7

65 4 0
                                    

•••

Beberapa menit lamanya Askara di tangani di dalam ruangan nya, hingga akhirnya dokter keluar.

” Gimana keadaan nya dok?! ” Deon dan Gara saling memandang karna pertanyaan mereka yang kompak, dokter lalu memandang mereka berdua dengan heran.

” Kalian berdua... Siapanya pasien yah? ”

Gara dan Deon langsung bungkam, bingung harus jawab apa. Pacar? Tetapi Askara saja tak mengakuinya, teman? Perasaan mereka melebihi teman pada Pemuda manis itu.

” Mereka teman dekat anak saya dok, bagaimana keadaan putra saya? ”  Dokter memandang ayah lalu tersenyum, menjelaskan penyakit yang di derita Askara.

” A-pa?! ” Semuanya terkejut mendengar tutur kata dari sang dokter, ibu pun sampai menangis mendengarnya.

” Dok, boleh kami priksa Kara? ” Tanya Deon dengan lesu, dia memandang pintu ruangan yang tertutup itu.

” Boleh, tetapi pasien belum siuman. Jika dia sudah bangun nanti, usahakan jangan buat keributan. ” Gara dan Deon mengangguk mengerti, mendapatkan izin itu ayah dan ibu beserta kedua pemuda itu masuk menjenguk Askara yang terbaring lemas.

•••

Mata Askara terbuka, memandang kedua pemuda yang duduk di samping kiri dan kananya. Kedua pemuda itu tertidur lelap, memegang kedua tangannya dengan lembut. Askara lalu memandang ayah dan ibu nya yang tersenyum, berdiri di depan Askara.

” Ayah, Mama? ” Ujarnya lalu berusaha untuk berdiri, namun ibu menyuruhnya untuk rebahan saja.

” As... Mama minta maaf ya, Mama akuin kalo mama udah banyak salah sama As. Mama kecewa pas tau As itu Homo, tapi sekarang Mama gak papa kok. ”

” Ayah juga... Kamu boleh kok tinggal di manapun yang kamu mau, pintu rumah kita masih terbuka buat kamu. Ayah sekarang gak terlalu bebas sama kamu karna kesalahan ayah sendiri, ayah dan Mama juga udah mutusin. Bakal pindah ke Malaysia, kamu bisa susul aja nanti. Soal rumah kita, kamu bisa kok buat tinggal di sana, ayah gak jual rumah itu. ” Askara hanya bisa bengong, bingung harus berkata apa pada kedua orang tuanya.

” Oh iya... Deon sama Gara udah ngomong, mereka berdua sudah jujur perasaan mereka ke As sama ayah dan Mama. As pilih aja, mana yang menurut As bener-bener suka dan sayang sama As. ” Ibu tersenyum memandang kedua pemuda yang terlelap tidur itu, ibu juga cerita Askara sudah pingsan selama 2 hari penuh. Dan kedua pemuda itu tetap di sampingnya, bahkan tidak pulang sedikit pun.

Askara termenung menatap kedua pemuda itu, tak lama ayah dan ibu pamit buat pergi karna hari itu adalah penerbangan mereka.

Kini Askara sendiri, menghembuskan nafas dengan bebas. Dia perlahan menarik kedua tangannya yang di pegang kedua pemuda itu.

” Perasaan? Memangnya apa yang Mama maksud tadi. ” Ujarnya, Askara bingung. Hingga akhirnya kepala Gara mendongak dengan mata yang perlahan ia buka, dia memandang Askara yang telah sadar.

” Aska, syukurlah lo dah bangun. Gimana, ada yang sakit? ” Tanya Gara, Askara menggeleng memandang Gara yang nampak tersenyum kepadanya.
©

Askara tersenyum, selama 2 hari full ini dia pingsan Gara ada di sampingnya. Menemaninya dan menjaganya, bahkan tas Gara saja masih ada di dalam ruangan itu membuat nya langsung tertawa.

” Hahaha... Kak, kak Gara gak pulang ya? ” Tanya Askara, Gara tersentak dan langsung menatap tas nya. Dia tersenyum tak enak karna dirinya yang ceroboh, tak lama Deon juga bangun.

” Kara... Lo dah bangun? ” Ujarnya, Gara berdecih dan menjulitin Deon.

” Ya iyalah udah, gak liat lo kalo dia buka mata. ” Kesalnya, Deon ingin memukul wajah Gara walau sekali. Namun dia tau itu akan berakibat fatal untuk Askara, bahkan memar di wajahnya dan Gara saja belum lekas sembuh.

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang