19

21 2 0
                                    

•••

Waktu pulang sekolah lalu tiba, kedua pemuda tampan itu sudah bergegas ke apartemen salah satunya untuk melihat keadaan Askara.

Pintu Apart di buka, menunjukan Askara yang terbaring lemas dengan kedua tangan yang di bentangkan di atas ranjang. Perlahan kepala Askara menatap keduanya yang perlahan masuk, ekspresi Askara seperti orang yang hilang jiwanya.

“ Ngapain lo gulingan kek gitu, udah jam segini seharusnya udah mendingan tubuh lo. ” Ucap Deon memandang Askara, namun pemuda yang di pandang itu tak merespon kecuali memberi tatapan kosong padanya.

“ Sayang, kok nasgornya gak di makan sih? ” Perkataan Gara membuat Deon dan dirinya saling memandang bengong, lalu beberapa detik kemudian keduanya kompak menatap Askara.

“ Kara lo gak makan?! ”

“ Sayang kok gak di makan sih. ”

Keduanya mulai panik, mereka lalu duduk di samping Askara yang rebahan dan perlahan membantu nya untuk duduk.

“ Makan, ntar lo sakit gimana? ” Heran Deon, namun belum sempat dia menyuapkan nasgor itu di mulut Askara. Tau-tau pemuda itu pingsan lagi, badannya sudah mulai pucat.

“ Dokter, cepet telfon! ” Titah Gara, Deon mengangguk lalu mengambil ponselnya untuk menelfon dokter seperti apa yang Gara suruh.

“ Aska... Udah tau fisik kamu lemah kenapa jadi gini sih? ” Khawatirnya, Gara lalu kembali merebahkan tubuh Askara dan mengelus kepala pemuda manis itu dengan lembut.

“ Gimana? ” Tanya Gara pada Deon yang selepas menelfon dokter, Deon mengangguk. Dia lalu merebahkan tubuhnya di samping Askara lalu menatap ke Askara, dia menghelan nafasnya terus menerus.

“ Semenjak dia kita beli, tubuh nya jadi lemah banget. Sering sakit-sakitan, apa lagi pingsan. Riwayat penyakit mental juga ada, apa emang sebaiknya kita lupain dia? ” Tanya Deon, Gara menatap Askara sayu. Dari awal mereka sudah mencoba, namun semuanya malah berakhir seperti ini. Semakin mereka jauh pada Askara, maka rasa cinta mereka semakin kuat.

“ Gue gak kuat, di banding di suruh buat lepasin Aska atau mati. Gue lebih milih mati asal mati dalam keadaan menjadi pasangannya, jadi orang yang berharga baginya. ”

Sesaat Gara begitu cengeng, dia mencium pucuk tangan Askara. Dengan air mata yang mengalir di matanya yang terlihat sayu, senyuman Gara begitu manis. Dia hanya bisa menyembunyikan sesak nya lewat senyuman palsu itu.

” Gue bingung, gue gak mau sama Aeelin. Tapi terpaksa, gue masih sayang banget sama Kara. ” Perkataan Deon membuat Gara menatapnya.

” Tenang aja, gue udah nemuin cara buat batalin pertunangan ini. Lagian penyakit keracunan Aska udah sembuh, kita gak perlu patuh lagi di depan Aeelin. Toh, ayah Aeelin cuma minta kita buat jadi tunangan. Dia gak minta kita untuk tetap bertahan dalam pertunangan itu, jadi... Dengan kata lain kita bisa buat batalin pernikahan. ” Deon tersenyum miring.

” Kalo gitu, selagi kita masih jadi tunangan Aeelin. Gimana, kalo kita isengin dia. ”

” Maksud lo? ”

” Dia udah lulus Smp kan? Dia juga bilang kalo dia bakal masuk ke Sma kita, gimana, waktu dia Mpls. Kita buat dia susah, dan kita tunjukin hubungan kita sama Kara. ”

” Hah, lo gila? Nunjukin hubungan kita secara terang-terangan bakal bikin geger warga sekolah, di tambah lo tau gue itu ketos. ”

” Cih, emang lo mau terus-terusan nahan diri di depan banyak orang? Kalo gue, gue pengen nunjukin pada dunia. Kalo Askara Devano milik gue, Askaraku. ”

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang