03 - Koin keberuntungan

655 39 9
                                    

*
*
*

* * *

Elise menaikkan pandangannya. Ia mengamati lelaki itu dan terpana ketika menyadari lelaki itu tampan sekali. Rambutnya berwarna hitam yang ditata dengan potongan rapi. Bentuk tubuhnya tinggi nan gagah, membuat Elise harus mendongakkan kepalanya untuk menatap wajahnya. Bola matanya berwarna merah laksana permata ruby dan keseluruhan komposisi wajahnya menciptakan struktur yang luar biasa tampan dan sempurna.

"Tadi kau baru saja mengatakan, bahwa kau butuh bantuan?"

Lelaki itu masih berdiri gagah di hadapannya, terlihat geli karena Elise hanya terperangah menatapnya. Bahkan di tengah-tengah rasa tidak nyaman yang menyerang perutnya, suara lelaki itu masih terdengar seperti alunan melodi yang indah di telinganya.

Elise mengedipkan matanya yang besar. Ia tergeragap.

'Tapi lelaki rupawan ini jelas bukan Count Schuvan.'

Elise mengenali wajah Gerhard Schuvan, meskipun proses mengingatnya hanya mengandalkan kenangan masa kecilnya.

Seolah-olah lepas pengawasan, pikiran-pikiran yang muncul di kepalanya mengalir keluar dari mulutnya tanpa penyaringan.

"Tapi.....anda bukan Count Schuvan."

Lelaki itu mengerutkan kening, "Ya?"

Elise yang membuka mulutnya sempat merasa ragu, tetapi kemudian sadar bahwa lelaki itu menunggu penjelasannya. "Count Schuvan memiliki ciri fisik rambut perak dan bola mata berwarna ungu. Fisiknya juga sudah terlihat tua. Count Schuvan sudah tidak.....setampan tuan."jawabnya kemudian dengan sopan.

Itu adalah jawaban yang terdengar berani namun tidak asing di telinga si lelaki yang sudah terbiasa hidup dengan menerima pujian. Lelaki itu menganggukan kepalanya, sekejap wajah tanpa ekspresinya runtuh, dan lelaki itu mengeluarkan tawa singkat. Baginya, reaksi gadis itu saat bertemu dengannya adalah hal baru yang cukup menggemaskan.

"Ya, seperti yang kau katakan, aku memang bukan Count."

Bola mata merahnya yang indah menatap Elise dengan binar ketertarikan.

"Tapi aku bisa membantumu."

Setelah mengatakan itu, pria itu langsung menjentikkan jarinya ke arah sang ajudan. Beberapa saat kemudian, sebuah kantong yang berat jatuh di depan Elise.

Namun, sepatu bot berwarna hitam legam nan berat itu lebih dulu menyita perhatian Elise ketimbang kantong berisi perak yang ia jatuhkan.

Kulit sepatu bot itu dipoles mengkilap. Seolah-olah tidak dibiarkan ada setitik debu pun yang menempel pada benda itu. Elise tanpa sadar menarik kakinya dan menyembunyikan sepatu lamanya yang sederhana di balik roknya.

"Kalau begitu aku pamit, semoga beruntung nona."gumam lelaki itu dengan tatapan misterius.

"....."

Ia menganggukan kepalanya ke arah ajudannya, lalu melangkah melewati Elise dan kembali memasuki gerbong kereta.

Elise bahkan tidak berpikir untuk menyentuh kantong itu, ia sibuk mencerna keadaan dan memperhatikan kereta yang hendak bergerak menjauh itu. Kemudian, dengan teriakan kuda yang singkat, roda kereta mulai berputar.

I'll make you Break (NOVEL TERJEMAHAN, R19+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang