Yogyakarta 02 : Hari pertama

405 45 18
                                    

Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.

✯✯✯

Ruang kepala sekolah berada diujung lorong, letaknya tak jauh dari ruang guru. Mungkin hanya memakan waktu tiga menit dari kantin sekolah.

Mata Shaka menyipit kala melihat sosok yang cukup ia kenal lebih dulu memasuki ruang kepala sekolah. Itu Anindya—teman kelasnya. Walaupun Shaka ketua kelas ia tak terlalu akrab dengan gadis itu. Tapi setidaknya ia pernah sekali dua berinteraksi, menasehati atau bahkan melakukan kerja kelompok bersama.

Kaki kembali melangkah, ketukan pelan ia berikan, hingga tak lama suara dari dalam sana mengarahkan untuk masuk. Shaka melirik Damar—sang kepala sekolah lalu mendudukkan tubuh disamping Anin tanpa canggung.

"Ada apa ya pak?" tanya Shaka langsung pada intinya.

Damar melirik Shaka seraya tersenyum tipis, "Kamu murid terbaik di kelas XI, Shaka, dan saya yakin kamu bisa melakukan tugas dari saya."

Kening Shaka mengernyit heran, "Maksud bapak apa?"

"Saya ingin kamu menjadi tutor untuk Anindya, nilainya buruk sekali." ucap Damar, "Dan saya juga ingin kamu membimbing Anindya untuk jadi lebih baik."

Anindya memutar bola mata malas, ia tau hal ini akan terjadi. Bibirnya memilih bungkam tak menghiraukan perkataan dua laki-laki yang berbeda generasi didekatnya.

"Kenapa harus saya pak?" tanya Shaka sopan.

"Karna kamu ketua kelas, saya yakin kamu bisa." jawab Damar, "Wali kelas kamu angkat tangan, jadi saya serahkan ke kamu."

"Kalo saya engga bisa gimana pak?" tanya Shaka pesimis.

Damar menepuk pelan pundak muridnya, "Saya yakin kamu bisa." jawab Damar.

Shaka menghela nafas berat, ia menatap gadis yang sedari tadi duduk disampingnya. Astaga, sangat berbanding balik dengannya. Gadis itu memakai topi yang diputar kebelakang, dasi asal-asalan, rok diatas paha, juga baju ketat yang melekat ditubuh.

Gadis itu tampak acuh tak acuh, ia beranjak malas, "Udah kan pak? Saya mau ke kantin nih, laper."

Damar mengangguk, "Iya, kamu boleh ke kantin Anin."

Anin menyalimi Damar, "Terimakasih, pak." ucapnya. Walaupun nakal ia tak kurang ajar. Itu yang membuat guru memberi nilai plus terhadapnya.

Shaka turut beranjak dan salim, "Saya juga izin keluar pak."

"Iya, silahkan. Saya harap kamu bisa mendidik Anin dan membuat nilai mata pelajarannya membaik." ucap Damar seolah sangat mempercayainya.

Shaka mengangguk, "Iya, saya usahakan pak."

Shaka keluar dari ruangan kepala sekolah lalu berlari pelan menghampiri gadis tadi, mereka tak terlalu akrab, hanya saja ia mengenalnya sebagai teman kelas.

"Anindya!" seru Shaka membuat Anin menghentikan langkahnya.

Gadis itu mendongak menatap Shaka yang sangat tinggi, "Apa?!" tanyanya tak santai.

Shaka menunduk melirik Anin yang hanya sebatas ketiaknya, "Lo sekarang tanggung jawab gua, demi kebaikan bersama, gua mohon berubah."

YOGYAKARTA | ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang