Sudah hampir satu bulan berlalu semenjak semester baru dimulai, itu tandanya juga hampir satu bulan Sing berada disini.
Semenjak melihat Zayyan pada malam itu, setiap malamnya dia selalu diam-diam menemani Zayyan, mungkin sampai sekarang Zayyan juga belum menyadari bahwa Sing adalah tetangga barunya, tetangga yang selalu menemaninya menatap langit disetiap malamnya.
Ya itu sudah menjadi rutinitas Sing setiap malamnya, dia juga heran dengan dirinya kenapa dia harus memberikan atensi lebih terhadap Zayyan, bahkan dia sengaja memasang alarm pada tengah malam agar terbangun hanya untuk sekedar menatap Zayyan yang berada di sebelah balkon kamarnya, padahal selama ini dia adalah orang yang apatis terhadap sekitarnya.
Walaupun dia hanya berani menemaninya dibalik jendela balkon kamarnya dengan menyingkap sedikit tirainya agar dapat menampilkan pemandangan balkon kamar rumah sebelahnya.
Sing tidak ingin menampakkan dirinya secara terang-terangan ketika menatap Zayyan dalam sunyinya malam, dia takut jika Zayyan menyadari atensinya maka dia tidak akan bisa melihat Zayyan yang merenung di balkonnya lagi, karena hanya dengan cara itu dia bisa melihat Zayyan yang menampakkan dirinya apa adanya tanpa berpura-pura baik-baik saja dengan senyum cerianya.
Entah luka seperti apa yang tersimpan dihatinya sehingga setiap malam dia selalu merenung menatap langit dengan keputus-asaannya, tapi satu hal yang Sing sadari bahwa luka yang selalu ditutupinya bukan hanya sekedar luka kecil yang bisa dengan mudah sembuh.
Sebenarnya dia ingin mendekati Zayyan, dia ingin Zayyan bersedia membagi lukanya kepadanya, tapi dia ragu melakukannya, pada teman dekatnya saja Zayyan selalu menutupinya apalagi dengan dirinya yang hanya sekedar seseorang yang hanya berani menatapnya dari kejauhan, walaupun setiap istirahat Zayyan selalu mengajaknya untuk ke kantin bersama dengan temannya tapi tetap saja dia lebih banyak diam memperhatikan daripada nimbrung obrolan mereka.
====
Seperti sudah terbiasa dengan pemandangan setiap paginya dikelas 11 IPA 2, melihat Zayyan yang terlelap tidur dikursi pojok samping jendela.
Begitu pula dengan Sing yang sudah memahami kenapa Zayyan selalu tidur di kelas setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, dia tau alasan yang mungkin selalu terdengar gurauan oleh temannya, Sing juga sempat berfikir apakah memang sepanjang malam Zayyan tidak tertidur karena dia hanya melihat Zayyan merenung di balkonnya dari tengah malam hingga pagi menjelang, jadi dia tidak tau apa yang Zayyan lakukan sebelum itu.
Dan rutinitas Leo setiap paginya adalah menatap Zayyan yang tertidur sambil menunggunya bangun, dan mewanti-wanti guru yang tiba-tiba masuk, murid dikelas sudah biasa melihat bagaimana perhatiannya Leo kepada Zayyan-sahabatnya, karena sifat Leo sudah seperti itu semenjak awal kelas 10.
Awalnya temannya terutama Wain, Lex dan Davin sempat heran dengan betapa perhatiannya Leo kepada Zayyan bahkan terkadang terkesan romantis untuk hubungan sahabat antar pria, tapi seiring berjalannya waktu mereka sudah terbiasa karena Zayyan pernah mengatakan bahwa dia dan Leo sudah berteman sejak SMP mungkin hal itulah yang mempengaruhi kedekatan mereka yang terlihat tidak terpisahkan.
"Zay, lo udah ngerjain tugas Fisika kan? " Tanya Leo memastikan ketika melihat Zayyan sudah terbangun sambil meregangkan tubuhnya.
"Sudah, emang kenapa? Lo juga udah ngerjain kan? "
"Udah, gue takutnya lo lupa soalnya keknya kerjain lo tidur mulu" Jawab Leo yang membuat Zayyan kesal mendengarnya.
"Ah sembarang lu ya Leo, gini-gini gue orang sib-"
"Iya gue tau lo sibuk banget" Potong Leo sudah hafal dengan alasan sahabatnya, pas ditanya sibuk ngapain paling juga jawab asal-asalan.
Zayyan hanya terkekeh mendengar timpalan sahabatnya yang sudah hafal dengan alasannya, Leo yang melihatnya hanya mendengus.
Seakan terlintas keusilan dikepalanya, tiba-tiba dia dengan gemas mencubit pipi Zayyan kuat sampai menimbulkan kemerahan dipipi tembemnya.
"Akhhh Leo, lepas sakit" Teriak Zayyan kesal.
"Hahahh 1 sama" Jawab Leo tertawa sambil kembali mengusap pipi Zayyan yang menjadi korbannya.
Kemudian dia berbalik menghadap kedepan bertepatan dengan guru yang memasuki kelas mereka.
====
Jam pelajaran kedua kelas 11 IPA 2 saat ini adalah pelajaran olahraga, beberapa murid kelas tersebut sudah mulai berjalan menuju lapangan pusat yang berada ditengah-tengah gedung sekolah mereka, dan sebagian lagi masih berada diruang ganti termasuk Zayyan dan kelima temannya yang termasuk Sing.
"Zay, lain kali olahraga dong Zay, tengok badan lo Zay paling kecil diantara kita semua, keknya kalau lo ngaku jadi bocah SD pun orang lain bakal percaya Zay" Ucap Davin melihat tubuh temannya yang paling kecil diantara mereka berenam.
"Sembarangan lo ya Vin, lo jangan body shaming dong, walaupun kecil begini otot gua gede juga yaa asal lo tau" Jawab Zayyan tidak Terima.
"Apa iya? Coba tengok paling juga paling kecil diantara kita disini" Timpal Leo semakin menggoda sahabat kecilnya ini.
"Yakhh Leo, berani lo ngejek gue" Balas Zayyan sambil berjinjit memelintir leher Leo dengan lengan kecilnya, Leo hanya terkekeh pasrah dengan aksi Zayyan yang memelintir lehernya.
Temannya hanya tertawa melihat aksi dua sahabat itu, memang menggoda Zayyan adalah hal yang paling menyenangkan, melihat wajah kesalnya adalah sebuah hiburan bagi mereka.
Lain halnya dengan Sing yang menatap iri kedekatan Leo dan Zayyan, Leo seakan memiliki tempat istimewa sebagai teman Zayyan, untuk pertama kalinya dia menyesal terlambat mengenal seseorang dalam hidupnya.
====
Sekarang seluruh murid 11 IPA 2 sudah berkumpul di lapangan, sebelum memulai olahraga semua murid diwajibkan untuk melakukan pemanasan kemudian dilanjutkan melakukan olahraga sit up sebagai pengambilan nilai harian.
Untuk pasangan sit up nya sudah ditentukan secara acak oleh guru olahraga mereka dan secara kebetulan Zayyan berpasangan dengan Sing, membuat Leo iri menatapnya, padahal dia sudah berencana untuk berpasangan dengan Zayyan tapi ternyata malah ditentukan secara acak oleh guru mereka.
Berbeda dengan Sing yang merasa senang dengan hal itu, dia seperti diberi kesempatan untuk lebih dekat dengan Zayyan.
Sedangkan Leo berpasangan dengan Lex, mereka berada tepat disebelah matras Zayyan dan Sing.
"Siapa duluan? " Tanya Lex kepada Leo yang cemberut menatap Zayyan yang sudah memulai sit up dengan Sing yang menahan kakinya.
"Lo aja" Jawab Leo singkat.
Entah kenapa Lex seperti bisa merasakan hawa persaingan yang terkobar secara tak kasat mata antara Sing dan Leo yang bersebelahan.
"Lo kenapa Leo? Cemberut ajaa" Tanya Zayyan heran menatap wajah cemberut Leo didepannya yang sedang menahan kaki Lex yang sedang sit up dimatras sebelahnya.
Leo hanya diam, mengalihkan tatapannya dari Zayyan, dia juga tidak tau kenapa dia harus merasa tidak suka melihat Sing yang seperti tertarik untuk mendekati Zayyan, mungkin orang lain tidak menyadari nya, tapi Leo sering menangkap Sing yang diam-diam memerhatikan Zayyan, dia bisa lihat tatapan ketertarikan dimata Sing ketika melihat Zayyan, tatapan yang sama dengannya saat dia pertama kali bertemu Zayyan dan mendekatinya hingga mereka menjadi dekat seperti sekarang.
Melihat Leo yang tidak menanggapi pertanyaannya membuat Zayyan heran, hal apa lagi yang membuat mood sahabatnya menjadi buruk seketika, padahal ketika berada diruang ganti tadi dia masih terlihat baik-baik saja.
Sedari awal Sing sudah menyadarinya, dia tau Leo tidak suka dengan kedekatannya bersama Zayyan, bahkan sejak awal Zayyan yang sering mengajaknya untuk pergi ke kantin bersama, Leo selalu terlihat acuh padanya, seperti menunjukkan secara jelas bahwa dia tidak suka kehadirannya ditengah mereka, padahal temannya yang lain seperti Wain, Lex dan Davin selalu menyambut hangat kehadirannya.
Tapi Sing tidak peduli dengan semua itu, lagipula dia hanya ingin mendekati Zayyan, selagi bukan Zayyan yang membencinya dan meminta untuk menjauhinya, maka dia akan terus berusaha untuk mendekati Zayyan, selebihnya dia tidak akan peduli.
Jangan lupa Vote dan komen
To be continued.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Pergi •Zayyan Story• END
FanfictionSiapa yang menyangka bahwa senyum ceria yang selalu ia tampakkan kepada dunia adalah caranya menyembunyikan luka yang terpendam di hatinya. Dia adalah Zayyan, sang mentari bagi mereka... Dia adalah Zayyan, pemilik senyum yang memancarkan kehangatan...