"Aku akan menggodamu!" Seruan yang lantang, sengaja Limmia loloskan.
"Aku yakin kau akan tergoda. Aku muak melihatmu menjadi orang munafik. Kau pasti akan tergoda," pertegas Limmia.
Napasnya lebih memburu dibandingkan tadi karena rasa jengkel yang semakin besar pada Clienzzo Green.
Ucapan-ucapan sang mantan kekasih menusuk hingga ke bagian hati paling dalam. Menyinggung harga dirinya juga.
Akan dilawan. Sebab, tak bisa diam saja dan menerima sindiran pria itu. Kalah sebelum berperang, bukan prinsipnya.
Harus diprovokasi Clienzzo karena sang mantan kekasih, paling tidak suka saat dirinya membantah atau menantang.
Cukup diketahui sifat Clienzzo itu. Dan selama menjalin kasih, sang mantan pun kerap gemar mendominasi dalam hubungan yang mereka bangun.
"Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak setuju aku menggodamu, Prof?"
"Atau kau berpikir untuk melihat apa aku benar akan menggodamu?" imbuh Limmia dengan nada kian menantang.
"Berhenti bersikap berlebihan, Mia."
Kedua telinga semakin memana dengar bagaimana Clienzzo bicara dalam nada yang masih sinis. Tatapan tetap tajam dan menusuk, tepat padanya.
Segera didekatkan diri ke pria itu. Dada membusung dan napas kian tersengal. Efek kejengkelan yang turun meningkat.
Jarak di antara mereka pun dibuatnya tersisa tidak sampai sejengkal. Begitu dekat sampai nyaris bertubrukan.
Mereka masih menatap satu sama lain, dengan sama-sama dalam sorot mata yang tak menyenangkan, tentunya.
Limmia sangat kesal. Sementara, sang mantan kekasih, entahlah apa tengah dipikirkan terhadapnya, tak bisa untuk ditebak dari pancaran netra Clienzzo.
Lagi pula, sekalipun kemarahan besar yang pria itu rasakan padanya, tidak akan mengubah apa pun baginya.
Terkhusus, rencana untuk menggoda pria itu, sesuai akan apa tadi dikatakan.
Sudah terluncur dari mulut, maka ia harus merealisasikan dengan tindakan yang nyata di hadapan Clienzzo.
Hal pertama dilakukan, yakni semakin mendekat ke arah pria itu. Jarak yang disisakan, kurang dari sejengkal saja.
Reaksi Clienzzo ditunggu. Mungkin sang mantan kekasih berniat menjauh lewat cara mendorongnya. Siapa tahu begitu.
Namun, setelah satu menit berlalu, tak ada reaksi apa pun ditunjukkan oleh Clienzzo. Hanya menatapnya lekat.
Sorot mata pria itu belum berubah sejak tadi. Malah semakin tajam dan terpusat pada dirinya. Bahkan, tak berkedip.
Jika begini, maka rencana harus segera dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Tak bisa ditunggunya lebih lama lagi.
"Aku akan membuka bajuku. Akan aku perlihatkan payudaraku yang baru."
Kalimat godaan dengan nada mesra, ditambah aksi melepaskan kaus tengah dikenakan secara cepat, bagian dari misinya. Tak ada kesulitan melakukan.
Bra lantas menyusul. Enggan dibuang waktu dengan hanya melihat reaksi wajah datar diperlihatkan Clienzzo.
Setelah bra tertanggal, dua buah dada tentu terekpos jelas di hadapan sang mantan kekasih. Sesuai rencananya.
"Kau tahu? Payudaraku sekarang lebih besar dibanding terakhir kau lihat."
"Apa kau tahu, aku berbuat apa pada payudaraku agar menjadi lebih besar?"
Mulut lancar berbicara, kedua matanya pun masih memandang intens ke sosok sang mantan kekasih guna menyaksikan bagaimana reaksi dari pria itu.
Perubahan kecil terjadi. Terutama, di sepasang mata Clienzzo. Tampak kian melebar kedua pupil pria itu.
Limmia mengindikasikan jika mantan kekasihnya kaget melihat apa yang ia tengah lakukan, yakni memamerkan payudara tanpa sehelai kain penutup.
Tentu, belum berakhir pertunjukkan.
Akan dibuat dirinya telanjang secara keseluruhan, tak ada satu pun pakaian yang menjadi penghalang nantinya.
"Kau harus melihat payudara baruku dan berikan komentarmu, Clienzzo."
Tidak butuh ditunggu mantan kekasih menanggapi ucapannya dahulu untuk menunjukkan aksi yang secara nyata.
Bahkan, dengan cepat dibuka atasan tengah dipakai. Satu demi satu kancing dilepaskan sambil melihat Clienzzo.
Pria itu pun masih memandangnya.
Dan, memang hal demikian diharapkan dilakukan oleh sang mantan kekasih. Ia tidak perlu meminta atensi Clienzzo.
Setelah kemeja terbuang dari tubuhnya, dilanjutkan cepat dengan membuka bra berenda melekat di buah dadanya.
Mudah ditanggalkan.
Dalam hitungan beberapa detik, sudah mampu dipamerkan payudaranya.
Reaksi sang mantan kekasih? Tentu kali ini ada. Tidak seperti yang tadi.
Mata Clienzzo membulat. Pupil tampak lebib besar. Diperhatikan dengan jelas.
"Tambah besar bukan? Semakin padat juga dari yang terakhir kau nikmati."
"Kau pasti akan suka mencicipi, Clien. Aku berani menjamin," imbuh Limmia.
Jarak dengan sang mantan kekasih pun kian dipendekkan, sehingga tersisa tak lebih dari sejengkal di antara mereka.
Bahkan, muncul keinginan nakal, yakni menarik turun kepala Clienzzo. Lantas, diarahkan tepat ke buah dadanya.
"Kau kenapa diam saja? Tidak mau kau cicipi? Itu akan perdana. Kau pertama yang aku berikan merasakannya. Un--"
"Cukup menggodaku, Mia!"
"Fokus pada kuliahmu dan singkirkan semua masa lalu kita. Kau harus bisa membenahi diri dan pendidikanmu."
"Bantu aku agar dunia tidak mencibirku karena meminta mantan kekasih yang bodoh. Kau bisa lakukan itu, Mia?"
"Belajarlah yang sungguh-sungguh. Kau harus buat aku bangga sudah memiliki mantan kekasih sepertimu, Limmia."
"Terlepas dari tubuh indahmu dan juga payudara besar punyamu yang baru."
PART 05
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWASA III [21+]
General Fiction[follow untuk bisa membaca part 21+] KUMPULAN NOVEL-NOVEL DENGAN TEMA DEWASA. BANYAK ADEGAN TAK LAYAK UNTUK USIA DI BAWAH 18 TAHUN. 🔞🔞🔞🔞🔞