#tigapuluhsatu

452 70 35
                                    

Plakk!

"Appa?"

"Appa kecewa padamu Asa, mengapa kau melakukan hal serendah itu?" Asa menatap lekat kedua manik tajam sang ayah, ia mengusap pipi kirinya yang terasa memanas akibat tamparan si pria.

"Mianhae Appa" Lirihnya dengan air mata yang mulai mengalir, Jeonghan memejamkan matanya sesaat

"Bukan pada Appa, minta maaflah pada gadis yang telah kau hancurkan kehidupannya juga pada mendiang Ibumu!"

"Hiks.. Eomma, mianhae" Tubuhnya luruh terduduk di lantai kamarnya sendiri, Jeonghan menatap iba pada anak semata wayangnya namun ia tak ingin Asa malah menjadi seenaknya jika ia memberikan kelembutan.

"Kau tahu Asa? Appa harus membawamu ke kantor polisi. Kau tahu bagaimana perasaan Appa?"

"Seorang Ayah dengan berat hati menjebloskan anak kandungnya ke dalam jeruji besi. Kau ingin melihat headline seperti itu?" Asa menggeleng cepat mendengar nada putus asa sang ayah, ia mendongak dengan tangisan yang masih mengalir deras.

"A-aku akan meminta maaf pada Rami, Appa"

"Kau memang harus meminta maaf pada gadis itu dan harus mempertanggung jawabkan tindakanmu!"

"Nde Appa hiks akan aku lakukan" Jeonghan terduduk bersimpuh di hadapan sang anak, menatap lekat wajah Asa yang teramat mirip dengan mendiang istrinya, kedua mata si pria memerah menahan tangisan.

"Mengapa kau melakukan ini? Mengapa kau tak mencari tahu kebenarannya?" Lirihnya seraya mengusap pipi Asa yang memerah

"A-aku hiks.. Aku menyesal Appa, aku begitu terpukul atas kepergian Eomma"

"Aku menyesal Appa hiks sangat menyesal" Jeonghan merengkuh tubuh sang anak yang semakin bergetar karena tangisan yang mengencang.

Beberapa jam lalu, orang suruhan Jeonghan berhasil menemukan Asa di salah satu club malam dengan keadaan mabuk. Gadis itu di seret paksa untuk pulang, Jeonghan memperlihatkan setiap rekaman CCTV yang ia dapatkan di saat Sowon mengalami hal yang tragis dan di sana lah si gadis blonde datang dengan niat mulia membawa Sowon ke Rumah sakit.

Asa yang awalnya menyangka bahwa itu hanyalah cara sang ayah untuk menghentikannya pun di buat sadar. Asa menyesal, teramat menyesal telah meruntuhkan dinding kebahagiaan teman kecilnya dengan kesalahpahaman yang ia anggap kebenaran.

"Appa, aku akan menemui Rami" Jeonghan melepaskan pelukannya,

"Tidak sekarang, Rami masih berada di Rumah sakit, tunggu dia pulang ke rumahnya"

"Kenapa Appa? Bukankah lebih cepat akan lebih baik?"

"Kondisi Rami masih belum stabil, biarkan dia pulih agar bisa membalasmu dulu" Candaan Jeonghan membuat Asa terdiam kemudian tersenyum dan mengangguk

"Kau benar, setidaknya Rami harus menghajarku dulu sebelum menjebloskanku ke dalam penjara"

Si pria hanya tersenyum meski kedua matanya berkaca-kaca menyiratkan rasa sakit yang mendalam, bisakah ia merelakan putrinya masuk ke dalam neraka dunia?
Namun, bukankah itu lebih baik di bandingkan Asa hidup dengan penyesalan di sepanjang umurnya?

~~~


Di rumah sakit,
Rami dan Ahyeon tengah berbincang kecil, ini hari ketiga gadis blonde itu berada di sana namun belum di perbolehkan untuk pulang karena luka di telapak kakinya yang belum benar-benar mengering. Ia bahkan belum bisa menapakkan kedua kakinya di atas ubin dan kini menggunakan kursi roda untuk sekedar ke toilet atau ingin berjalan-jalan keluar dari kamar.

Babymonster RamYeon || Second Chance or Choice?? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang