Yogyakarta 13 : Perihal buruknya

54 7 0
                                    

Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.

✯✯✯

Suara dentuman musik menggema keras, banyak pinggul yang berlenggak-lenggok kesana-kemari mengikuti irama lagu, ada juga yang hanya diam menikmati enaknya alkohol seraya menatap banyak manusia dibawah gemerlap lampu diskotik.

Akibat empat botol vodka yang Anin habiskan berakhir membuatnya mabuk sempoyongan, tubuh diapit oleh beberapa orang yang bahkan ia sendiri tak mengenalnya.

Shaka mendekat menarik pergelangan tangan Anin menjauh, gadis itu meracau dengan mata merem melek. "Lo kenapa minum sih?" kesal Shaka membawa Anin ke kursi paling ujung, tepat didekat kedua orangtuanya.

"Enak banget, mau lagi." ujar Anin meraba-raba wajah Shaka seakan mencari botol alkohol, "Dimana sih?" kesalnya.

"Papa mau ajak mama pulang, kamu hati-hati bawa mobilnya." ujar Alva.

"Anin bilang mau nginep dirumah, jadi bawa pulang kerumah kita jangan kamu anter kerumahnya."

"Iya, mama." jawab Shaka, "Kalian hati-hati, ya."

Setelah kepergian Alva dan juga Lara, Shaka membawa Anin ke parkiran menuju mobilnya. Gadis itu terus meracau tak jelas membuatnya bingung harus melakukan apa.

"Ini apa? Kok kenyel," gumam Anin.

Shaka memegang kedua tangan Anin erat, "Jangan macem-macem."

"Ini Shaka cowok nyebelin itu, ya?" tanya Anin setelah melepas tautan tangannya dari tangan Shaka.

"Lo diem kalo gamau gua iket." tutur Shaka mendorong tubuh Anin cukup keras membuat gadis itu meringis.

"Sakit, hiks—" Isak tangis terdengar, Anin memegang kepalanya yang terkena benturan pintu mobil. Mata indahnya berkaca-kaca, bibirnya sedikit baju membuat Shaka memalingkan wajah. Ah, sungguh menggemaskan.

Dipeluknya tubuh mungil tersebut lalu mengusap pelan pucuk kepala Anin, sesekali ia mencium aroma manis yang menyeruak berasal dari rambut gadis itu. "Maaf, ya." tutur Shaka.

"Shaka, lepasin." lirih Anin mencoba melepas pelukannya, namun tak bisa karna terlalu erat. "Gua sesek nafas."

Shaka merenggangkan pelukannya, ia menatap Anin, "Lo gak mabuk?"

"Mikir bego, lo dorong gua kuat bener," kesal Anin mengusap air matanya, "Gimana gua gak langsung sadar."

"Gua kira lo masih mabuk." ujar Shaka.

"Lo ambil kesempatan dalam kesempitan, modus lo!"

Shaka menggeleng, "Engga, refleks aja meluk lo."

Anin memutar bola mata malas, "Halah, ngomong aja mau peluk gua, mana tadi ngendus rambut gua, wangi ya?"

"Iya, wangi, gua suka."

Sialan, niatnya hanya ingin menjebak Shaka dengan pertanyaan, namun Anin malah salah tingkah.

"Lo suka gua ya? Jujur aja." ucap Anin mengedipkan sebelah matanya.

Mengumpulkan keberanian, Shaka mendekat mengikis jarak keduanya, kedua tangannya menampung pipi tirus Anin lalu berujar, "Kalo gua suka kenapa, dan kalo gasuka kenapa?" tanya Shaka lalu menyelipkan rambut Anin di balik telinganya.

Anin berdehem pelan, "Suka bener lo pegang pipi gua, heran."

"Gemes soalnya."

"Lo pilih keluar sendiri atau gua tendang keluar?"

"Ini mobil gua, Nin, gak sopan nendang pemilik aslinya." ucap Shaka mulai menghidupkan mesin mobil, melajukan dijalan raya dengan kecepatan sedang.

"Ngomong-ngomong wajah lo sensitif ya? Makanya gak suka di pegang?" tanya Shaka melirik Anin yang tengah berkaca.

YOGYAKARTA | ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang