Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu. Ya selama beberapa hari ini Amy jarang bertemu dengan Ray, baik hanya berpapasan atau saat pelajaran olahraga dua hari yang lalu Ray juga tidak tampak.
Lagu milik Bryan Adam yang dicover oleh Boyce Avenue mengalun merdu di rongga telinga Amy.
Ia begitu menikmati alunam lagu itu, novel karya Orizuka yang terbaru dan youghurt dingin rasa peach kesukaanya. Sendirian.
-
Bukannya Amy tidak pandai berteman, hanya saja setelah kejadian setengah tahun yang lalu, Amy jadi enggan untuk menjalin hubungan meskipun itu hanya sebuah pertemanan.
Suatu ketika Amy terlihat begitu bahagia dikelilingi teman-temannya namun di sisi lain ia sangat berbeda.
-
Tiba-tiba Rosa datang menghampirinya. Amy melirik raut kegelisahan di wajah Rosa.
"Amy."
"Ada apa Ros?" Tanya Amy sambil melepas earphonenya.
"K-kau dipanggil mrs.Wirya di kantor." ujarnya.
"Oh baiklah, terima kasih ya Ros."~~
Ray tampak menimbang-nimbang permintaan Mrs. Wirya selaku pembimbing olimpiade MIPA.
Mrs. Wirya memintanya untuk mewakili event karya tulis ilmiah. Tapi bukan itu masalahnya, masalahnya adalah karya tulis itu harus ditulis secara bilingual, boleh dalam bahasa Indonesia-Inggris, bahkan Indonesia-Mandarin pun juga boleh.
Ray mengingat kemampuan bilingualnya sangat payah, dan menurut penelitian spesies manusia berjenis kelamin perempuanlah yang paling hebat soal bahasa-berbahasa. Apalagi dalam waktu dekat juga akan diadakan turnamen basket antarsekolah. Dan itulah yang membuat Ray berberat hati menerima tawaran ini.
"Permisi Mrs., Anda memanggil saya?"
Suara Amy memecah keheningan diantara Ray, pikirannya dan Mrs. Wirya yang sudah tidak sabar.
"Oh, Kamilia, silahkan duduk." Ujar Mrs. Wirya.
Amy duduk di sebelah Ray dengan perasaan tidak enak.
"Kamilia, kau dan Raynand akan bekerja dalam satu tim dalam project lomba karya tulis ilmiah bilingual." Jelas Mrs. Wirya.
Amy mendelik, terkejut, mendengar penuturan Mrs. Wirya. Bukan karena partnernya adalah manusia yang paling ingin ia jitak kepalanya tapi lebih ke topik karya tulis ilmiah itu sendiri.
"Tap-." Perkataan Amy hanya sebatas itu.
Mrs. Wirya telah menunjukkan raut wajah 'kau tidak bisa menolak'.
Apa daya Amy, ia hanya mengangguk dan menurut. Begitu pula dengan Ray yang makin tak mengerti kemana arah pembicaraan ini dibawa. Akhirnya merekaㅡAmy dan Rayㅡ menyetujui permintaan Mrs. Wirya tentu saja.
~~
"Jadi kapan kita mulai?" Tanya Ray tak bersemangat.
"Ini sulit, kenapa harus aku." Gumam Amy mengeluh.
"Mmm.. hei, siapa namamu?" Tanya Amy. Dingin.
Amy memang selalu seperti ini jika ia menyadari sedang dihadapkan dengan orang asing. Dingin.
"Raynand Putra. Panggil aja Ray." Ujar Ray malas sambil memasukkan tangan ke saku celananya.
"kita bicarakan ini nanti sepulang sekolah saja, bagaimana?" Tawar Amy.
"Baiklah aku tunggu di bangku bawah pohon dekat lapangan basket" Jawab Ray.
"Baiklah." Ucap Amy sambil berlalu pergi.
'Gadis itu, benar-benar aneh, sulit dipercaya. Apa gara-gara saat olahraga itu ya.' batin Ray
~~
"Am, tadi kau dipanggil Mrs. Wirya? Ada apa?" Tanya Sarah penasaran.
"Mrs. Wirya memintaku untuk bergabung dalam project science bilingual." Jawab Amy.
Sarah terlihat menyimak penuturan Amy dengan seksama, Amy pikir ia akan menumpahkan isi otaknya.
