Ikuo mengenal dai sudah cukup lama, namun tidak pernah terpikirkan sedikitpun untuk menyukainya. Namun saat dai menemukan Shun dan melihat bagaimana dai mencintaimya, Ikou jadi menyukai dai mulai mendekatinya. Tapi seiring berjalannya waktu ikuo juga suka melihat wajah Shun yang terganggu dengan kehadirannya, itu kenapa ikuo senang sekali menempeli dai hanya untuk melihat wajah kesal shun.
Dan hal itu menyadarkan ikuo bahwa yang ia sukai bukan dai namun cinta keduanya. Seumur hidup ikuo belum pernah merasakan cinta segila itu, dari sekian hubungan yang ia jalani lebih karna seseorang memintanya berkencan dan ia mengiyakan semudah itu.
Ikuo tidak begitu mengetahui konsep bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain begitu dalam selain dirinya sendiri, bagaimana seseorang bisa merindukan orang lain karena ikuo tidak pernah merasakannya, Dan bagaimana seseorang bisa melakukan apapun hanya agar orang yang disayanginya bahagia, semua itu sangat tidak relevan dengan logikanya.
Ia tumbuh sebagai anak tengah dari 3 bersaudara, semua ekpektasi dan tanggung jawab keluarga tentu diemban anak pertama. Perhatian dan kekhawatiran dilimpahkan pada anak ketiga dan ia sebagai anak tengah seolah kehilangan eksistensinya. Tidak ada ekspektasi begitupun afirmasi. Bahkan saat ia mengumumkan terkait orientasi seksualnya dihadapan keluarganya tidak ada ekspresi lebih selain agar ia tidak membuat skandal yang mempengaruhi citra keluarga. Sampai - sampai saat sang mama tahu kalau dai seorang gay tak henti-hentinya ia mendekati keluarga Nakai untuk perjodohan semata-mata untuk kepentingan perusahaan, membuat ikuo sangat muak.
Saat ikuo tengah memikirkan hidupnya yang membosankan di tepi jalan sambil merokok depan mobilnya tak sengaja ia bertemu Shun. Baru saja melihat wajahnya Shun tampak sudah kesal, benar-benar menggemaskan.
"Kau mau kemana kucing manis?" Tanya ikuo sengaja ingin mengganggu Shun dan selalu berhasil.
"Berhenti memanggilku seperti itu, dasar wajah kotak"timpal Shun sengit, lalu melaluinya begitu saja.
"Kau mau kemana, dimana dai?" Tanya ikuo kini mengikuti Shun, entah kenapa moodnya seketika membaik saat bertemu Shun.
"Dai bekerja, tidak sepertimu yang bermalas-malasan"sahut Shun melirik ikuo yang malah mengikutinya membuat Shun kesal.
"Tentu dai harus bekerja keras dia pewaris perusahaan, kalau aku kan bekerja hanya untuk mengisi waktu luang" jawab ikuo dengan enteng karena memang kenyataannya begitu.
Saat Shun berhenti di sebuah restoran, ikuo menyadari bahwa anak itu kesana untuk makan siang.
"Wah sepertinya resto ini bagus, ayo makan siang bersama" kata ikuo menarik tangan Shun masuk kedalam resto yang tentunya milik kazuto.
"Selamat datang " sambut seorang pria tampan dengan seragam chef tradisinal jepang.
"Shun kau datang dengan Seorang teman? Aku baru melihatnya" tampak chef itu cukup akrab dengan Shun