Minggu pagi, hari dimana rencana utama adalah bermalas-malasan seharian di ranjang. Enam hari seminggu, terjebak dalam rutinitas tugas dan ulangan yang seperti lingkaran setan agaknya membuat siswa merasa jengah.
Matahari masih malu-malu mengintip dari ufuk timur, namun Amy sudah memulai kehidupannya tanpa beranjak dari peraduan. Tangannya dengan lincah mengetikkan pesan, yang tak hanya satu atau dua tapi beruntun, seperti tembakan senapan laras panjang berjenis snipper. Walaupun begitu tapi tak ada satupun pesannya yang mendapat balasan dari sang lawan chat.
Ia berguling-guling di ranjang menunggu balasan pesan sambil memeriksa update-an webtoon yang sudah beberapa minggu ini ia lewatkan.
'tingtung'
Amy memeriksa notifikasi pesan baru dan terpaksa menghentikan aktivitas webtooning nya.
one new unread messages, Sarah: "Amy... lo mau bikin hape gue rusak?"
Membaca satu pesan dari sarah yang seperti orang kesetanan membuat Amy terkikik geli. Ia segera menombol gambar telepon hijau di pojok kanan bawah.
'...tut...tut...'
"Halo Sar, buruan deh ceritain gimana kronologi kejadian semalem," ujar Amy memaksa.
"Gue nggak tau gimana awalnya, pas gue balik, abis nebus obat adik gue di deket IGD, gue liat ada ambulans dateng, pas korban lewat depan gue, gue lihat dia pake jersey tim basket sekolah kita,"
"Terus Sar,"
"Awalnya gue gak yakin, tapi gue ikutin kasur dorongnya sampe ke depan lift, dan pas nunggu lift kebuka gue liat name tag-nya, dan betapa terkejutnya gue pas tau nama Raynand P. terukir disana,"
"Astaga! Terus Sar, kamu balik apa ikut sampe ICU?"
"Nggak, gue balik ke kamar rawat adik gue, abis itu gue pamit ke Mama mau besuk temen, baru gue lari ke ICU, pas sampe disana, gue liat Mama sama adiknya Ray udah disana, Mamanya nangis sesenggukan di kursi tunggu ruang ICU, terus gue telfon elo,"
"Oh, jadi gitu, aku pikir kamu ada di TKP,"
"Nggak lah, Lo sendiri gimana Am, masih pusing? Semalem lo pulang naik apa?"
"Udah baikan nggak pusing kok, semalem gue dianter Kak Nathan."
Hening. Baik Amy maupun Sarah tak ada yang berkomentar, mereka sibuk dalam pikiran masing masing. Lagipula untuk apa diingat, Amy hanya diantar pulang oleh anak teman ayahnya, apanya yang istimewa. Mungkin itulah yang disuarakan pikiran Amy tentang pernyataan yang baru saja ia buat. Tapi sensasi aneh setiap ia menyebut nama Nathan muncul kembali, tidak dahsyat, tapi cukup mengganggu dirinya.
tututututut..
"halo! Sar! halo!" teriak Amy yang tentu saja tidak akan mendapat balasan dari Sarah
"Mama! pulsaku habis!! aaaa!!!" teriaknya lagi setelah memeriksa kuota pulsa prabayarnya.
"Apaan sih, Dek, teriak-teriak sampe kedengeran dari bawah, nggak bangun terus bantu bersih-bersih malah heboh sendiri." omel Via yang tiba tiba muncul dari balik pintu.
"hehehe.. emang ini jam berapa, Kak?"
"Udah jam setengah delapan. Mau semedi sampe kapan lagi?" ujar Via melipat tangan di depan dada.
Akhirnya Amy meletakkan handphone-nya yang sekarat dan mulai melakukan aktivitas Minggu paginya dan ia berharap semoga Ibu tidak mengomeli dirinya seperti apa yang baru saja dilakukan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Other Sides
Teen FictionHanya sepenggal kisah tentang Amy. Tentang gadis 16 tahun yang baru merasakan jatuh cinta dan patah hati untuk pertamakalinya. Tentang Amy, gadis 16 tahun yang memiliki banyak sisi lain yang tak pernah ia ungkapkan. Tapi bagaimana jika perasaan dan...