9

55 4 0
                                    

•••

Hari berjalan begitu cepat, Askara pun sudah sembuh dan sudah di bolehkan pulang walaupun dia tidak tau apa penyakitnya. Pagi nya Askara memilih pergi ke sekolah, dia pergi sendirian karna di apartemen Deon tidak ada.

Ceklek.

Askara memasuki kelas mendapati Nara yang duduk bersila seakan sudah menunggunya, Askara masuk dengan tertunduk membenarkan kaca matanya lalu bersikap seolah dia baik-baik saja di tatap Nara padahal dia sedang ketakutan.

Brak.

Askara memberhentikan langkah kakinya saat tiba-tiba Nara menendang meja sampai meja itu terbalik, Nara lalu berdiri dan menatap Askara.

” Mana pacar gue? ” Dinginnya, tapi tentu saja Askara tak tau.

” A-aku gak— ”

” MANA! ” Tekannya, mata Askara mulai berkaca-kaca. Dia di kelilingi rombongan Nara dan juga rombongan Deon walaupun tidak ada Deonnya, para siswa-siswi yang tak mau ikut campur keluar dari kelas menyisakan Askara sendiri dengan para pembully itu.

” Aku bener-bener gak tau— ”

Plak.

” Ahhk. ”

Saat tamparan itu mengenai wajahnya air mata Askara terjatuh, dia kaget dan juga ketakutan. Wajahnya lagi-lagi memucat menatap Nara yang seakan bisa menghabisinya saat itu juga, badan Askara gemetar menatap Nara.

” A-aku gak tau... ” Mau berapa kalipun Askara bilang Nara akan tetap tak percaya, Nara lalu menginjak lengan Askara membuat yang punya berteriak kesakitan.

” Tinggal jawab aja susah banget sih lu Botti, denger ya. Lo tuh kan sampah, pecundang, gak usah belagu deh. Mentang-mentang ada sih Gara yang ngelindungi lo, jadinya lo bertingkah kek gini. ” Askara bingung, di mana letak kesalahannya. Walau begitu tetap saja bahwa Nara ini pembully no-2 paling sadis baginya setelah Deon.

” EH LO DENGER GUE GAK! ” Suara Nara menggema di dalam kelas, ia semakin menekankan injakannya di tangan Askara membuat Askara langsung merintis kesakitan lagi.

” S-sakit... ”

” Apa-apa? 'sakit'? Ini gak seberapa KALI! ”

” AHHKK SAKIT... NARA SAKIT! ”

” BRANI BANGET LO NYEBUT NAMA GUE DENGAN MULUT KOTOR LO ITU! ”

” AHHKK!!! ”

” Nara lo udah keterlaluan gak sih, ngeliat dari ekspresi tuh banci kek nya tangannya patah deh. ” Teman-teman Nara sudah memperingati Nara saat melihat Askara histeris minta di lepaskan tangannya, air mata Askara terus mengalir sembari terus menahan sakit dan suara jeritan nya.

” Aku minta maaf... Ampun, sakit.. Hiks, ampun Nara. ” Pinta Askara, namun bukannya melepaskan Nara malah tertawa.

” HAHAHAHA UDAH PANTES JADI LONTEH LO TUH! ”

” AHHKK SAKIT! ”

krek.

Nara terdiam saat Askara tambah kesakitan, dia merasakan bahwa lengan Askara benar-benar patah sebab melihat ekspresi Askara yang benar-benar kesakitan.

Nara mengangkat kakinya menatap lengan Askara, perlahan Askara mengangkat lengannya memeriksa apakah benar sudah patah apa belum. Dan nyatanya, lengan itu sudah begitu semenjak awal Nara injak namun saja belum parah, dan itu semakin parah saat Nara injak lagi.

” Hiks... ” Tangis Askara tambah kencang mengetahui lengannya terasa sangat sakit, dia terus memegang lengannya dengan tangan yang tak di injak oleh Nara.

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang