6

82 3 0
                                    

•••

” Eh Ketos, bilangin pada wali kelas 10B. Si Bencong ama pacar gue Deon lagi sakit. ”

Ucapan Nara tidak mendapat respon dari Gara yang duduk di ruang osis, Gara berusaha tenang dengan perasaan yang susah di jelaskan.

” Eh lo denger gue gak sih? ” Heran Nara, Gara lalu memandang nya datar. Menunjukan sungguh Gara tak peduli, kecuali tentang Askara tadi.

” As sakit, di mana dia sekarang? ” Dingin Gara, Nara hanya tersenyum jengkel memandang Gara yang acuh tak acuh padanya.

” Cih, emang gue peduli? Lagian gak penting juga, palingan tuh botti lagi sekarat atau di pukulin tuh ama Deon. ” Gara berdiri dari duduk nya, memandang Nara dengan sinisnya.

” Apa lo bilang tadi? 'Di pukulin'? ” Gara mendekati Nara membuat gadis itu mundur-mundur karna takut, kedua lengannya lalu Gara cengkram dengan kuat.

” Di mana Deon tinggal sekarang? ”

” M-Mana gue tau— ”

” JAWAB! ”

” Lepas, gue gak tau brengsek! ” Nara mendorong Gara menjauh, menatap getir pada sosok pemuda yang terlihat begitu marah.

” Trus Askara di mana? ”

” Ya gue gak tau, lo tanya aja ama ortunya. Dari kemaren nanya tuh botti terus, emang kenapa? Lo suka ama dia— ”

” Kalo iya kenapa? Lo mau aduin ke bokap lo biar gue di keluarin karna gue belok? Coba aja kalo lo bisa, tapi kalo lo gak bisa. Lo yang harus keluar, jadi jangan main-main ama gue. ” Setelah itu Gara pergi meninggalkan Nara yang keheranan padanya, Gara senekat itu?

’ Apaan sih tu bocah, ngeselin. ’ Batin Nara.

•••

Gara berjalan menelusuri lorong sekolah dengan perasaan bercampur aduk, khawatir, sedih, marah, dan benci semuanya bersatu. Perasaan khawatir dan sedih mengarah ke Askara, lalu perasaan marah dengan benci mengarah ke Deon.

Perasaan Gara membuat kepalanya pusing, memikirkan di mana pemuda mungil itu berada.

Dia keparkiran lalu mengendarai motornya keluar sekolah, padahal sebentar lagi bel masuk berbunyi. Motor Gara melaju ke rumah Askara, semalaman dia mencari tau di mana rumah ortunya Askara.

Sesampainya di rumah Askara Gara perlahan membunyikan bel, memandang rumah bernuansa putih dan bertingkat 2. Ada 1-2 pembantu, 1 satpam, dan satu penjaga kebun. Layaknya orang kaya, namun walau begitu ayah Askara hanya lah Ceo dari perusahaan yang kurang berkembang.

Satu pembantu membukakan pintu, bertanya ada apa alasan Gara datang ke rumah majikannya. Gara lalu di persilahkan masuk, di sana hanya ada ibu Askara. Karna ayahnya sudah berangkat bekerja pagi-pagi sekali.

” Oh, emannya As kenapa nak? ” Tanya ibu, Gara tidak memberi tau bahwa Asakara yang di pukuli seperti kata Nara.

“ Dia izin sakit, jadi saya datang kemari buat jenguk dia tan. ” Sopan Gara, Ibu nampak khawatir.

“ Bentar ya nak Gara, saya telfon suami saya dulu. ” Gara mengangguk, ibu lalu memgeluarkan ponselnya dan langsung menelfon suaminya di saat itu juga.

“ Mas, As sakit. ”

( ... )

“ Tapi Mas, di sini ada temennya. Cepet pulang, keluarag Deft. ”

( ... )

“ Ok, iya. ”

Ibu lalu memandang Gara dan tersenyum, tak lama terdengar suara mobil dari luar. Lalu ayah Askara masuk menggunakan jas rapi dan mendekati mereka.

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang