04 - Sanksi ke 2

553 40 0
                                    

*
*
*

* * *

Seorang wanita setengah baya dengan surai berwarna dongker disanggul rapi itu menatapnya tajam dengan bola matanya yang berwarna kuning cerah.

Elise nyaris tidak bisa membuka mulutnya untuk bereaksi.

"Vanessa,"gumam Elise lirih.

"Nona masih mengingat saya? Saya pikir nona tidak akan mengenali saya karena saat saya terangkat menjadi pelayan tuan Count Schuvan, nona bersama nyonya selir melarikan diri dari kediaman tuan."

Suaranya tenang, tapi nada bicarannya sarkas. Gemetaran, Elise bergerak mundur.

"Bagaimana kau--tahu tempat ini?"

Vanessa mendecakkan lidahnya.

"Bukankah hari ini nona sendiri yang datang ke kediaman tuan untuk menemui beliau? Bahkan sempat membuat keributan kecil di sana."

Elise terkesiap. Wajahnya pucat pasi.

"Mungkinkah kau mengikutiku?"

"Baiklah, sebut saja ini sebagai bentuk validasi."

Vanessa mengulas senyum. Namun, hanya sudut mulutnya yang melengkung, matanya sama sekali tidak tersenyum.

"Silahkan masuk ke dalam kereta, nona. Saya akan menjelaskan detailnya di sana. Tuan meminta saya untuk menjemput nona untuk tinggal di kediamannya."

Elise menggenggam tangannya yang gemetar dengan erat. Fakta bahwa ia telah dipanggil oleh Count membuatnya takut, bahkan ia tidak berani membayangkan bagaimana nasibnya nanti setelah bertemu dengan lelaki tua itu.

"Tapi, bagaimana dengan ibuku?"

"Saya mendapat kabar bahwa nyonya Marisa sedang dalam kondisi kritis, karena perjalanan menuju kediaman tuan akan memakan banyak waktu, sepertinya mengajak nyonya untuk ikut serta dalam perjalanan ke sana adalah pilihan yang buruk."jelas Vanessa, sorot matanya berubah iba.

"Kau salah, Vanessa. Ibuku-"

"Anda harus ikut saya ke kediaman Count terlebih dahulu. Tidak perlu khawatir, saya akan tetap membawa nyonya dengan kereta yang lain."

Elise menghela napas lega, setelah berpikir panjang gadis itu pun segera melangkah naik ke gerbong kereta yang sudah menunggu.

Saat Vanessa duduk di seberangnya, Elise mendengar pintu gerbong terkunci rapat dari luar. Jantungnya berdentam tak karuan. Hanya kegelapan yang bisa dilihat melalui jendela bertirai itu.

Kegelapan yang pekat dan suram.

Kenangan malam itu mulai merayap kembali. Membuat tubuhnya bergetar ketakutan.

Elise akan selalu gelisah saat memikirkan ibunya. Bahkan tangannya, ia genggam erat-erat dengan harapan bisa menenangkan pikirannya yang berkecamuk, ia takut kalau mereka akan kehilangan satu sama lain lagi.

Tidak ada hal baik yang terjadi jika Elise dan ibunya terlibat dengan Gerhard Schuvan.

'Benarkah mereka akan membawa ibu?"

Usai menenangkan diri, ketakutannya, yang hampir tidak bisa ditenangkan itu, sedikit demi sedikit mereda. Elise menarik napas dan berusaha menelan rasa gamangnya.

'Sebenarnya, ini bisa jadi awal yang baik. Karena satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan ibu saat ini adalah Count Schuvan.'

Elise mencoba merasionalisasikannya. Meskipun sinyal peringatan bahwa itu mungkin saja hanya jebakan terus berdengung di kepalanya, tapi ia tidak punya pilihan lain.

I'll make you Break (NOVEL TERJEMAHAN, R19+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang