Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.
✯✯✯
Weekend kali ini Shaka memilih menghabiskan waktu dengan bermain bersama Chindita, bocah perempuan berusia enam tahun anak dari Dean-sang paman juga istrinya-Amora.
Shaka menjaga dua bocah sekaligus, matanya tak lepas menatap dua anak yang sedari tadi tengah bermain masak-masakan tak jauh darinya. Karna sudah terlalu jenuh, ia lantas mengajak dua anak tersebut untuk berhenti bermain. "Ikut abang yuk?" tawar Shaka membuat dua bocah tersebut menghampirinya.
"Kemana abang?" tanya Chindita.
"Kita ke mall." jawab Shaka.
"Mau!" seru keduanya.
Shaka mengusap wajah cemong adik sepupunya, "Cuci tangan sana, abang tungguin dimobil, ya."
"Ay ay captain!" seru keduanya berlari memasuki rumah.
Playlist lagu tulus menemani perjalanan mereka menuju plaza Malioboro, jalanan kota Yogyakarta siang ini lebih senggang dari biasanya. Hanya memakan waktu dua puluh menit, akhirnya mereka tiba. Shaka membawa mobil masuk ke area basement, diparkirkannya-lah mobil lalu keluar bersama adik-adiknya.
"Oke, pertama kita mau kemana nih?" tanya Shaka seraya menaruh tangan kanannya diatas bahu Chindita.
Acel memimpin jalan, Shaka mengekor mengikuti kemana langkah kecil itu membawanya. Ternyata tujuan pertama Acel ialah Solaria, ah Shaka jadi ingat ia belum memberi adik-adiknya makan siang.
Setelah makanan tiba, mereka menikmati dengan lahap. Mungkin selama makan mereka menghabiskan waktu tiga puluh menit, kemudian setelahnya kembali berkeliling mall membeli beberapa barang yang diinginkan oleh Acel juga Chindita.
☆☆☆☆
Guru tengah rapat tak membuat anak XI 2 berkeliaran, mereka sudah diberi tugas walau hanya beberapa yang mengerjakan. Lima soal sejarah, jawaban cukup panjang bisa mencapai sepuluh baris dalan satu soal.
Anin menopang dagu merasa jenuh, ia beranjak hendak keluar kelas namun lagi-lagi Shaka mengurungkan niatnya. Pemuda itu membawa kursi mendekat kearahnya seraya membawa buku juga pulpen ditangan.
"Gak boleh keluar kelas, kerjain." titah Shaka.
"Mau ke toilet Shak." adu Anin tentunya berbohong.
Shaka menyipitkan matanya menatap Anin, "Serius mau ke toilet?"
Anin mengangguk, "Lo mau ikut?" tanya Anin berusaha menarik kepercayaan Shaka.
Shaka menggeleng cepat, "Udah sana, jangan lama."
Anin mengangguk antusias, ia melangkahkan kaki keluar kelas seraya memberikan flying kiss kepada teman-temannya. Hal itu tentu membuat seisi kelas sontak menggelengkan kepala.
"Percaya lo sama Anin?" celetuk Marvel.
Shaka mengangguk, "Percaya, Vel."
"Bego berati, mau aja di kibulin."
"Kali aja dia emang kebelet," jawab Shaka tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA | ARSHAKA
Teen FictionMenjabat sebagai ketua kelas dan memiliki predikat selalu mendapat juara satu pararel membuat Shaka harus berurusan dengan Anindya-teman kelas sekaligus murid yang dijuluki preman sekolah. Hari yang dulu selalu berjalan flat berubah sedikit berwarna...