Jarren baru menyadari kebodohannya yang menerima tawaran Selza Smith, saat tiba di penthouse wanita itu. Tepat setelah, logika bekerja menganalisis keadaan.
Benar, tentang kekayaan dari Selza yang tak masuk akal. Sebab, jika dikaitkan dengan profesi murahan wanita itu, rasanya untuk mempunyai harta berlimpah, mustahil.
Tidak bermaksud merendahkan. Justru, ia merasakan kecurigaan yang semakin besar. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatif mengenai sumber penghasilan Selza.
Wanita itu bisa saja merupakan simpan dari pengusaha-pengusaha kaya selama periode waktu tertentu, sehingga bisa banyak uang yang bisa dikumpulkan oleh Selza Smith.
"Kau mau vodka atau sampanye?"
Jarren langsung menolehkan kepalanya ke sudut lain ruangan tamu guna bisa melihat si pemilik rumah. Tidak sulit menemukan sosok Selza Smith, hitungan detik saja.
Wanita itu berada di dekat areal mini bar, tepatnya berdiri di depan lemari es seraya memandang dirinya dengan tatapan yang menggoda, ya seperti biasa.
"Bir saja."
Jawabannya hanya mendapat tanggapan anggukan pendek. Dan, harusnya segera dipindahkan atensi dari wanita itu. Namun, belum barang sedetikpun bisa dilakukan.
Masih terus diperhatikan Selza. Bukan pada sosok wanita itu. Melainkan, pakaian yang sedang dikenakan. Lingerie seksi. Hanya menutup bagian dada dan daerah paling intim Selza. Sisanya terekspos jelas..
Radar pria dewasa bekerja dengan baik, tak bisa mengabaikan pemandangan sensual. Bahkan, memberikan reaksi segera untuk kejantanannya. Lebih mengeras, tentu saja.
Andai wanita itu bukanlah Selza Smith, bisa dipertimbangkan bercinta tanpa ada beban rasa jengkel atau amarah. Cukup tuntaskan nafsu. Sayangnya, tak bisa demikian.
"Kau hanya mau bir? Tidak mau minuman yang lain? Aku punya vodka, Tuan."
Jarren gelengkan kepala satu kali, sebagai balasan. Mulut sudah ditutup supaya tak terluncur balasan dari mulutnya yang bisa saja, berupa kata-kata bernada sinis.
"Kau tidak payah soal minuman bukan? Kau bisa habiskan berapa gelas paling banyak?"
Masih belum dibuka mulut. Tapi, matanya sudah semakin tajam ke menatap Selza yang belum berhenti tersenyum menggoda.
Diperhatikannya setiap gerakan wanita itu secara saksama. Dan kini, Selza tengah tuang bir ke dalam gelas yang terletak di meja.
Lima detik kemudian, Selza sudah berikan benda tersebut padanya. Jarren pun segera mengambil, namun tak langsung diminum.
Masih belum ingin dipindahkan atensi dari sosok Selza. Dan aksi wanita itu yang duduk di atas pangkuannya, tentu mengejutkan.
Ingin didorong. Tapi, Selza sudah lebih dulu lingkarkan kedua tangan di lehernya. Lalu, bibir wanita itu mendekat begitu cepat.
Ciuman pun terjadi.
Jarren menutup mulut. Tak akan diberikan akses pada wanita itu untuk mencumbu dirinya. Rasa jijik pun mendatangi Jarren.
Kedua tangan sudah berada di lengan kiri dan kanan Selza, hendak menyingkirkan wanita itu. Sayang, lagi-lagi ia terlambat.
Selza sudah mengakhiri ciuman. Tapi, tidak beranjak bangun dari atas pangkuannya.
Mereka berdua saling bersitatap, lantas.
"Kau payah, Tuan."
Selza menaikkan salah satu sudut bibirnya, ingin ditunjukkan ekspresi sinis. Dilakukan dalam usaha memancing amarah Jarren.
Tentu, Selza belum selesai dengan sindiran. Ia masih akan keluarkan kata-kata. Bahkan lebih pedas daripada yang tadi.
"Kau ternyata sangat payah, Tuan."
"Aku kira kau termasuk pria yang dominan dan pintar bercumbu, tapi dugaanku salah."
"Tidak untukmu, Wanita Jalang."
"Ckckck." Selza mengeluarkan decakan sarat akan ejekan. Begitu juga dengan caranya memandang Jarren.
"Kau merasa aku tidak pantas untuk merasakanmu, Tuan? Kau menganggap aku seorang jalang yang mungkin kau pikir aku ini sudah rusak dan kotor."
"Bagaimana kalau sebaliknya? Aku ini harta karun yang tersembunyi."
Jarren semakin muak dengan cara si wanita murahan di depannya berbicara. Namun, dirinya merasa tertantang juga. Jika tak membalas, seperti kalah.
"Harta karun? Persetan dengan itu."
"Kau yakin akan menganggapnya begitu saja, Tuan? Bagaimana kalau buktikan dulu? Aku jamin kau akan puas."
Selza tidak ingin perkataannya dibalas dengan kata-kata pedas. Ia pun memilih untuk membungkam mulut dari Jarren lewat ciuman, yang cepat pria itu balas.
Walau, cumbuan sangat kasar.
Tetap saja, Selza tidak menyangka jika Jarren akan memberikan reaksi kilat atas sikap provokasinya.
Selza semakin terkejut, ketika pria itu membuka satu demi satu pakaiannya dengan begitu gesit. Bahkan, nyaris bak merobek. Semua pun tertanggal.
Jika sudah begini, ia dan Jarren akan berlanjut ke tahapan berikutnya yang harus dibuat berhasil, yakni bercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWASA III [21+]
General Fiction[follow untuk bisa membaca part 21+] KUMPULAN NOVEL-NOVEL DENGAN TEMA DEWASA. BANYAK ADEGAN TAK LAYAK UNTUK USIA DI BAWAH 18 TAHUN. 🔞🔞🔞🔞🔞