Marryssa merasakan sekujur tubuhnya merinding karena menerima rengkuhan yang cukup erat dari Anders Scott.
Jarak mereka sudah benar-benar tidak ada sekarang. Tubuh menempel satu sama lain. Hanya dipisahkan pakaian yang masih masing-masing kenakan.
Saling menatap pun sudah dilakukan dengan pancaran mata berbeda-beda. Tapi, tak menimbulkan rasa risi atau ketidaknyaman bagi mereka berdua.
Justru Marryssa kian terhipnotis akan cara Anders menatapnya. Tidak dapat dialihkan pandangan ke objek lain.
Sorot kedua manik hitam pekat pria itu memanglah tajam, tapi seperti memiliki daya magnet yang menciptakan tarikan tak bisa untuk Marryssa hindari.
"Aku akan bertanya sekali lagi. Dan, kau hanya punya satu kesempatan tersisa mengubah jawabanmu. Oke?"
"Soal apa?" Marryssa lekas merespons.
"Soal kau sungguh mau bercinta dengan diriku yang kau setujui tadi."
"Tidak ingin kau mengubah keputusan kau sekarang? Sebelum terlambat."
Marryssa hanya perlu waktu yang tidak lebih dari lima detik untuk menggeleng, dalam beri tanggapan atas pertanyaan dari Anders. Ia sudah sangat yakin.
"Kenapa aku harus mengubahnya, saat aku tidak ingin melakukan kebalikan dari yang sudah aku setujui?" Marryssa menjawab dengan gaya menantang.
"Kau yakin, Marryssa Meyer?"
Kepala dianggukan kembali. Lantas, ia mengalungkan kedua tangan di leher Anders sembari lekat menatap pria itu. Usaha meyakinkan Anders, tentu saja.
"Bukankah kau sendiri yang meminta kita berhubungan seks, sebelum kita meresmikan pernikahan kontrak kita?"
"Dan untuk tahu, apakah kita berdua masih cocok di ranjang, 'kan?" Marryssa menambahkan. Nada suara kian serius.
"Kau ingin kita mulai dari mana? Aku bebaskan kau memilih, Marryssa."
"Mulai dari mana? Kau saja yang ambil bagian memilih. Oke, Mr. Anders?"
"Benarkah aku boleh memilih? Dengan senang hati akan aku lakukan."
Indera pendengaran Marryssa, mampu menangkap setiap kata diluncurkan oleh Anders dengan godaan mesra.
Tentu, sudah dapat dipahami betul arti pertanyaan dilontarkan calon suami kontraknya itu. Dan, ia butuh beberapa saat guna memikirkan jawaban.
Saat otaknya berusaha dibuat bekerja senormal mungkin, Marryssa nyatanya terganggu akan aksi dari Anders.
Ya, pria itu mempererat pelukan seraya semakin mendekatkan wajah, sehingga dapat dirasakan napas halus Anders di kulitnya yang membuat merinding.
Tanpa bisa dicegah, ingatan soal intim dan panas percintaan di ranjang pernah mereka berdua lakukan, berputar apik dalam kepalanya bagai film erotis.
Namun kemudian, dengan cepat hilang. Tepatnya setelah Anders mencium di bagian bibirnya yang terkatup.
Dan, ketika pria mulai melumat sambil menekan tengkuknya, tidak bisa lebih lama dibiarkan mulut tertangkup.
Ada dorongan besar pula dalam dirinya untuk membalas cumbuan pria itu. Tak ingin diakhiri begitu saja.
Tentu, tautan bibir dan lidah mereka adalah awal dari bangkitnya gairah.
Penuntutan atas hasrat seksual tengah bergejolak dalam diri masing-masing, sudah pasti harus dituntaskan dengan bercinta. Orgasme adalah tujuan utama.
"Kau sungguh tidak akan menyesal?"
Marryssa menggeleng kecil. "Tidak akan aku menyesal tidur bersamamu."
"Lagipula, kita sudah pernah bercinta."
Setelah selesaikan kalimatnya, langsung dibuka satu demi satu pakaian melekat di tubuh. Ingin dibuat dirinya telanjang. Niatan pun tak butuh semenit terjadi.
"Aku sudah beri akses. Kau tidak mau memanfaatkannya sekarang, Anders?"
"Sangat mau, Sayang. Aku akan berikan kau kepuasaan seperti dulu."
Marryssa merinding bukan main, ketika Anders memainkan payudaranya. Pria itu meremas kuat. Lantas, digunakan lidah dan juga mulut merasakan kedua puting secara bergantian.
"Kau suka, Marryssa?"
"Iya. Aku suka." Dijawab mantap. "Cepat lanjutkan ke bawah," perintahnya lalu.
Lima detik kemudian, di pangkal paha, dirasakan jemari-jemari Anders yang panjang. Bergerilya masuk hingga ke bagian yang paling dalam.
Lantas, lidah Anders menyusul. Sensasi nikmat kian menggetarkan tubuhnya. Ia begitu suka akan aksi Anders.
Sangat diyakini klimaks akan didapat dengan hebat. Sudah begitu siap untuk diterima dan meraih pelepasan.
Penantian tak sampai lima menit.
Marryssa tetap diam. Tak menunjukkan kenikmatan tiada rasa yang diperoleh dari orgasme diberikan Anders dengan lenguhan-lenguhan yang keras.
Dan, dirinya belum merasa benar-benar puas, setidaknya sampai hubungan seks dengan pria itu dapat terlaksana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWASA III [21+]
General Fiction[follow untuk bisa membaca part 21+] KUMPULAN NOVEL-NOVEL DENGAN TEMA DEWASA. BANYAK ADEGAN TAK LAYAK UNTUK USIA DI BAWAH 18 TAHUN. 🔞🔞🔞🔞🔞