16 - Targetnya yang mana?

329 35 8
                                    

*
*
*

* * *

Pantatnya berdenyut-denyut sakit akibat hantaman keras saat tubuhnya mendarah ke tanah, tetapi sekuat hati Elise mengabaikan rasa sakitnya dan mengangkat kepalanya.

"....."

Di hadapannya, berdiri seorang lelaki dengan payung yang menutupi bagian tubuh atasnya, menatapnya tanpa ekspresi. Elise berseru gentar tanpa sempat memastikan siapa lelaki itu.

"Tolong, tuan! Se-selamatkanlah ibu saya..."

Elise bisa mendengar para pengawal yang berlari ke arahnya, berteriak keheranan, dan mereka berhenti sebelum membungkuk pada lelaki berpayung itu.

"Tuan Count!"

Lelaki berpayung itu, kemudian merespon Elise dengan suara datar, bahkan tidak mengindahkan para pengawal yang gemetar ketakutan.

"Tunjukkan keberadaan Marisa sekarang!?"

Tepat saat itulah Elise melihat wajah lelaki itu melalui celah payung yang tersingkap.

Lelaki yang belum pernah dilihatnya sebelumnya itu memiliki rambut perak yang persis sama dengan miliknya.

Pengawal menyebutnya sebagai, Count Gerhard Schuvan.

* * *

Elise sempat terlelap.

Ia membuka matanya saat cahaya menembus netra safirnya yang lelap. Begitu ia menegakkan tubuhnya sedikit, sekujur tubuhnya seketika mati rasa, seakan-akan hawa dingin telah menyergapnya semalaman.

"Ugh..."

Ia harus segera merenggangkan tubuhnya yang kaku.

Sambil mendorong kursi dengan tangannya yang lemah, ia nyaris saja tidak berhasil merangkak keluar dari bawah meja .

Seluruh tubuhnya, yang tadinya keram, bergetar seakan-akan menjerit. Itu bukan sensasi yang asing, tetapi juga bukan sensasi yang membuat Elise terbiasa.

Ia nyaris tidak bisa bergerak sama sekali, sebab berbaring tengkurap dengan pipi menyentuh lantai membuatnya tidak bisa leluasa berbaring dengan posisi nyaman.

Hujan yang mengguyurnya hingga ketakutan pada malam sebelumnya telah berhenti--berganti pagi yang cerah. Langit fajar yang terlihat melalui celah jendela yang terbuka itu berwarna sebiru bola matanya.

"Terima kasih Tuhan..."

Setelah memeriksa cuaca, Elise menjatuhkan kepalanya ke lantai lagi. Pipinya kembali menyentuh dinginnya lantai, tetapi kali ini tidak masalah.

Malahan, ia bersyukur karena hawa dingin itu bisa membuatnya kembali sadar bahwa hari ini akan menjadi hari yang melelahkan.

Sebentar lagi, Vanessa pasti akan datang membangunkannya, dan materi yang sempat tertunda karena persiapan debutante di malam perayaan kemenangan akan kembali dilanjutkan.

Pelatihan itu masih menjadi proses yang menguras energi dan terasa sulit bagi otak kecil Elise yang terlambat menerima perkembangan. Proses itu juga menyita kedamaian, tidak tahu akan sampai kapan berlanjut.

I'll make you Break (NOVEL TERJEMAHAN, R19+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang