#sepuluh

361 58 8
                                    

Hah.. hah.. hah..

Deru nafas terdengar gusar dan tersengal-sengal, rambut blonde yang ia ikat bergerak acak seirama tubuhnya yang berlarian ke sembarang arah. Langit berganti gelap namun si gadis enggan untuk sekedar mengistirahatkan kedua kakinya yang sedari tadi melangkah lebar dan semakin tergesa.

"P-Permisi, apa kau pernah melihat gadis ini?"

"Tidak pernah"

"Terimakasih"

"Permisi Nyonya, apa kau pernah melihat gadis ini?"

"Maaf"

"Terimakasih.." Ia membungkukkan tubuhnya, mengedarkan pandangan dan kembali berjalan ke segala arah.

Ponsel dalam genggamannya menunjukkan foto seorang gadis belia cantik yang tak lain adalah adik kandungnya.
Rami seharian ini mencari keberadaan Canny, setelah kemarin mendapatkan kabar bahwa adiknya hilang beberapa saat setelah keluar dari gerbang sekolah.

"Aku ingin melaporkan kehilangan, adikku hilang tapi beberapa temannya bilang bahwa ada beberapa pria yang membawanya pergi"

"Kau yakin dia hilang? Bisa saja dia memang sengaja pergi dari rumah"

"Apa??"

"Saat ini banyak sekali kasus gadis remaja yang pergi dari rumah karena tak tahan dengan tekanan keluarga. Kau yakin adikmu bukan salah satunya?" Si gadis menatap geram pada dua orang pria berseragam yang bertugas untuk menjaga keamanan dan membantu masyarakat namun nyatanya malah mempersulit keadaan.

"Tunggulah 24 jam, jika adikmu tak kembali, kau bisa membuat laporan!"

"Aku akan mencarinya sendiri! Terimakasih atas kerjasama kalian!"  Ia pergi berlari meninggalkan kantor polisi yang menurutnya tidak dapat membantu apapun dan malah membuang waktu, Omong kosong!

"Canny, kau dimana sayang?" Lirihnya seraya menatap ke arah langit gelap dengan kedua mata yang memanas.

Si gadis berada di tengah-tengah keramaian, hiruk-pikuk sibuk ibu kota tak sedikitpun menunjukkan rasa peduli dan iba, mereka malah memberikan tatapan aneh dan berbisik tak jelas di sekitarnya. Kedua matanya terpejam dan setetes air mata melesak dari balik kelopaknya yang tertutup.

"Mengapa seperti ini?"

"Appa— Maaf aku gagal menjaga adik kecilku"

~~~

Rami berjalan gontai memasuki rumahnya, waktu menunjukkan pukul 10 malam dan ia rasa Rose telah tertidur di kamarnya. Lampu rumah ia biarkan gelap,  gadis itu berjalan ke arah dapur, mengambil segelas air dan meneguknya habis, berharap bisa mengurangi perasaan sesaknya saat ini.

Takk!

Ia menaruh gelas tersebut dengan sedikit hentakan, kepalanya tertunduk dalam dengan tangan kiri yang menutup wajah. Rami menangis meski tak mengeluarkan isakan pedihnya, di gelapnya malam, di temaramnya lampu ruangan, gadis itu menumpahkan segala yang ia pendam.

Pundak tegapnya mulai merosot lemas di iringi dengan tubuh yang meluruh di balik meja makan. Rami terduduk dengan kedua lutut yang menekuk, menyembunyikan air mata dan rupa nya yang berbalut lara.

Grep!

"Rami.."

Ruka menyentuh pundak bergetar sahabatnya, menatapnya iba dan juga merasakan sakit yang sama. Rami tak mengangkat wajah namun ia malah mengeluarkan isakan perihnya membuat Ruka dengan cepat memeluknya.

Babymonster RamYeon || Second Chance or Choice?? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang