#story11
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum-minum...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pengalaman pertama itu memang selalu menyakitkan, baik itu pengalaman pertama ketika berhubungan badan, maupun mabuk. Kedua pengalaman pertama Ruby menyakitkan bagi perempuan itu. Dan sialnya, kedua pengalaman pertama itu harus Ruby lalui bersama dengan Chris.
Ruby menggerak-gerakkan tubuhnya dengan kesal di atas kasur saat mendapati dirinya terbangun di sebuah kamar yang tidak dia kenali. Ruby mendapati dirinya bergumul di balik selimut berwarna abu-abu, dan dari baunya ini sudah jelas kamar Chris. Laki-laki itu pasti membawa Ruby ke rumahnya, bukan mengantarkannya pulang semalam.
Ruby sedikit meringis saat merasakan kepalanya yang berdenyut-denyut. Akibat kebodohannya di saat mabuk, Ruby melukai kepalanya sendiri. Bukan hanya melukai kepalanya, perempuan itu juga mempermalukan dirinya dengan segala ucapan melanturnya kepada Chris. Harusnya Ruby tidak mabuk jika tahu dia akan berakhir bersama Chris lagi.
Chris menggendong Ruby yang sibuk meracau tidak jelas untuk keluar dari bar. Setelah membabat habis bibir perempuan itu, Chris memutuskan untuk membawanya pulang.
“Pusakamu!” teriak Ruby, menunjuk-nunjuk ke arah laki-laki yang dia temui di setiap perjalanan menuju mobil Chris.
Ruby tertawa terbahak-bahak. “Kau tidak sebesar Chris. Kau kecil sekali.”
Chris menundukkan kepalanya untuk menatap Ruby yang tidak berhenti berbicara sedari tadi. Di benaknya hanya ada pusaka, dan Chris tentunya. “Kau tidak boleh mabuk lagi jika begini, Ruby.”
Ruby tersenyum lebar, menatap Chris. “Kau tampan, seperti Chris.” Ruby mengalungkan tangannya di leher Chris, wajahnya semakin dekat, ingin melahap bibir Chris lagi. Saat berhasil mendapatkan bibir Chris, Ruby tersenyum senang. Dia bertahan di posisi itu hanya beberapa detik saja, kemudian menjauhkan wajahnya lagi. “Bibirmu enak.”
Jari telunjuk Ruby beralih memutar-mutar di dada Chris, kemudian perempuan itu memasukkan jari telunjuknya ke mulut. Wajah Ruby mengernyit kala merasakan jari telunjuknya yang terkena keringat Chris. “Kau asin.”
Chris terkekeh, jika saja dirinya tidak sedang menggendong Ruby, maka Chris pastikan dia akan melahap bibir yang terus bergerak itu. “Aku habis olahraga. Kau mencicipi keringatku.”
“Kau bau!” Ruby menutup hidungnya dengan tangan. Sedari tadi dia menempel kepada Chris, dan baru sekarang dia mengatakan Chris bau.
Chris mengabaikan Ruby, memilih membuka pintu mobilnya meskipun sedikit kesusahan karena perempuan yang berada di dalam gendongannya tidak berhenti bergerak. Chris mendudukkan Ruby di kursi sebelah kemudi, kemudian menutup pintu mobil. Saat Chris mengitari mobil untuk berpindah ke kursi pengemudi, terdengar suara gedebuk.
Ruby membuka pintu mobil, dan turun dari mobil dengan kondisi sempoyongan. Akibat kecerobohannya itu, dirinya tersungkur, dan keningnya menghantam lantai. “Aw, sakit!” ringisnya.