"Maksudku, kenapa harus aku, bukankah Mrs. Wirya bisa menyuruh muridnya yang lain, lagi pula aku kan bukan anggota club Olimpiade, aku- "
Ucapan Amy terputus, ia melihat Sarah sudah menyumpal telinganya dengan earphone!.
Amy menatap jengkel kepada Sarah, apakah benar-benar tidak ada seorangpun yang mau mendengarkannya?. Tidak di rumah, tidak di sekolah sama saja.
Tapi di rumah, walau selalu berakhir dengan perdebatan dengan Ibunya, setidaknya Ibu mau mendengarkannya.
Amy menghela nafas berat, ia perhatikan teman temannya dengan tatapan malas.
~~~
Gadis beriris mata cokelat itu sudah sedari tadi duduk di bangku pinggir lapangan seperti yang dikatakan Ray sambil mengayun-ayunkan kakinya malas.
"Hei, sudah lama menunggu." Tanya Ray sembari duduk di sebelah Amy.
"Tidak, baru lima belas menit." Jawab Amy datar.
"Aku sudah memikirkannya, aku mengambil topik dampak limbah deterjen dalam keseimbangan ekosistem air."
Ujar Ray."Mmmm... bagus juga. Kau ketik naskahnya dan aku akan menterjemahkannya." Usul Amy.
"Hei mana bisa begitu! Kau juga harus tau isinya." Protes Ray.
"Aku anggota club bahasa, tugasku hanya menterjemahkan." Ujar Amy kesal.
Ray mendengus, itu artinya keseluruhan isi karya tulis ia yang pikirkan. Sungguh tidak adil untuk Ray.
"Baiklah. Kau menang." Ujar Ray bersungut-sungut.
Seulas senyum simpul terukir di bibir Amy yang tentu saja tidak disadari Ray.
"mau pulang bareng?" Tawar Amy masih dengan nada yang sama.
"Eh?" Ray Terkejut.
"Baiklah kalau tidak mau." Ujar Amy sambil berlalu pergi.
Setelah Amy sedikit jauh, Ray baru menyadari Amy mengajaknya pulang bersama, lagi pula Ray juga tidak bawa motor.
"Hei! Am, tunggu!"
~~
Ray melajukan scooter matic Amy dengan kecepatan tinggi. IaㅡAmyㅡ mengutuk dirinya sendiri karena mengajak Ray pulang bersama.
Memperbolehkan Ray duduk memegang kemudi itu sama saja inisiatif bunuh diri.
"Ray! Pelan-pelan! Kau bisa membunuhku dan merusak motorku!"
"Ray! Kau dengar tidak?"
Amy mengomel di sepanjang perjalanan dan tidak digubris sedikitpun oleh Ray, itu membuatnya frustasi.
Ray menghentikan scooter matic itu di depan rumahnya.
Amy turun dan segera memeriksa motornya, apakah ada kerusakan atau tidak. Ia menyayangi motornya itu lebih dari apapun juga.
Amy berdecak ketika ia telah selesai memeriksa motornya, ia merasa sangat familiar dengan lingkungan ini. Ternyata selama ini ia bertetangga dengan Ray, satu komplek tapi beda jalan. Mungkin ini efek anak yang sama sekali menghindari interaksi dengan sekitar. Walau iaㅡAmyㅡtak ingin tapi inilah kenyataannya.
"Kau tau jalan pulang kan?" Ujar Ray membuyarkan lamunan Amy.
"Eh, iya, ternyata rumah kita dekat." Gumam Amy.
"Aku pulang dulu." Pamit Amy sambil melajukan scooter matic nya.
~~
Ray menggeleng keheranan dengan tingkah laku Amy yang 'sebentar-sebentar'. Sebentar dia dingin dan mengerikan, sebentar dia begitu cerewet, sungguh tak terduga.
To be continued...
______________________________
CCA(Cuap-Cuap Author.)
Huaaa akhirnya kelar juga part ini, mohon maaf apabila alurnya gak jelas, terlalu maksa, dan feelingnya ngga dapet huhuhu... ㅠ•ㅠ voment juseyo ^_^v
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Other Sides
Teen FictionHanya sepenggal kisah tentang Amy. Tentang gadis 16 tahun yang baru merasakan jatuh cinta dan patah hati untuk pertamakalinya. Tentang Amy, gadis 16 tahun yang memiliki banyak sisi lain yang tak pernah ia ungkapkan. Tapi bagaimana jika perasaan dan...