4

91 4 0
                                    

•••

Askara berjalan dengan tertirah-titah, menelusuri lorong sekolah dengan banyak nya caci maki dan tawaan teman-temanya. Kaca matanya menutupi mata yang sekarang memerah, menahan tangisan karna di hina terus menerus.

Askara lalu memasuki kelas, dirinya memandang Deon yang sedang pacaran bersama Nara.

” Askara! ” Panggil Nara menatap bahwa Askara telah tiba di kelas, dia berjalan dengan senyuman miring dan rok abu-abu yan ketat dan pendek membuat dia terkesan elegan.

” Lo di panggil Papi gue ke ruangannya, jam istirahat yah. Jangan lupa. ” Tekannya di kata  terkahir, Nara memandang penuh kemenangan di depan Askara. Merendahkan serta banyak nya kata hina yang terselip di mata Nara, karna itu Askara bungkam dan terdiam.

Ceklek.

” As. ” Askara menoleh ke pintu kelas, terdapat Gara yang memandangnya dari sana.

” Kak Gara? ” Ujarnya, Askara menatap tangan Gara yang mempertandakan agar Askara mendekatinya.

” Eh mau kemana? Jual diri ya? Lagi sekolah bukan lagi ngelonte kali! ” Teriak Deon menatap dari kejauhan, Gara mendengarnya langsung berdecih memandang dingin ke arah Deon yang tersenyum miring padanya.

” Lo bisa ikut gue gak? ” Pinta Gara, Askara mengangguk lalu mengikuti Gara yang mengajaknya ntah kemana. Deon menatap ke arah mereka dengan perasaan marah namun tak ada yang merasakannya.

” Emang bener kalo Askara bakal di keluarin Ra? ” Tanya Deon menatap kedatangan Nara yang mulai mendekatinya, Nara lalu duduk di samping Deon.

” Iya lah sayang... Dia kan belok, gak guna buat apa dia di sini? Lagian kan dia orang miskin. ”

” Walau dia miskin, tapi kan dia mampu buat masuk ke sini tanpa bantuan beasiswa. ”

” Iya sih, tapi miskin mah tetap miskin. Mana malu-maluin sekolah lagi, emang kenapa sih sayang? Kok kamu kek gak mau dia keluar. ”

” Ya gak mau lah, kalo dia keluar kan gak seru. Gak ada yang bakal di bully lagi. ”

” Hahaha... Pacar aku emang bandel. ”

•••

” Kenapa ya kak? ”

” As, sebenarnya. Lo di panggil Kapsek, katanya mau di keluarin. ”

” Apa? ”

” Tapi lo tenang aja, gue udah ngomong sama pak kapsek buat pikirin lagi. Dia juga setuju, tapi lo harus gak bikin masalah. Kalo lo bikin masalah kecil aja, sampai di panggil guru BK. Lo bisa di keluarin saat itu juga. ” Askara terdiam, dia senang namun juga sedih. Dia tersenyum memandang Gara yang nampak khawatir atas keadaanya.

” Makasih ya kak, kakak baik banget. ” Gara terkekeh kecil mendengarnya, dia lalu menarik tangan Askara menuju balkon.

” Kok kita ke sini, katanya aku di panggil Kapsek? ” Heran Askara, Gara nampak ke pinggir pagar balkon dan memandang perkotaan yang bising dan penuh kendaraan.

” Tentang itu nanti aja, lo gak mau kan cepet-cepet balik ke kelas? ” Askara tersenyum lalu mengangguk, dia mendekati Gara dan berdiri di samping pemuda tampan yang berstatus ketua osisnya itu.

” Bentar lagi semester 2, gue dengar lo juara 1 di semester awal tadi. ”

” Emm iya sih, tapi kan juara itu bisa di kalah kan nanti. ”

” Sama siapa? Lo kan murid pinter, siapa yang bisa ngalahin lo. ”

” Kak Gara mah gitu, bilang pinter sama orang yang IQ nya lebih rendah dari dia. ”

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang