12

292 39 2
                                    

Sing membuka pintu utama rumahnya ketika mendengar bel rumahnya berbunyi.

"Zayyan"

Sebenarnya dia tidak terlalu terkejut melihat Zayyan datang kerumahnya, bagaimanapun ini pertama kalinya dia membolos sekolah tentu akan membuat Zayyan curiga sampai mendatanginya, apalagi dia tidak membawa pulang tas sekolahnya.

"Lo kenapa? Sakit? " Tanya Zayyan yang masih berdiri didepan pintu rumahnya.

"Masuk dulu Zay" Ucap Sing mempersilahkan Zayyan masuk kerumahnya, kemudian langsung menuntunnya duduk di sofa ruang tamu.

"Lo mau minum apa biar gue bikinin? " Tanya Sing kepada Zayyan disebelahnya.

"Gak usah, gue cuma bentar kesini cuma mau nganterin tas sekolah lo, oh ya lo belum jawab pertanyaan gue"

"Gue gak sakit, gua cuma lagi malas buat masuk kelas, dan makasih udah nganterin tas gue Zay" Ujar Sing.

"Ooo okay, gue ma-"

"Bisa temenin gue dulu Zay? " Pinta Sing menghentikan Zayyan yang hendak berpamitan untuk pergi.

"Jangan pulang dulu, disini aja temenin gue" Pinta Sing lagi sambil menggenggam tangan orang di sampingnya.

Aksi tiba-tiba nya cukup mengejutkan Zayyan, dia tidak mengira akan melihat sifat Sing yang tidak jauh berbeda dengan Leo.

"Lo lagi sendiri dirumah? " Tanya Zayyan sambil menatap sekitar rumah Sing yang tampak sepi, lagipula dia juga tidak sanggup menatap Sing yang sedang menatapnya intens.

Mungkin kalau Leo dia masih bisa menahannya karena dia sudah terbiasa ditatap olehnya, tapi tidak dengan Sing, ini adalah pertama kalinya dia melihat Sing yang menatapnya dengan cara berbeda, apalagi tangannya yang masih menggenggam lembut tangan Zayyan cukup menambah kegugupannya.

"Memang disini gue cuma tinggal sendiri" Jawab Sing tanpa mengalihkan tatapan nya dari wajah manis laki-laki disampingnya, seakan menatapnya sudah menjadi hobi Sing.

"Ha? "

Melihat ekspresi laki-laki didepannya yang tampak bingung, tapi tetap tidak berani menatapnya membuat Sing tidak dapat menahan senyum gemasnya.

Kenapa dia begitu menggemaskan.

Karena menyadari ketidaknyamanan Zayyan akan sikapnya yang tidak biasa, Sing akhirnya mengalihkan tatapan nya ke sekeliling rumahnya, mencoba mengingat kembali kenangan kebersamaan keluarga nya sampai akhirnya hanya tinggal dirinya.

"Mama gue udah meninggal 10 tahun lalu dan papa gue ada kesibukan di Hongkong, dia gak bisa ikut gue pindah kesini, jadinya yaa gue tinggal sendiri" Jawab Sing.

"Maaf gue gak maksud buat lo sedih" Ucap Zayyan merasa bersalah karena telah mengungkit kesedihan Sing, apalagi dia bisa melihat kerinduan dalam tatapan itu.

"Gak pa-pa, lagian gue juga udah mulai berdamai kok, gue udah bisa menerima kepergian mama gue sebagai takdir yang Tuhan tetapkan, dan gue percaya bahwa ketetapan-Nya adalah yang terbaik" Jawab Sing dengan senyum tulusnya menatap Zayyan.

Hati Zayyan mencelos mendengar pernyataan Sing yang berbanding terbalik dengan keadaannya saat ini.

Dia seakan merasa tertampar melihat Sing yang dengan lapang dada menerima kenyataan hidupnya, sedangkan dirinya masih terbelenggu akan kesalahannya di masa lalu, dia yang selalu mengutuk dirinya bahwa kejadian itu adalah akibatnya tanpa menyadari bahwa semua itu adalah ketetapan-Nya.

"Zayyan" Panggil Sing lembut menyadarkan Zayyan dari lamunan nya.

"Mau cerita sama gue? " Tanya Sing seakan menyadari kegundahan sahabat nya.

Izinkan Aku Pergi •Zayyan Story• ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang