#dua

499 60 10
                                    

Pagi menjelang, Rami masih terlihat nyaman dalam mimpi indahnya. Alarm ponsel yang menyalak pun tak mampu membuatnya tersadar.
Namun tiba-tiba gadis itu membuka matanya, ia menajamkan pendengaran kemudian tergesa keluar dari kamar saat suara pecahan barang terdengar.

Bugh!

Prankkk!

"Astaga, ada apa Eomma?" Tanyanya melihat sang ibu yang kini memunguti pecahan piring, ia berjongkok dan menarik kedua tangan sang ibu untuk bangkit

"Biar aku saja"

"Terimakasih Rami"

"Kenapa bisa pecah?" Ulangnya seraya mulai membersihkan bekas pecahan tersebut hingga bersih.

"Adik kamu marah, sepatu sekolahnya sudah jelek" Rami terdiam sesaat kemudian bangkit dan tersenyum hangat pada sang ibu

"Dimana anak nakal itu?"

"Jangan marahi adikmu" Si gadis menggeleng pelan

"Tidak akan Eomma, aku hanya akan memberinya sedikit ceramah pagi" Wanita paruh baya itu tersenyum seraya mengusap wajah anak sulungnya

"Adikmu ada di halaman depan, bicaralah baik-baik ya" Rami mengangguk, ia berjalan menuju teras rumahnya dan tersenyum melihat sang adik menundukkan kepala dan terlihat menangis.

"Canny.." Panggilnya, si gadis nampak mengusap wajahnya. Rami berjalan mendekat dan berjongkok di hadapan sang adik

"Apa yang kau lakukan? Kenapa memecahkan piring?"

"A-aku tidak sengaja"

"Baiklah, Kakak percaya. Lalu, kenapa kau menangis?" Si gadis menatap sesaat wajah sang kakak kemudian menundukkan wajahnya

"Sepatuku rusak, teman-teman sering sekali mengejekku" Rami menarik dagu sang adik untuk menatapnya dan tersenyum hangat padanya.

"Sudah jangan sedih, Kakak tidak suka adik cantik ini menangis"

"Siang nanti ajaklah Eomma ke toko sepatu, Kakak akan berikan uangnya" Gadis itu berbinar menatap kakaknya

"K-kak Rami tidak bercanda, kan?"

"Untuk apa Kakak mencandaimu?"

Grep!

Canny memeluk kepala Rami membuat si gadis blonde tersenyum lebar dan menepuk punggung sang adik.

"Terimakasih, Kak"

"Kau itu adikku, tanggung jawabku jadi tidak perlu berterimakasih" Canny mengangguk dan melepaskan pelukannya.

"Minta maaflah pada Eomma dan berjanjilah tidak bertindak seperti tadi!"

"Aku berjanji" Timpalnya dengan wajah ceria, Canny mendaratkan kecupan di pipi Rami kemudian masuk ke dalam rumah dan menghampiri sang ibu.

Rami menggeleng kecil dengan senyuman kemudian bangkit dan meregangkan tubuhnya. Ia menarik nafas dalam-dalam dengan kedua mata yang terpejam kemudian menghembuskannya perlahan, udara pagi memang sangat menyegarkan.

Setelah merasa cukup, gadis itu kembali masuk ke dalam rumah. Ia tersenyum haru menatap kedua orang tersayangnya kini tengah berbalas candaan, enggan mengganggu mereka, gadis itu melanjutkan langkah menuju kamar untuk bersiap memulai aktivitas rutinnya, apalagi jika bukan bekerja.

~~~

Aurora :

"Sayang, apa kau tidak merindukanku?"

Babymonster RamYeon || Second Chance or Choice?? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang