5

76 5 0
                                    

•••

Grep... Plak!

” Kan udah gue bilang jangan deketin tu Ketos! ” Suara Deon menggema di dalam kelas, semuanya terdiam. Apa lagi Askara yang sudah terbentur di pintu kelas dengam pipi yang lagi-lagi merah karna Deon, tak ada yang berani membantah apa yang Deon lakukan.

” LO BISA NGERTI BAHASA MANUSIA GAK SIH?! ” Deon menarik kerah baju Askara, jujur saja Askara sudah ketakutan setengah mati. Sakit rasanya di pipi, dan juga lehernya saat kerah bajunya Deon tarik.

” L-lepas... Hiks. ” Suara Askara lirih, tangannya dingin dan gemetar.

” Hah? Lepas? Buat apa gue dengerin omongan lo sedangkan lo gak dengerin omongan gue. ” Bisik Deon, Askara menangis tanpa bersuara. Dia berusaha melepaskan tangan Deon yang memegang kerah bajunya, dengan gemetar dia memandang Deon.

” Ikut gue. ” Deon menarik Askara dengan kasar, dia tidak mau ikut tapi apalah dayanya.

” LO LO SEMUA DIEM, GAK USAH BACOT KALO MAU TETAP DI SEKOLAH INI! ” Bukan hanya Askara yang Deon marahi, bahkan orang-orang yang menggosipi mereka. Deon tak peduli dengan reputasi, asal amarahnya bisa terlampiaskan dia tidak masalah.

Deon mengendarai motor begitu laju, bahkan tas nya dan Askara tidak dia bawa pulang.

Tak lama mereka datang di apartemen Deon, Deon menarik Askara walau pemuda yang dia tarik itu sudah menangis dan memohon-mohon untuk Deon sedikit lembut menariknya karna jujur itu menyakitkan.

Bruk.

” AHHK! ”

” LO GAK BOLEH PERGI KE SEKOLAH LAGI! ”

” Deon sakit... Hiks... Sakit. ”

Tangisan Askara tak berhenti, tangannya sakit di remas Deon begitu kuat. Air matanya jatuh dengan biasanya, seolah tak berguna dan sudah biasa Deon tatap.

” Hiks... Sakit, sakit. ” Pedih dan pilu begitu terdengar, walau seperti itu Deon seakan sudah kehilangan telinganya.

” Sini lo. ” Deon menarik Askara dan melemparnya ke atas ranjang, hati Askara berdegup kencang. Takut dan cemas begitu memenuhi hati nya, dia memegang pergelangan tangannya menangis sembari memeluk tubuh mungil nya.

” Lo udah berani sama gue, gak nyadar posisi lo sekarang? ” Askara hanya menggeleng, perlahan Deon menindih tubuhnya. Memandang penuh kemarahan pada Askara, dia memegang rahang Askara kuat memaksa pemuda yang ketakutan itu menatapnya.

” Deon hiks, j-jangan apa-apain aku... ” Tangisnya, namun Deon hanya tersenyum lalu di akhiri dengan tawaan. Deon lalu berdiri memandang Askara yang masih memeluk tubuhnya, dirinya sudah gemetar.

” Haduh... Kara-Kara, lo tuh punya gue. Gue bilang jangan harus jangan, BUKAN MALAH BANTAH! ” Askara masih menangis, dia lalu duduk dan menatap Deon dengan gemetarnya.

” A-aku... Aku cuma pengen punya temen, lagian kan kita gak ada hubungan apa-apa hiks... Ja-jadi— ”

Plak.

” Ahhk... Hiks. ” Kedua pipinya kini memerah, memar dan hidungnya bahkan mengeluarkan darah, melihat darah yang keluar itu Deon tersenyum smrik.

” Lo tuh cuma boleh ngomong, natap, tersenyum, nangis, tertawa, takut, dan hanya mikirin gue. Semua yang lo lakuin dan lo pikirin harus tentang gue, kalo gak... Gue bakal ancurin hidup lo dan juga keluarga lo. ” Setelah mengatakan itu Deon mengambil sapu tangan, dia mengelap darah mimisan Askara dengan kasar sampai pemuda itu merintis kesakitan.

” Hiks... Bisa gak sih kamu gak egois, aku punya jiwa. Aku bukan boneka mu Deon, aku gak mau terkurung oleh kekangan kamu yang gak pen— ”

PLAK.

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang