Personality 2: Logic

944 52 1
                                    

Akhirnya hari yang tidak diharapkan Amy datang juga. Hari dimana ia akan benar benar sibuk dengan project mendadak itu.

Bagaimana tidak, hari Sabtu adalah hali paling nyantai, hari paling banyak jamkosnya. Tapi apa yang terjadi? Amy sekarang terjebak di perpustakaan hanya berdua dengan Ray. Dihadapkan dengan buku-buku referensi penunjang karya tulis mereka.

Dan yang membuat Amy semakin jengkel adalah, semua tak seperti perjanjian. Sekarang Amy yang sibuk menguraikan rumusan masalah yang dibuat Ray kemarin. Dan Ray, terlihat asik dengan PSPnya tanpa peduli meskipun berkali kali Amy mengeluarkan deathgalaire-nya.

"Ugh! Dimana-mana cowo sama aja!" Kesal Amy.

"Udah Am, ngerjainnya?" Pertanyaan itu sukses membuat Amy kehilangan kesabaran.

'Cklek...'

Suara benda patah. Amy merasakan pensil yang ia pegang tak sepanjang tadi.

Ray hanya bisa melihat ngeri ke arah Amy. Pensil 2B yang baru saja dipatahkan Amy cukup membuat nyali Ray ciut.

"Am, kau gak apa-apa kan?" Tanya Ray.

"Gimana kelihatannya?" Tanya Amy balik dengan senyum mematikannya.

Bahkan Ray tidak memperkirakan bahwa reaksi Amy akan semengerikan ini.

"Oh, c'mon Ray, aku akan memaklumimu seandainya kau sakit atau benar-benar tidak bisa mengerjakannya." Keluh Amy.

"Lalu, kau pikir kau apa? Nona penggerutu?"

'Oh, Shit!! Ray benar-benar membuatku marah.' Geram inner Amy.

Berkali-kali ia menghembuskan nafas berat. Otaknya terlalu panas untuk berpikir lebih jauh.

Ia juga tak habis pikir apa yang membuat Ray semarah itu padanya. Harusnya ia yang marah pada sikap kekanakan Ray. Dunia Amy benar-benar terbalik semenjak ia dan Ray berjalan pada satu garis lurus.

Amy membereskan buku-buku itu dan hendak kembali ke kelas walau mereka berduaㅡAmy dan Rayㅡ sudah mendapat surat dispensasi untuk project science ini.

"Mau kemana kau?" Tanya Ray bersungut-sungut.

"Mendinginkan otak." Ujar Amy seraya pergi.

~~

Seteguk heavenly blush memang seperti obat penenang bagi Amy. Sekacau apapun pikirannya, yoghurt heavenly blush peach, selalu dapat membuatnya kembali tenang.

Amy kembali berkutat dengan konsep tangannya sebelum menuangkannya dalam ketikan tinta.

~~

"Disini kau rupanya, kupikir kau merendam kepalamu itu di bak mandi." Kelakar Ray sambil duduk di depan Amy.

Untung saja perasaan Amy sudah membaik dan ia sudah menyelesaikan 25% dari keseluruhan isi karya tulis. Kalau tidak mungkin Amy lebih mengerikan dari tadi.

"mencariku? Kangen, ha?" Balas Amy sambil tergelak.

"Hih, dasar cewek, narsisnya tinggi. Aku cuma cemas sama Karya tulisku tau!" Tukas Ray.

"Ekhem!" Dehaman Amy penuh interupsi.

Ia meneguk lagi heavenly blushnya, menegakkan badan lalu beranjak pergi.

"Hei! mau kemana lagi Amy!" Seru Ray.

"Aku sudah selesai, sisanya milikmu, selamat menikmati." Ujar Amy dari kejauhan sambil melambaikan tangan.

"Ah, dia itu benar-benar..."

Ray tak jadi meneruskan umpatannya. Ia tertegun melihat konsep tangan Amy yang begitu panjang. IaㅡRayㅡ meneliti satu persatu rumusan masalah yang ia buat dan pembahasan yang dibuat Amy. Ini keren sekali, Amy memiliki daya analisis yang lumayan. Padahal mereka belum melakukan observasi langsung.

Her Other SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang