13

54 1 0
                                    

•••

Kini Askara berada dalam dekapan Gara, dirinya yang masih lemas karna barusan di cekik masih membuat hati Gara berdegup khawatir. Ayah Nara juga sudah di tangkap polisi.

” As, masih takut hemm? ” Tanya Gara, Askara mengangguk memeluk Gara. Gara tau penyakit Askara ini aneh, namun dia tak mau kehilangan Askara bagaimana pun caranya.

Askara menyadarkannya pentingnya orang yang di sayangi, pentingnya orang yang di cintai. Hanya Askara yang menurutnya masih ada, dia tak mau kehilangan Askara sama halnya dengan keluarganya. Dia tak mau menyesal untuk yang kedua kalinya hanya karna ketidak mampuannya menjaga orang yang dia sayang.

Badan Askara masih gemetar, merasakan setiap belaian lembut dan pelukan hangat dari sang kekasih. Dirinya begitu Gara manja, dia bersyukur mempunyai kekasih seperti Gara.

Ting-nung.

” Sayang bel masuk nya udah bunyi, mau masuk ke kelas atau di sini aja? Bolos di jam pertama gak papa kok, kan Aska pinter. Pasti bisa kok ngadepin ujian pernaikan nanti. ”

” Kak Gara juga pinter. ” Cicit nya di pelukan Gara, Gara tertawa pelan dan mengelus rambutnya.

” Aska masih takut? Masih mau di peluk? ” Askara mengangguk, ntah kenapa dia malah merasa seperti anak kecil sekarang. Tapi jujur saja dia masih ketakutan.

Dringgggg.

” Hallo jeny, kenapa? ”

( Tuan, sebentar lagi sidangnya di mulai. )

” Pastikan Deon keluar, kalo gak lo yang tanggung akibatnya. Ngerti? ”

( B-baik tuan, saya pastikan Deon keluar dari penjara. )

” Bagus, pegang kata-kata mu. ”

Tit.

” Kak itu dari pengacara Deon ya? ” Tanya Askara, Gara berhenti sejenak lalu memutus kan mengangguk sebagai jawabannya.

” Gimana? ”

” Deon baik-baik aja kok, bentar lagi dia keluar. ”

” Beneran? ”

” Iyah sayang, ya udah. Aku ngurus kantor kepala sekolah yah, kamu mau ikut atau tetep di sini? ”

” Ikut, mau bantu. ”

•••

Berjam-jam lamanya Deon duduk di kursi tersangka, duduk dengan santai tanpa peduli atas keputusan sidang itu.

” Saudara Deon akan di lepaskan. ”

Tok tok tok.

’ Keluar? Cih, kalo semua pakek duit biar hukum sekaligus bakal tunduk. ’ Batin Deon memandang kesal para hakim, dia tau betul bahwa para hakim itu di sogok pakek duit biar mau melepaskannya. Tapi dia tak peduli, mau hukuman atau bebas dia tak peduli.

Dia sudah di luar, hampir seminggu dia tak melihat dunia luar. Terasa buruk seperti biasa, di mata Deon semuanya tak berwarna.  Dia pergi kerumah sakit tempat Askara menginap, namun nyatanya Askara sudah pulang. Dia tak tau rumah Gara, dia ke balkon  Rs dan memandang perkotaan yang bising.

“ Berisikan. ” Ujarnya, Deon tau bahwa dia di ikuti terus oleh Jeny. Tapi dia pura-pura tak tau sampai Jeny mau memperlihatkan dirinya.

“ Apa kah anda perlu bantuan mencari hotel untuk tinggal, tuan muda sudah menyuruh saya untuk mengawasi anda 24 jam selagi dia tak menemui anda. ”

“ Gue bukan bocah, pergi sekarang. ”

“ Mohon maaf Deondra, saya menolak dengan keras. Saya bisa kehilangan pekerjaan saya jika tak mengawasimu. ”

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang