8

67 3 0
                                    

•••

Askara kini sedang memakan buah apel yang sudah di kupas, dia sedang sendiri karna Gara izin pulang untuk ke sekolah.

” Kemaren Deon kek ngembunyiin sesuatu, dia kenapa ya? ” Ujarnya memandang apel itu, mengingat raut wajah Deon begitu mengkhawatirkan hatinya.

Deon tidak pernah menunjukan ekspresi seperti itu di depannya, dia merasa kurang mengenal pemuda itu padahal sudah sempat berpacaran hampir se-tahun penuh.

Ceklek.

Deon masuk nampak begitu tergesa-gesa, mata Deon terlihat dingin dan tak menunjukan cahayanya. Deon berjalan linglung ke arah Askara yang seperti kebingungan di buatnya.

Bruk.

” D-Deon... ” Mata Askara terbelalak menatap pemuda yang kini sangat dekat dengannya, mungkin hanya berjarak beberapa senti. Wajah mereka sangat dekat membuat Askara dapat merasakan setiap nafas Deon, begitu dekat sampai dia bisa menatap setiap inci wajah Deon.

” Salah gue apa? ” Ucapan pelan yang Deon lontarkan membuat Askara yakin, dia yakin bahwa Deon sedang ada masalah.

” Salah gue apa? Kenapa gue selalu di tinggal? Kenapa? ” Mata Deon sayu mennunjukan kesedihannya, bibir Deon gemetar memandang sosok mungil yang masih ia miliki satu-satunya.

” Gue udah berusaha sebisa gue, gue... ” Deon tak mampu melanjutkan kata-katanya, hati nya terasa sesak. Matanya bengkak, bahkan begitu jelas bahwa Deon semalaman tidak tidur dari kantung mata yang ada di wajahnya.

” Deon, kamu ada masalah? ” Deon hanya diam, mendekatkan wajahnya pada bahu Askara. Askara hanya diam, dia perlahan mengelus rambut Deon.

Badan Deon menunjukan getaran, berarti begitu terpukul Deon sekarang. Askara tambah merasa tak becus, ntah kenapa hal yang menurutnya tenang-tenang saja malah begutu sulit ia atasi.

Deon lalu memandang manik mata Askara, begitu bersinar sampai matanya seakan menolak menatap mata pemuda manis itu. Deon perlahan memejamkan matanya, lalu perlahan membukanya dan langsung menyambar bibir Askara.

Lembut tanpa membuat Askara risih, Askara hanya diam di karnakan Deon hanya sekedar mengecup tanpa mau melumutnya. Melihat Askara yang tak mendorong atau menolaknya perlahan Deon mulai serius, dia perlahan melumut pelan hingga akhirnya Askara memilih untuk membalasnya.

Tak lama itu terjadi karna Deon lebih memilih cepat mengakhirinya karna menurut nya Askara sudah menerimanya, Deon memandang lagi wajah Askara lalu beralih ke lehernya.

” D-Deon stop. ” Askara mendorong Deon karna menurutnya itu sudah kelewatan, Deon tersenyum simpul lalu menjauh dan duduk.

” Jadi... Jawaban lo enggak? ” Ujarnya lesu, Askara hanya diam tanpa merespon. Sejujurnya dia baru ingat bahwa di dalam ruang inap nya ini ada Cctv nya, jadi dia tidak mau membuat keributan.

” De— ”

” Ok... Lo udah nolak, jadi gak ada lagi orang yang gue miliki. ” Setelah mengatakan itu dengan senyuman yang di paksakan Deon pergi tanpa mau menoleh ke arah Askara yang mau menjelaskan, walau sedikit Askara masih menaruh perasaan pada pemuda itu.

Bingung yang melandah hati Askara membuatnya sedikit merasa tidak mampu, dia memegang buah apel itu dengan kuat membuat apel itu pecah.

•••

Di sisi lain kini Gara sedang berada di rumahnya, yeah... Dia tidak ke sekolah seperti apa yang dia katakan pada Askara.

“ Tuan Gara, kemana anda pergi selama 3 hari ini? ”

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang