Personality 15: Impulsive

463 26 1
                                    

***

Ruang UKS terasa sangat sepi, yang terdengar hanya deru kipas angin dan jam dinding yang berdetak. Amy masih duduk disana, diatas ranjang yang berseberangan dengan Ray, melipat tangan di depan dada dan sesekali menggigit ujung ibu jarinya. Hati kecilnya bertanya-tanya apa lagi yang terjadi pada Ray saat ini, bukankah Jason bilang kondisi Ray sudah membaik, tapi kenapa ia malah terjatuh pingsan.

Sebuah benda dingin menyentuh dahinya, membuatnya sedikit terlonjak. Jason sedang mengompresnya dengan handuk kecil yang berisi es batu. Ia mengelak, tak tahan dengan dinginnya es batu-walaupun sudah dilapisi handuk, namun kepalanya malah ditahan oleh Jason.

"Jason... udah ini nggak apa-apa." Ujar Amy sambil menjauhkan tangan Jason dari dahinya.

"Dasar kepala batu," Umpatnya. "Sekali aja, nurut. Biar nggak memar," Ia kembali menempelkan handuk yang semakin basah itu ke dahi Amy. Amy menurut, melihat Jason yang cemberut lebih mengerikan daripada boneka Chucky, apa yang bisa dilakukan gadis ini.

Walaupun sudah ditolong dengan masker oksigen bahkan dipancing dengan larutan amoniak--yang baunya menyengat, tapi Ray belum sadar juga.

Tak hanya Amy dan Jason yang menunggu Ray siuman, bahkan Rosa juga ada disana, sedari tadi ia menggenggam tangan Ray seperti sesuatu akan merenggutnya.

"Rosa, mending kamu sama Ammy balik ke kelas deh, biar aku yang jaga Ray." saran Jason untuk yang kesekian kalinya. Amy meliriknya malas dan Rossa menggeleng kuat kuat.

Jason menghela nafas, ia menyerah menangani dua gadis yang sepertinya sangat menyukai sepupunya ini. 

----

Dahi Ray berkerut-kerut, kelopak matanya yang terkatup seakan berpendar liar, nafasnya juga memburu, ia ketakutan. Tangannya yang masih terpaut dengan tangan Rosa ia kepalkan kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih, membuat Rosa kesakitan.

Amy bangkit, ia mengambil alih posisi Rosa, gadis itu mendengus. "Ray, Ray, tenang Ray kami disini," tangan Amy dengan lembut mengusap rambut Ray, tangan kanannya menggenggam tangan kanan Ray, ia percaya dengan begitu ia mampu menstimulasi rasa aman pada Ray.

Saat semua mulai tenang, Ray perlahan membuka matanya, sedikit buram, sedikit berdenyut di pelipis. 

"ini dimana?" ujarnya, matanya menyapu sekeliling.

"UKS." ujar Amy dan Rosa bersamaan

"Ray, please jangan amnesia buat yang kedua kalinya," Amy memohon, ia tak sadar menarik tangan Ray yang masih ia genggam ke pelukannya.

"Ekhem!" Rosa berdeham keras sambil memicingkan mata.

Amy tersadar atas apa yang ia lakukan. Wajahnya terasa panas seketika, ia melepaskan tangan Ray perlahan dan mundur dua langkah sambil menutupi wajahnya yang memerah. 

Ia bersembunyi di balik tubuh Jason. "Eh, um, aku balik ke kelas dulu ya, udah telat jamnya bu Nana, permisi." 

Tepat saat Amy menghilang di balik tirai, Rosa menyeringai licik. "Kasihan sekali, dasar aneh." Desisnya sarkasme, yang dihadiahi tatapan tajam dari Jason.

"Kamu, baik-baik aja Ray?" Ray tersenyum.

"Kenapa kalian masih disini? Bukannya kalian sekelas sama Kamilia?"

"Nggak, biar aku jagain kamu disini, ya. Biar Jason yang ijinin ke Bu Nana- "

"Mana bisa? kita berdua musti balik ke kelas bareng." potong Jason to the point.

"Lagi pula, Ray bukan bayi yang musti dijagain, kamu juga musti berterima kasih sama Amy atas kesempatan emas ini, makanya ayo balik ke kelas." Lidah tajam Jason tampaknya kali ini bisa membuat Rosa tak berkutik. Mau tidak mau ia harus menuruti perkataan Jason atau reputasinya sebagai good girl  akan hancur.

Her Other SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang