Personality 4: Weakness

720 52 2
                                    

Sebelumnya maaf teman-teman storynya saya repost soalnya di daftar isi berantakan chapter 4 ada di atasnya chapter 3.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Rosa. Ya, yang menyapa Ray dari kejauhan itu Rosa. Apa dia tidak melihat Amy juga disana.

Air muka Amy berubah, ada rasa kesal dan bingung tergurat disana.

Rosa berjalan semakin mendekat, dengan nampan dam sepiring buah yang belum dikupas. Amy berpikir itu pasti buah yang dibawa Amy tadi.

"Hai, ini aku bawain buah, kalian pasti gerah kan berkutat sama Science project itu." Ujar Rosa.

"Ros, ngapain kesini?" Tanya Amy to the point.

"Tadi, disuruh Mama nganter kue ke rumah Tante Ima, eh ternyata tante Ima itu Mamanya Ray, yaudah sekalian mampir." Terang Rosa.

Amy berpikir, kenapa ini begitu kebetulan sekali. Tapi ia segera menampik pikiran itu jauh jauh dan berkonsentrasi mengerjakan tesis yang setengah jadi ini.

Ray masih tidak percaya kalau Mamanya dan Mama Rosa berteman, tapi peduli amat, itu urusan ibu-ibu.

"Ray, udah mandangin Rosanya ntar mata kamu lepas." Ujar Amy tanpa mengalihkan matanya dari kertas itu.

"Amy, sotoy!" Ketus Ray.

Rosa yang merasa diperhatikan Ray hanya bisa tersipu.

"Ros, daripada nggak ada kerjaan dan cuma dijadiin santapan si Ray mending kamu geser sini deket aku, bantuin aku nyelesaiin ini." Ujar Amy datar dan dihadiahi picingan mata oleh Ray.

"Oh, oke."

Ternyata kedatangan Rosa sedikit membawa angin segar untuk Amy yang otaknya sudah buntu daritadi.

"Wah, argumennya bagus siapa yang bikin?" Tanya Rosa.

"Itu, aku yang bikin, dan berkat kerja rodi nona penggerutu ini aku sampe sakit begini." Adu Ray.

"Argumen bagian ini agak melenceng dari konsep, kita cuma bahas ekosistem air kan bukan pencemaran air tanah?" Komentar Rosa lagi.

Amy serasa dijatuhkan dari ketinggian stratosfer dan mendarat diatas tumpukan jarum.

"Mending kamu langsung nulis aja deh, Ros." Sungut Amy tak terima argumennya dihakimi.

Hening, hanya ada suara gesekan antara ujung pensil dan kertas. Tak ada yang membuka suara.

Lima menit...

Sepuluh menit...

Lima belas menit...

"Selesai!" Seru Rosa yang membuat Amy tak jadi tertidur.

"Wah, kau hebat, Ros!" Puji Ray.

"Mmmm... lumayan. Ini akan aku bawa pulang untuk aku terjemahkan." Ujar Amy datar.

"Nerjemahinnya, jangan ngaco." Sungut Ray.

Amy menarik nafas lalu dihembuskannya berkali-kali.

"Kenapa, Am? Asma?" Ujar Ray sembarangan.

Perasaan itu muncul lagi, perasaan dimana Amy ingin sekali menjitak kepala Ray.

"Oke, sip!"

Amy melipat konsep tangan yang baru saja ditulis Rosa kedalam shoulder bagnya.

Ia melirik kilat arlojinya, sudah waktunya pulang.

"Ray, Ros-" ucapan Amy terpotong.

'aaakht..'

Her Other SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang