3

382 50 3
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Sing langsung berlalu pulang kerumahnya yang hanya dia sendiri penghuninya, rumah peninggalan mamanya yang meninggal 10 tahun lalu saat dia berumur 7 tahun.

Dia sengaja kembali ke tanah kelahiran mamanya, padahal sebelumnya setelah kepergian mamanya, dia dan papanya langsung kembali ke Hongkong selain karena ingin mengobati hati mereka yang selalu terbayang akan wanita terkasihnya, tapi juga karena bisnis papanya yang berpusat di Hongkong sedang ada masalah, karena memang selama beberapa bulan sebelumnya papanya sibuk merawat mamanya yang menderita penyakit kanker sampai membuat dia cukup abai dengan perusahaan nya, tapi kondisi itu malah dimanfaatkan orang jahat untuk menerobos keamanan software perusahaannya.

Dan setelah 10 tahun berlalu semenjak kepergian mamanya sekarang dia kembali lagi kerumah yang menjadi gudang kenangan kebersamaan keluarga mereka, dia ingin berdamai dengan kepergian mamanya dengan memeluk erat kenangan itu, tapi papanya tidak bisa ikut kembali kesini karena kesibukannya, dia hanya akan mengunjunginya jika pekerjaan disana tidak terlalu padat.

Itulah hal yang paling Sing syukuri saat ini, Setidaknya papanya selalu bersamanya dan mendukungnya, papanya tidak pernah berubah saat masih ada mama ataupun setelah kepergian mamanya.

Dan sifat Sing yang dingin memang sedari dulu seperti itu walaupun kepergian mamanya juga sedikit merubahnya menjadi lebih dingin, tapi dia sudah berdamai dengan semua itu, sifat Sing yang dingin hanya karena memang tidak ada hal menarik yang tampak spesial baginya, dan mungkin juga karena sudah terbiasa membatasi diri dalam bersosialisasi membuat hatinya yang terbiasa sepi, tidak tertarik untuk berinteraksi lebih dengan orang lain.

Saat dia membuka pintu kamarnya, wangi mint langsung menyeruak memenuhi penciumannya, dia menggantungkan tasnya di gantungan samping lemari, kemudian dia berjalan membuka pintu balkon kamarnya di lantai 2, dia menatap suasana disekitar rumahnya, sudah banyak berubah, bahkan rumah tepat di samping rumahnya juga adalah bangunan baru yang ketika dia tinggal disini belum ada, balkon kamarnya juga berhadapan langsung dengan balkon kamar rumah disebelahnya.

Setelah puas memperhatikan keadaan sekitarnya, Sing kembali memasuki kamarnya, dia ingin mandi terlebih dahulu sambil menunggu makanan yang sempat dia pesan secara online tadi.

====

Sama halnya dengan Zayyan yang baru saja memasuki rumahnya, sekarang sudah jam 8 malam, tadi dia sempat pergi bermain kerumah Leo karena dipaksa oleh si tuan rumah.

Sepanjang langkah Zayyan hanya diisi oleh kesunyian, rumah yang dulunya terasa hangat, sekarang hanya diisi dengan kehampaan dan kekosongan bahkan tak jarang banyak luka yang hadir didalamnya, keadaan yang tidak pernah ada dalam bayangannya, tapi semua itu terjadi karena ulahnya.

Setiap waktu yang dia habiskan dirumah ini semenjak kepergian mamanya, bagaikan pisau yang mengiris hatinya, semuanya selalu mengingatkan Zayyan akan dosanya, yang menyebabkan kepergian wanita kesayangannya, sampai sekarang Zayyan tidak pernah bisa memaafkan dirinya begitu pula dengan papanya yang selalu menatap dingin dirinya.

Kepergian mamanya benar-benar mengubah banyak hal, papanya yang dulu selalu menyempatkan waktu untuk keluarga kecilnya bahkan sesibuk apapun dia, sekarang sudah sangat jarang tampak dirumah ini.

Begitu pula dengan sikap papanya yang dingin kepadanya, sekalinya papa bicara kepadanya hanya untuk menuntut kesempurnaan nilai akademiknya, impian yang dulu tertanam sejak kecil sekarang terkubur tak memiliki harapan untuk tumbuh.

Ya Zayyan sudah tidak pernah bermain piano lagi semenjak terakhir kali papanya menamparnya karena memainkan piano mamanya, papanya juga menentang mimpinya untuk menjadi Pianist, dia tidak tau alasan apa yang membuat papanya kembali menentang mimpinya, dia juga tidak berani mempertanyakannya, dia selalu menuruti apa yang papanya tetapkan untuknya termasuk mengubur mimpinya, karena pembunuh sepertinya tidak pantas menuntut hak lebih, Zayyan sadar itu adalah bayaran dari dosanya walaupun semuanya belumlah cukup.

Selain itu papanya juga selalu berbicara dengannya seakan dia bukanlah bagian dari hidupnya, dia selalu berbicara seakan dia adalah orang lain bagi Zayyan, dan Zayyan sadar semuanya itu adalah karenanya yang membuat wanita terkasihnya pergi, sebagaimana papa yang menganggapnya pembunuh,maka begitulah juga Zayyan menganggap dirinya.

Ada kalanya Zayyan ingin mengakhiri hidupnya tapi semua tertahan begitu mengingat pengorbanan mamanya untuknya, dia tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan mamanya, tapi apakah dia masih sanggup bertahan dengan luka yang kian dalam setiap waktunya?.

====

Zayyan terbangun dengan nafas yang terputus-putus, dengan tergesa-gesa dia meraba laci meja belajarnya kemudian mengambil dua butir obat yang sudah biasa dia konsumsi kemudian menelannya.

Mimpi itu menghampirinya lagi, mimpi yang selalu menghantuinya setiap mata dia terlelap ditengah gelapnya malam, itulah kenapa dia tidak ingin tidur di malam hari dan menggantinya ketika pagi hari disekolah.

Padahal tadi dia hanya sedang belajar untuk pelajaran besok, tapi ternyata tanpa sadar dia tertidur sehingga membuatnya kembali dihantui oleh mimpi yang seakan menekankan Zayyan untuk selalu mengingatnya.

Zayyan memang terbiasa mengisi malamnya untuk belajar karena memang dia cukup sulit memahami pelajaran disekolah, makanya dia harus mempelajarinya dahulu agar ketika guru mulai menerangkan dia sudah bisa menyerap pelajarannya, dan ketika kepalanya sudah hampir pecah memahami materi pelajaran, maka dia biasanya akan ke balkon kamarnya, menghabiskan waktu untuk melamun disana sambil menunggu malam berlalu.

Setelah merasa lumayan tenang, Zayyan akhirnya berdiri dan berjalan menuju balkon kamarnya, menatap langit malam dengan keputus-asaan, terkadang dia ingin menyerah dengan hidupnya, dia juga ingin mengeluh dengan rasa sakit yang menggerogoti hatinya, tapi apakah pantas pembunuh sepertinya untuk mengeluh?

Tanpa Zayyan sadari diseberang balkon kamarnya, tampak seorang laki-laki tinggi tegap menatap Zayyan yang sedang menatap langit dengan keputus-asaannya.

Awalnya Sing ingin menutup jendela balkonnya, dia terbangun karena terganggu dengan semilir angin yang menerbangkan tirai balkon kamarnya, dan ketika dia ingin menutup jendela itu, tanpa sengaja matanya menatap pemandangan indah di seberang sana, wajah manis seseorang dengan pantulan sinar rembulan, membuatnya terbuai untuk terus menatapnya sampai dia menyadari akan luka yang tersimpan dibalik tatapan keputus-asaan itu.

Melihat Zayyan yang merenung menatap bulan dengan pandangan keputus-asaan ditengah sunyinya malam, membuat Zayyan terlihat berbeda dengan Zayyan yang selalu tampak ceria ketika berada di sekolah, dia seperti orang yang sama dengan dua kepribadian yang berbeda.

Begitu sempurnanya dia menutupi lukanya sampai orang lain mengira bahwa hidupnya baik-baik saja.

Sepanjang malam Sing berdiri di pintu balkonnya menatap orang diseberang sana, seakan menemani kesendirian Zayyan ditengah sunyinya malam, walaupun dia tau bahwa kehadirannya tidak disadari oleh orang yang ditatapnya.













To be continued.....

Izinkan Aku Pergi •Zayyan Story• ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang