Setelah berhasil melarikan diri dari serangan para pria berpakaian hitam, Lin Xuan menemukan tempat yang aman untuk bermalam di bangunan tua yang terbengkalai. Meskipun lelah dan terluka, tekadnya untuk mengungkap informasi jimat dan peta ketiga tetap kuat. Setelah merawat lukanya, Lin Xuan duduk di sudut ruangan dan memeriksa kembali peta yang telah dia lihat sebelumnya.
Peta itu mengarahkan Lin Xuan ke suatu tempat yang tersembunyi di pegunungan utara Kota Fengyang. Dia tahu bahwa perjalanan ini akan berbahaya, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dengan pemikiran yang cermat, dia memutuskan untuk memulai perjalanan di pagi hari.
Keesokan paginya, Lin Xuan menyelinap keluar dari bangunan tua itu dan memulai perjalanannya menuju pegunungan utara. Jalan setapak yang dia lalui semakin terjal dan berbatu, namun pemandangan yang indah membuat perjalanannya sedikit lebih menyenangkan. Di sepanjang perjalanan, Lin Xuan tidak bisa berhenti memikirkan apa yang mungkin dia temukan di ujung peta ini.
Setelah beberapa jam berjalan, Lin Xuan akhirnya tiba di kaki pegunungan. Dia berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga sebelum melanjutkan pendakian. Sambil duduk di bawah pohon besar, dia mengambil peta dan memeriksa rute yang harus dia tempuh. Peta itu menunjukkan bahwa ada sebuah gua tersembunyi di balik salah satu tebing tinggi di puncak gunung.
Lin Xuan melanjutkan pendakiannya dengan hati-hati. Setiap langkah dia pijakkan dengan penuh kewaspadaan, karena dia tahu bahwa para pria berpakaian hitam mungkin masih mengawasinya. Setelah beberapa jam mendaki, dia akhirnya menemukan pintu masuk gua yang ditunjukkan di peta. Pintu masuk itu tersembunyi di balik semak-semak lebat, hampir tidak terlihat oleh mata biasa.
Dengan hati-hati, Lin Xuan masuk ke dalam gua. Suasana di dalam gua terasa dingin dan gelap. Dia menyalakan obor yang dibawanya, memperhatikan setiap detail di sekitarnya. Dinding gua dipenuhi dengan ukiran-ukiran kuno yang menggambarkan pertempuran besar dan artefak-artefak misterius.
Di ujung gua, Lin Xuan menemukan sebuah altar batu dengan sebuah peti kayu tua di atasnya.
[Gua Abadi]
Itulah tulisan yang tertera di altar batu itu.
"Inikah tempatnya?" Pikir Lin Xuan gugup. Dia mengingat petunjuk yang pernah diberikan suara aneh di jimat itu.
Hatinya berdebar-debar saat dia mendekati peti itu. Dengan tangan yang gemetar, dia membuka peti dan menemukan sebuah buku tua dengan sampul kulit yang tebal. Buku itu tampak sangat kuno dan berdebu, namun masih utuh.
Lin Xuan mengambil buku itu dan membuka halaman pertama. Di dalamnya, dia menemukan catatan-catatan kuno yang menjelaskan tentang jimat-jimat kuno yang tersebar di seluruh dunia, serta kekuatan yang mereka miliki. Di antara halaman-halaman buku itu, dia menemukan petunjuk tentang cara mengaktifkan jimat yang dia miliki.
"Jimat ini dapat diaktifkan dengan darah." tulis catatan itu. "Setelah diaktifkan, darah seseorang yang mengenai jimat akan menjadi pemilik jimat yang baru."
Lin Xuan tercengang membaca catatan itu. Dia tidak menyangka, metode pengaktifan nya begitu sederhana. Karena rasa penasaran Lin Xuan tidak bisa dibendung. Dia memutuskan untuk mencoba mengaktifkan jimat sesuai petunjuk di buku kuno itu.
Dengan hati-hati, dia mengambil pisau kecil dari tasnya dan membuat sayatan tipis di telapak tangannya. Darah segar mengalir dari luka itu, dan dia meneteskan beberapa tetes darah ke jimat.
Tiba-tiba, jimat itu mulai bersinar terang. Cahaya yang terpancar dari jimat tersebut begitu kuat hingga membuat Lin Xuan harus menutup matanya sejenak. Saat dia membuka matanya lagi, dia melihat jimat itu mulai berubah bentuk dan mengeluarkan suara gemuruh yang aneh. Dari dalam jimat, muncul cahaya berbentuk lingkaran yang mengelilingi Lin Xuan, membentuk semacam portal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimat Jiwa Abadi
FantasyDi desa kecil Huai'an, hidup Lin Xuan berubah ketika ia menemukan Jimat Jiwa Abadi saat menjelajah di luar desa. Jimat itu adalah salah satu dari enam jimat kuno yang dicari oleh kultivator di seluruh benua Tianluo. Dengan jimat itu, ia mempelajari...