Siapa tak tau dia, Amy, begitu biasa ia dipanggil, dan bangganya dengan nama Kamilia Sapphire. Gadis yang dianggap paling berisik, kekanak-kanakan dan jauh dari kesan feminin dari semua murid di kelas.
Wajarnya gadis kelas 2 SMA itu gencar gencarnya berdandan, gosip sana sini dan di-pedekate-in sama cowo cowo.
Tapi Amy? Dunianya hanya penuh dengan, manga, webtoon, novel teenlit, dan musik, juga teman bayangan.
~~
"Muahahaha... bener kan apa aku bilang!"
Lagi-lagi tawa Amy memenuhi seisi ruangan yang disambut dengan eyesrolling oleh teman-temannya.
Mereka hafal betul saat jam kosong begini Amy mulai membuat forum di sudut ruangan. IaㅡAmyㅡ mulai menceritakan hal-hal konyol atau sekedar menimpali pendapat teman seforumnya yang berhasil mengundang gelak tawa.
Kadang Amy juga tak tau apa yang ia bicarakan, meluncur begitu saja mengikuti alur.
"Ko kamu tau sih Am?" Tanya Wina penasaran.
"Tau dong, Amy itu stalker sejati." Tukas Amy percaya diri. "Amy juga tau kamu lagi ce-el-be-ka." Tambahnya.
"Terus Am, Kak Bima gimana." Tanya Gina tak kalah penasaran.
"Ah, elu Gin, move on kek sana, kak Bima lu udah ditelan bumi, gak ada kabar." Jawab Amy sekenanya sambil meneguk minuman dingin yang ia beli saat istirahat tadi.
"Amy jahat ah, masa gitu banget sama kak Bima-ku." Protes Gina sok imut.
"kasian amat lu Gin." Timpal Wina sambil tergelak.
"Ih, kasian si Amy kali cuma bisa stalking." Ujar Sarah tiba-tiba.
"gapapa kali, paling nggak aku bukan tukang galau gak jelas kaya kalian, muahahaha..." Tukas Amy penuh kemenangan.
~~
tet... tet... tet...
Dan akhirnya jam sekolah pun usai, mereka mengemasi buku masing masing dan bergegas pulang.
Dan dunia Amy kembali ke keadaan semula, sepi, sejurus dengan kelas yang mulai kosong, sekosong itulah perasaan Amy sekarang.
Amy menghela nafas berat. Ia memasang earphone di kedua telinganya sedetik kemudian alunan musik klasik menggema di rongga telinganya.
Seandainya saja rumah mereka berdekatan pasti Amy akan main ke rumah mereka setiap hari. Tapi kenyataannya rumah mereka saling berjauhan dan Amy sedang berjalan sendirian menyusuri tepi lapangan basket menuju tempat parkir motornya.
"Hey awas!!!"
Pekikan keras sedikit membuyarkan lamunan Amy dan kemudian...
'dungg...'
Bola basket itu sukses membentur kepalanya dan membuatnya sedikit terhuyung.
"Ish, aduh..." keluhnya, ia memungut bola itu dan membawanya berlalu, ia juga tidak memprotes siapa pelaku tembakan bola liar itu.
"Hei... tunggu!"
Suara pekikan yang sama saat peringatan akan bola yang menghantamnya.
Tapi Amy tidak menggubrisnya, hingga ia merasa tangan kirinya ditarik oleh seseorang.
"Apa?" Ketus Amy, bagaimana tidak, di posisi perut kosong dan kepala berdenyut ia menjadi dua kali lebih galak.
"maaf, bolanya mau aku ambil." Ujar cowo yang menarik tangannya tadi.
Amy memutar bola matanya dan menyerahkan bola itu.
"Nih, lain kali hati-hati. Dasar!" Omel Amy, dan ia pun berlalu.
Tapi tidak dengan cowo yang memanggil Amy tadi, ia masih berdiri disana dengan wajah yang sulit dideskripsikan.
"Hei! Ray, ngapain disitu, mana bolanya!" Seru seseorang dari kejauhan.
~~
Malam minggu begini asiknya memang buat hang out sama teman atau keluarga, dan itu yang bikin Amy dobel merana.
Pasalnya setiap diajak jalan- jalan Ayah dan Ibu Amy selalu menolak. Dan teman, itu ilusi, teman hanya berlaku dari pukul tujuh pagi sampai pukul tiga sore, setelah itu semua jadi asing.
Dan disinilah Amy diantara kenyataan pahit itu. Mengotak atik webtoon, alih- alih mendapat hiburan ia malah merasa sangat ditohok kenyataan.
~~~
Ray's POV
Masih dengan wajah yang tak bisa dideskripsikan dan konsentrasi yang menguap entah kemana, sungguh demi apa aku bermain basket dengan sangat awut awutan.
Untung saja ini bukan turnamen sungguhan tapi tetap saja para senior itu menginginkan sebuah kemenangan.
"Kau ini kenapa sih Ray, sejak abis ngambil bola dari si Amy tadi, permainanmu buruk." Keluh Reza di akhir latihan.
"Kayanya aku kena sinyal negatifnya cewe tadi." Sangkalku sembarangan.
"Hush! Jangan sembarangan gitu gitu si Amy itu..." ucapan Reza terputus dan itu membuatku semakin penasaran.
"Ah, kau cari tau sendiri aja." Tambahnya kemudian meleggang pergi meninggalkan tanda tanya besar di kepalaku.
Jadi namanya Amy, aku sering berpapasan dengannya saat di kantin. Setahuku dia sangat ceria, tapi kenapa yang aku temui tadi berbeda. Seperti bukan Amy yang biasanya. Eh, tapi memangnya aku kenal Amy? Bagaimana bisa aku menyimpulkan Amy seperti memiliki dua kepribadian. Saat dia sendiri dan bersama temannya. Dia sangat berbeda, hmmm... menarik.
"Hey Ray, ngelamun mulu, ntar kesambet loh!" Gurau Vino yang tiba-tiba duduk di sebelahnya sambil meneguk minuman dingin.
"Siapa juga yang ngelamun, ini lagi mikir, tau." Tukasku.
"Mikirin Amy?" goda Vino lagi.
"Dih, sembarangan banget sih, kaya cewe aja, tukang gosip." Ketusku. Entah mengapa aku merasa teman temanku ini mendadak jadi paranormal yang seenaknya menebak pikiranku.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
CCA(Cuap Cuap Author)Hai... hai... I'm back, dengan cerita super abal abal dan alur super gak jelas, hobi menulis tak menjamin diri ini pandai menulis, harap maklum. ^,^v
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Other Sides
Novela JuvenilHanya sepenggal kisah tentang Amy. Tentang gadis 16 tahun yang baru merasakan jatuh cinta dan patah hati untuk pertamakalinya. Tentang Amy, gadis 16 tahun yang memiliki banyak sisi lain yang tak pernah ia ungkapkan. Tapi bagaimana jika perasaan dan...