"Jason," ujar Ray memecah keheningan.
"Hm,"
Jason bergumam, ia tampak lebih tertarik dengan buku diktat Kimia ditangan daripada menanggapi Ray.
"Kamu serius?" Ujar Ray penuh teka-teki.
Kali ini Jason menutup bukunya dan menghadap Ray. "Apa?" Katanya.
"Mau deketin cewe itu, siapa tadi namanya?"
Jason menangkap arah pembicaraan Ray, ia melipat tangan dan mengeluarkan seringaian kecilnya."Amy?" Jason memastikan dan dibalas anggukan oleh Ray.
"Kenapa? Nggak rela?" goda Jason.
"Bukan gitu, tapi-" sangkal Ray, tapi lekas disela oleh Jason.
"Ya?"
"Mana mungkin, kita teman baik. Mana mungkin aku ngelakuin apa yang kamu pikir." Jelas Jason.
Ray menghela nafas, ia terlihat sedikit tidak puas dengan jawaban Jason dan memilih kembali ke PR Fisikanya, sedangkan Jason sudah kembali ke mode asalnya, dingin dan misterius.
Jason bangkit, berjalan menuju meja kerja di seberang tempat tidur Ray. Ia hendak mengambil sticky notes yang ia letakkan disana, matanya menangkap sesuatu yang begitu menarik perhatiannya.
"Ray,"
"Hm,"
"Amplop cokelat ini isinya apa? Kalau nggak penting dibuang aja ya,"
Amplop itu sudah berada disana berhari-hari, Ray juga tak menunjukka tanda-tanda akan menyimpannya atau membuangnya. Jason tak mau sembarangan mengulik kamar Ray walau sekarang ini kamarnya juga.
"Ini?" Ray mendekat dan meraih amplop itu, kemudian membukanya. "Piagam penghargaan,"
"Punyamu?"
"Tapi, kayanya ini dua lembar deh," Ujar Ray sembari mengeluarkan lembaran yang berada di dalam amplop.
Ia membaca lembar pertama."Raynand Putra. Eh, ini punyaku," Ray meletakkan piagam yang pertama. Kemudian membaca nama pada piagam selanjutnya. 'Kamilia Sapphire?' Ray memandangi piagam dengan nama Kamilia Sapphire, ia merasa seperti tidak asing dengan nama ini.
Ia menarik lembaran itu keluar sepenuhnya, disana juga terpasang foto Amy yang sangat manis, walau dalam mode formal. Ray menarik sedikit sudut bibirnya.
Jason mengkap gelagat aneh pada Ray."Punya siapa?"
"Bukan punya siapa-siapa, cuma nyelip disini," ujarnya sambil memasukkan kembali piagam itu dan menyimpannya kedalam tas.
'Jangan-jangan...'
--
Pagi ini cuaca sangat cerah. Secerah wajah gadis berbando merah yang sedang bersenandung kecil melintasi koridor kelas dua belas.
Perasaannya sangat baik hari ini, bahkan sepertinya ia bermimpi indah semalam. Sejauh ini ia belum melakukan apapun yang menurutnya weird.
"Kamilia!" Sebuah suara bass menggema, menghentikan langkah gadis itu.
Ia berbalik. Saat itu juga jantungnya seperti berhenti berdetak, perutnya seperti diterbangi kupu-kupu dan keringat dingin mengalir dari pori-pori telapak tangannya. Nafasnya tertahan, namun segera ia lepaskan.
Ia mengangkat telunjuknya, menununjuk hidungnya.
Orang itu berjalan mendekat sampai jarak dua ubin dari tempat Amy berdiri. Tangannya terulur, menyerahkan sebuah amplop coklat besar. "Ini,"
![](https://img.wattpad.com/cover/44571914-288-k451041.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Other Sides
Teen FictionHanya sepenggal kisah tentang Amy. Tentang gadis 16 tahun yang baru merasakan jatuh cinta dan patah hati untuk pertamakalinya. Tentang Amy, gadis 16 tahun yang memiliki banyak sisi lain yang tak pernah ia ungkapkan. Tapi bagaimana jika perasaan dan...