Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.
✯✯✯
Rencana awal Anin malam ini yaitu ingin mengerjakan pesanan dari beberapa customer-nya yang akan deadline esok hari, namun karna Shaka tiba-tiba mengajaknya pergi keluar alhasil ia urungkan. Ah tetap jadi, maksudnya ia akan mengerjakan didalam mobil saja, lagipula mengerjakan akun premium tak terlalu sulit.
"Kita mau kemana?" tanya Anin dengan mata yang fokus menatap MacBook yang baru saja ia beli beberapa hari lalu.
"Mall aja." jawab Shaka, "Ada yang lagi pengen lo beli gak?" tanyanya.
Anin menggeleng, "Engga ada, kenapa?"
"Dompet gua gabisa ditutup," ucap Shaka, "Lo abisin aja mau beli apapun terserah."
Anin menarik sudut bibir seraya meraih dompet Shaka, dibukanya dompet tersebut kemudian kembali menutupnya. Ia memasukkan dompet itu kedalam tasnya dan kembali fokus menatap pekerjaan yang belum juga terselesaikan.
"Pacaran sama gua lo untung, Nin." celetuk Shaka.
Kening Anin mengernyit, "Huh?"
"Dapet gua ditambah dapet duit gua." ucap Shaka, "Lo gak minat?"
Anin menggeleng, "Engga sih."
Shaka tersenyum tipis, "Iya hari ini engga, gatau besok." ujar Shaka.
Shaka membawa mobilnya masuk ke basement parkiran lalu memarkirnya, setelah selesai ia keluar diikuti oleh Anin. Gadis itu tak membawa MacBook-nya karna terlalu ribet.
"Biar gua yang bawain tas lo." ucap Shaka meraih tas Anin.
Anin melirik Shaka, tas kecil berisi mekaup miliknya sekarang berada di pundak pemuda itu, tak menghiraukan hal itu ia memilih segera masuk kedalam salah satu cafe untuk mengisi perut.
Selama menunggu pesanan Anin tak memainkan ponselnya, karna Shaka lebih dulu menggapai benda pipih tersebut. Kepala Anin menoleh saat tersadar tangan Shaka sudah berada dibalik pinggangnya, pemuda itu menaruh kembali ponsel ke atas meja kemudian menyandarkan kepala di pundak Anin.
"Anindya," panggil Shaka.
"Kenapa?" tanya Anin.
"Lo nyaman gak kalo gua nyender gini?"
"Biasa aja." jawab Anin. "Sekarang gua tanya, lo nyaman gak kalo gua elusin gini?" tanya Anin seraya mengelus rambut halus Shaka.
"Nyaman banget."
"Lo beneran suka sama gua, Shak?" tanya Anin membuat Shaka sedikit menjauh.
Shaka menatap Anin, pandangan mereka bertemu cukup lama sebelumnya akhirnya Shaka menjawab, "Iya suka." jawab Shaka, "Perlakuan gua ke lo udah jelas, masa lo gak peka?"
"Maksud gua dari kapan lo suka sama gua?"
"Kalo gua bilang dari kelas sepuluh lo percaya?" Shaka bertanya balik.
"Bohong kan lo?" tutur Anin.
"Dari kelas sepuluh gua udah suka ngawasin lo, pernah naksir tapi gua tepis jauh-jauh rasa itu. Sekarang malah disuruh benerin lo, jadi rasa yang udah gua tepis tadi muncul lagi."
"Kenapa lo tepis rasanya?" tanya Anin penasaran.
"Karna waktu itu gua mikir buat fokus sekolah aja, sekarang pemikiran gua udah beda, gua mau memperbaiki diri lo juga." ucap Shaka, "Lo gak pernah minta duit sama orang lagi dan lo juga udah engga pernah bikin ulah, gua udah bangga banget sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA | ARSHAKA
Teen FictionMenjabat sebagai ketua kelas dan memiliki predikat selalu mendapat juara satu pararel membuat Shaka harus berurusan dengan Anindya-teman kelas sekaligus murid yang dijuluki preman sekolah. Hari yang dulu selalu berjalan flat berubah sedikit berwarna...