Amy mengetuk-ketukkan ujung pensilnya ke meja. Kepalanya yang ia rasa berat ia letakkan begitu saja di meja belajar.
Tugasnya sudah selesai, ia hanya harus berkonsentrasi pada kewajiban dan klubnya.
Amy merasa kosong akhir-akhir ini. Tidak ada lagi manusia menyebalkan yang mengusik ketenangannya. Harusnya ia bersyukur, tapi ia merasakan hal yang sebaliknya.
Kata-kata Sarah tempo hari kembali terngiang. Amy menyentuh dada dan perutnya. Seperti teriris, begitulah yang diisyaratkan ulu hatinya.
'Perasaan yang sama, kaya pas aku nonton drama Korea. Kaya Lee Kyuwon yang belum menyadari perasaannya kepada Lee Shin. Tapi orang bilang kehidupan itu nggak seperti dalam drama, ah merepotkan saja. Bukannya kehidupan itu drama yang mereka mainkan sendiri.' Pikir Amy.
'Ah, ini konyol, aku masih mikir padahal udah ngerasain hal yang sama sebelum ini, dan akhirnya, tragis.'
Pikiran Amy saling membantah sampai ia jatuh tertidur dengan lampu masih menyala.
~~
Amy POV
'Hey, ini dimana? Eh itu siapa?'
Aku merasa tak asing dengan tempat ini. Ah, ini lapangan basket sekolah. Eh, tapi kenapa ramai sekali.
Aku melambaikan tanganku di depan wajah Sarah, dia tak merespon. Ku coba menyentuhnya, tembus. Apa aku sudah mati?
Sejurus dengan kekhawatiranku, sudut mataku menangkap sosok yang begitu..., ku rindukan, ku benci, tapi aku menyukainya.
Ini klise, picisan, murahan, aku memaki diriku habis-habisan. Bagaimana dia bisa muncul? Apa ini pertanda? Semua yang berhubungan dengannya itu pertanda buruk. Selalu begitu. Aku benci karena orang yang ku suka membawa pertanda buruk.
Dia menatapku. Seperti ingin mengungkapkan sesuatu. Tapi, sorot matanya sayu. Terang saja aku tak mengerti, aku juga berusaha tak peduli.
Ini terlalu menyakitkan. Cinta pertama yang tak tersampaikan.
Bahkan disini di duniaku sendiri, aku tak kuasa menyentuhnya, bahkan menatapnya aku tak mampu. Ini terlampau menyakitkan.
Amy POV end
~~
Air mata Amy meleleh, dadanya terasa sangat sesak, ulu hatinya perih, keringat dingin membasahi tubuhnya dan ia membuka paksa matanya.
Ia tersentak, sepenggal mimpi itu cukup menyakitkan baginya. Luka yang telah susah payah ia pendam, muncul begitu saja.
Tubuhnya bergetar, nafasnya tersengal, ia ketakutan.
Ia teringat cinta pertamanya yang kandas, pupus begitu saja tanpa sepatah kata. Itu mimpi buruk bagi Amy.
~~
"Am, kamu sakit?"
Sebuah suara mengusik Amy yang sedang bergelut dalam pikirannya. Amy menatapnya malas dan menjatuhkan kepalanya diantara lipatan tangannya.
"Kurang tidur."
Kali ini sesuatu yang lain yang mengganggu dirinya, sebuah kotak dingin menyentuh kulitnya.
"Sarah-"
Amy terhenyak, bukan Sarah yang di sampingya. Melainkan Ray, dengan santainya meneguk teh kotak. Amy memandangi Ray dengan tatapan penuh tanya.
Di kantin yang ramai saat jam seperti ini adalah hal sulit menemukan Sarah diantara murid-murid dengan perut yang lapar, tentu mereka lebih buas dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Other Sides
Teen FictionHanya sepenggal kisah tentang Amy. Tentang gadis 16 tahun yang baru merasakan jatuh cinta dan patah hati untuk pertamakalinya. Tentang Amy, gadis 16 tahun yang memiliki banyak sisi lain yang tak pernah ia ungkapkan. Tapi bagaimana jika perasaan dan...