[prolog.] jaehan dan jihan

105 16 4
                                    

junghwan yang baru selesai memanggang kukis untuk ia suguhkan kepada kedua anaknya sore ini terdistrak oleh suara gedubrak keras.

tentu saja buru buru ia lepas semua atribut memasak nya dan berlari segera ke tempat suara berasal, dan untuk mendapati kedua anak kembar nya ini sama sama usap kepalanya, tanda bahwa kedua nya baru saja terbentur sesuatu.

"astaga, sayang..." junghwan raih lengan keduanya bersamaan dan ia tuntun kedua anaknya itu untuk duduk di atas sofa.

"coba dadda tanya, ini kalian kenapa?"

jihan menunjuk jaehan cepat, "abang, tuh! dia rebut rebut barang adek duluan!"

"its not yours! adek ambil dari meja kerja daddy!"

junghwan mengerjap bingung, badannya berputar cepat dan matanya mendapati album miliknya dan yoshi yang tergeletak disana.

senyum junghwan terukir lebar, terkekeh ia raih album tebal itu dan di taruh di tengah tengah sofa. sedang kedua anaknya ini sibuk lempar tatapan kesal.

"udah, gak usah berantem..." junghwan bangkit, "dadda ambilin kukis dulu ke dapur, nanti kita makan sama sama sambil lihat album nya, yaa..."

maka begitulah kemudian ketiganya duduk melingkar di atas karpet sambil melihat album yang jihan ambil dari ruang kerja daddy nya, pula mulut kedua anak kembar yang sibuk mengunyah kukis buatan dadda nya.

"dadda, abang mau minta sesuatu, boleh?"

junghwan mengangguk sambil usap pucuk kepala anaknya itu sayang, "boleh, abang."

"abang penasaran, kalau misalnya abang mau dengar cerita about dadda and daddy in past way, dadda keberatan, gak?"

junghwan tersenyum lebar, pipinya bersemu tanda ia salah tingkat, "dadda gak keberatan, kok," dan sisir pelan rambut anaknya itu kebelakang, "tapi sebelumnya, dadda boleh tahu, gak? kenapa bisa kalian berdua masuk keruang kerja nya daddy?"

keduanya mendadak terdiam, pula terlihat bagaimana jihan mulai kunyah kukisnya pelan juga jaehan yang mulai garuk lengannya pelan.

"can anyone please tell me?" junghwan tatap keduanya bergantian, "daddy gak pernah ngunci ruang kerja nya, itu bukan berarti kalian dapat izin masuk ke ruang kerja nya, iya 'kan?"

keduanya masih diam, enggan menjawab.

"dadda mau dengar dulu dari adek," junghwan sampirkan poni rambut jihan pelan, "tadi adek yang paling marah ke abang karena katanya abang ngambil barang adek. jadi, dadda mau dengar dulu dari adek."

jihan angkat wajahnya, bibirnya turun kebawah, "abang have a mission about get an ipad in daddy's workspace, so i follow him and i drop my eyes first to this album."

junghwan mengangguk, lalu beralih tatap jaehan yang menyengir lebar.

"abang, did you forget about the rules?"

"no, i didn't," jaehan majukan bibirnya, "but i want playing game so bad, dadda..."

junghwan menghela nafasnya, "kalian udah kelas dua smp, dan udah tahu aturan nya, dari kapan sampai kapan kalian boleh nyentuh gadget," lalu tetap unjuk senyum kepada keduanya, "setiap sore pukul setengah lima, dirumah ini kita sharing sharing cerita dan lanjut makan malam bersama. terus kalau udah kan gadget kalian langsung dadda kasih, gak pernah dadda tahan tahan, iya 'kan?"

keduanya mengangguk angguk pelan.

"bahkan ada weekend dan tanggal merah yang gadget kalian juga gak dadda tahan sama sekali, benar nggak?"

jaehan dan jihan saling senggol kecil, mengangguk. lalu jaehan mulai mengucap maaf, di ikuti oleh jihan.

junghwan mengangguk, usap sayang kedua anaknya itu dan terima maaf dari mereka. kemudian junghwan berdeham kecil, dan beri sedikit gurauan untuk cairkan suasana tegang sesaat tadi.

lalu, dimulailah cerita tentang awal mula bagaimana ia dan yoshi bisa bertemu.




[knock on our house — prolog]

knock on our house [yoshwan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang