11

61 1 0
                                    

•••

Banyak yang terjadi akhir-akhir ini, jujur saja rasa khawatir di hati Askara masih membara. Di tambah keputusan sidang belum lekas keluar, walau sudah berhari-hari lamanya dia tak bertemu kedua pemuda tampan itu. Dia masih tetap saja di rumah sakit tanpa di suruh keluar, boleh keluar. Namun hanya di sekitar rumah sakit saja.

” Bentar lagi ujian pernaikan kelas, aku gak belajar. Kira-kira naik gak ya? ” Ujarnya lesu, Askara berjalan linglung pagi itu. Memandang langit yang biru dengan matahari yang terik, dia berjalan sampai ke parkiran.

” Kebanyakan ngelamun malah jalan ke sini. ” Ujarnya, mata Askara lalu tertuju pada seorang gadis yang sedang membeli seblak dengan baju Smp.

Gadis itu memandang Askara, dengan senyum manisnya ia melambai pada Askara dan perlahan mendekati pemuda yang sedang kebingungan itu.

” Kakak tadi natap aku yah? ” Girangnya, Askara hanya bisa tersenyum kecut saat aksinya di pergoki oleh sang korban. Dia sudah bagaikan narapidana yang berkasus pelecehan, dia tersenyum kikuk lalu mengangguk.

” Kakak lagi sakit? Kasian banget, nih... ” Gadis itu memberikan seblaknya pada Askara, Askara tak banyak bacot langsung dan mengambil seblak itu karna memang dia pengen.

” I-ini serius buat aku? ”

” Iya dong kak. ”

” Btw ini udah hampir jam 8 lho, kamu gak telat? ”

” Oh iya lupa, yaudah kalo gitu aku permisi kak. ”

" I-iya... ” Gadis itu melambaikan tangannya berlari pergi dari hadapan Askara, Askara langsung membuka kantong kresek itu dan memandang seblak nya.

” Yummy! Enak banget kek nya, apa lagi pedes nih. ”

’ Btw adek tadi... Cantik banget gilak!!! ’ Batin Askara berteriak heboh, dia mengingat senyuman gadis Smp tadi. Askara teringat akan rambut dari gadis kecil itu.

” Wait-wait, di inget-inget... Lah pirang orangnya? Emang boleh sekolah pirangan. ” Herannya, perlahan Askara masuk ke dalam kamar inap nya untuk menyantap seblak yang masih panas itu. Harum nya saja sudah mengugah selera, di tambah dia tak dapat makan yang pedas-pedas karna ada di rumah sakit.

Tak lama pintu di buka, menunjukan Gara dengan raut wajah pasrah dan lelahnya.

” Kak Gara? Udah lama gak ketemu, di sek— ” Perkataan Askara tak di respon dari Gara, dia hanya berjalan lalu duduk di kursi yang ada di sebelah Askara. Gara lalu duduk dan menjadikan kaki Askara sebagai bantalnya, tangan Askara yang di infus itu nampak keriput ia lihat.

” Kek nya udah 1000 tahun gue gak kesini, sampai-sampai lo udah tua banget... ” Kata Gara, Askara heran pada Gara yang begitu aneh. Sudah jelas bahwa pemuda ini kelelahan, tapi karna efek kelelahan dia jadi ngawur.

” Kak Gara capek kenapa? ” Gara lalu memandang Askara, pucuk tangan sang botti ia pandang dan di elus dengan lembut oleh jemari tangannya.

” Banyak banget yang harus gue kerjain, masalah Deon... Masalah keluarga, skandal sekolah, skandal keluarga... Rapat perusahaan sana sini, gue jadinya gak punya waktu buat nemuin lo... ” Rengeknya, Askara tersenyum dan mengelus rambut Gara. Pemuda itu terus mengeluh masalah politik kepadanya, walau Askara tak mengerti tapi tetap ia dengarkan sampai ocehan Gara selesai. Gara tertidur sembari memegang tangannya, kantung mata Gara terlihat begitu jelas karna dia yang sering begadang.

” Di dewasakan oleh keadaan itu emang gak enak, kak Gara istirahat aja. Lepas semua capek nya, maaf aku gak bisa bantu beban yang kakak pikul. ” Gara kembali membuka matanya perlahan mendengar perkataan Askara, dia mengangkat kepalanya memandang Askara yang tersenyum padanya.

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang