18. Hilang.

186 53 12
                                    

Gito menggerutu saat mendengar notifikasi dari ponselnya yang mengganggu alur pikirannya saat sedang memancing. Ya, sebenarnya ada baiknya juga notifikasi itu memberhentikan pikiran nya karena Gito sudah membayangkan hal-hal buruk akan terjadi pada hubungan nya. 

Gito pun segera mengecheck handphone nya dan mendapati chat dari teman sekelasnya.

Setelah chat singkat itupun Gito kembali fokus pada pancingan nya mengingat ya memang benar, sedikit lagi akan ada prakter berjualan di mata pelajaran prakarya nya, tapi kalau boleh jujur ia tidak mau melakukan apa-apa sekarang selain mancing, pik...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah chat singkat itupun Gito kembali fokus pada pancingan nya mengingat ya memang benar, sedikit lagi akan ada prakter berjualan di mata pelajaran prakarya nya, tapi kalau boleh jujur ia tidak mau melakukan apa-apa sekarang selain mancing, pikiran nya begitu kacau. 'Semoga rasa ga enak ini cepet ilang' Doa Gito pelan dalam hatinya.

Pukul 16.17

Gito datang sedikit terlambat ke cafe yang sudah , dengan raut wajah yang masih menunjukkan sisa kelelahan mentalnya. Chika sudah menunggu di salah satu meja pojok, dengan seragam sekolahnya masih rapi meski terlihat seperti habis di ceraikan 10 kali.

"Gito" Panggil Chika pada Gito yang terlihat linglung.

Gito duduk di depannya tanpa banyak bicara, meletakkan tasnya di kursi. "Sorry telat. Tadi ada urusan dikit."

Chika menggangguk pelan menjawab 'aman aja bre' dengan gaya jamet nya itu. "Tapi lo bawa laptop kan To?" Lanjut Chika bertanya.

"Bawa kok, kata Pak Heru gimana proposal nya?" 

Chika mengangkat bahunya sambil memainkan bolpoin di tangannya. "Ya, biasa aja. Pak Heru cuma bilang deadline-nya minggu depan. Tapi kalau kita kelarin sekarang, kan enak, nggak keburu-buru."

Gito mengangguk pelan, membuka tasnya untuk mengeluarkan laptop. "Iya, bener. Gue juga nggak mau numpuk kerjaan. Lo udah bikin draf awal, kan?"

Chika menyodorkan beberapa kertas yang penuh dengan tulisan tangan. "Ini. Gue udah bikin poin-poin yang penting. Lo tinggal tambahin bagian yang lo mau tanggung jawab."

Gito menerima kertas itu dan mulai membaca. "Anjay, ini lo yang ngerjain? Rapi banget. Gue kira lo bakal asal-asalan."

Chika tertawa kecil, menyilangkan tangan di depan dada. "Ya kali gue asal. Gue nggak mau kena omel Pak Heru, apalagi kalau sampe kelompok kita yang kena nilai jelek."

Mereka pun tertawa sedikit mengingat betapa galak nya Pak Heru kalau ada yang mengerjakan tugas secara asal-asalan. Chika pun berpikir sedikit sebelum akhirnya menanyakan pada Gito, "Tadi lo bolos kenapa jir? Udah rapih gitu, bawa laptop lagi tapi malah bolos." Tanya Chika

"Ada lah, kepo deh lo" Jawab Gito singkat 

"Iye dah si paling misterius," Jawab Chika 

Chika nyender ke kursi sambil nyorongin bolpoin ke arah Gito. "Tapi sumpah, lo tuh cocok jadi side quest NPC. Muncul random, ngomong dikit, terus kabur. Bolos, rapih, bawa laptop pula. Aneh banget kombinasi lo."

Masa Sekolah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang