hafal tempatnya. Melangkah langsung ke arah sana, tentu saja.

"Mau ke mana kau pergi, Mia?"

Penerangan menjadi penuh, bersamaan dengan pertanyaan dilontarkan oleh suara yang sangat dikenali dengan baik.

Benar, milik sang mantan kekasih.

"Aku akan pergi." Limmia berujar jujur dan penuh akan ketegasan juga.

"Aku tidak bisa tinggal di sini. Aku tidak nyaman hidup bersamamu, Clien."

"Bukankah dulu saat kita berdua masih berpacaran, kita tinggal bersama, Mia?"

"Itu dulu! Kau tidak bisa bandingkan seperti sekarang. Status sudah berbeda."

"Lalu, kau mau aku bagaimana supaya kau tidak pergi dari sini, Limmia?"

"Menurutmu apa yang mesti sangat kau perbuat? Jangan bertanya padaku!"

"Apa kau ingin tidur denganku?"

Limmia berdecak sinis. "Tidur dengan kau? Sementara, kau tidak tunjukkan ketertarikan seperti dulu, Clien?"

Senyuman meremehkan lantas dirinya tunjukkan. "Tapi, aku akan menggoda dirimu dan kau akan menyukainya."

"Kau akan menggodaku? Seperti apa?"

DEWASA III [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang