-19 (New)

160 23 11
                                    






******

Kebenaran sudah terungkap. Tidak ada pilihan lain selain Wendy yang harus menghadapi Chanyeol. Ia harus siap dengan semua permintaan pria itu menyangkut Jiyoo.
Ia tahu kalau dirinya yang bersalah disini, sama sekali tidak punya hak menentang apalagi menolak.

"Aku ingin Jiyoo mengganti namanya"Itu ucapan pertama Chanyeol menyambut kehadiran Wendy di dalam ruangan itu.

Itu bukan masalah besar bagi Wendy. Berganti nama bukan berarti Jiyoo bukan lagi putranya kan?

Dia mencoba tenang, ia hanya menunduk lalu sesekali membuang arah pandanganya kesembarangan arah. Dirinya sama sekali tidak berani membalas tatapan Chanyeol yang sudah pasti sedang mengarah padanya.

"Aku mengundangmu datang bukan untuk melihatmu terus menunduk. Wendy katakan sesuatu."Ujar Chanyeol diakhiri dengan decakan kesal, dia meminum teh hangatnya, berharap bisa meminimalisir kekesalannya.

Sementara Wendy yang terpojok pun tak berdaya, saat ini dia hanyalah pendosa yang sedang dihakimi sedangkan Chanyeol, adalah hakim itu sendiri. Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya selain menuruti perkataan pria itu.

Wendy mengangkat wajahnya, tangannya saling bertautan. "Chanyeol-"

"Aku tidak menerima permintaan maaf. Aku tidak bisa mengapunimu"Ujar Chanyeol menegaskan posisinya.

Ia sungguhan tidak bisa menerima tindakan Wendy yang satu ini. Bagaimana bisa wanita itu menyembunyikan Putranya selama ini?

Sorot mata mereka bertemu.
Ada aliran penyesalan yang Wendy bisa rasakan, Chanyeol pun begitu.

"Aku ingin Jiyoo tinggal bersamaku."Tutur Chanyeol dalam sekali tarikan napas. Ia fokus memandang Wendy, menunggu reaksi seperti apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

"Maaf, Aku tidak bisa menyetujuinya. Jiyoo masih terlalu kecil-"

"Wendy. Berikan satu alasan paling logis-"Potong Chanyeol. Ia tampak tidak peduli dengan argumen yang barusan didengarnya, "-Kenapa aku tidak bisa hidup berdampingan dengan anakku sendiri?"

"Aku tidak akan melarangmu bertemu dengan Jiyoo. Kau bisa bertemu dengannya kapapun kau mau, tapi aku mohon jangan bawa Jiyoo pergi."

Mungkinkah ini yang disebut kasih seorang Ibu? Chanyeol tertawa kecil, lalu bagaimana dengannya? Ia juga ingin menunjukkan kasihnya sebagai seorang Ayah.

Ia menatap Wendy dalam diam, pikirannya melayang jauh. Memikirkan suatu rencana paling akhir yang sudah ia siapkan.

Ya. Sepertinya tidak cara lain. Inilah akhirnya.

Chanyeol mendorong sebuah map berwarna cokelat kehadapan Wendy, "Yang aku inginkan Jiyoo tinggal bersamaku. Sepertinya kau sama sekali tidak bisa bekerja sama dengan baik."

"Apa ini?"Wendy membuka map itu.

"Bukankah sudah saatnya kita bercerai?"

Spontan Wendy melihat Chanyeol dengan wajah terkejutnya. "Chanyeol-"

Pria itu tertawa, "Jangan menatapku seolah kau tidak menginginkannya. Aku tahu hal ini yang kau tunggu."Sarkasnya, ia melipat tangannya didepan dada, "Dalam tuntutan perceraian itu aku menuntut hak asuh Jiyoo. Hanya itu"

Hal tersebut tidak boleh terjadi. Wendy memeriksa dokumen yang ada didalam map itu, dan ada satu surat pernyataan yang membuat ia harus menutup mulutnya. Dibalik surat itu ada beberapa foto sebagai bahan pendukung.

Fotonya bersama Sehun.

"Chanyeol apa ini?"Tuntut Wendy yang butuh penjelasan.

"Bukankah sudah jelas? Kau melakukan perselingkuhan. Pengadilan tidak akan memberikan hak asuh anak kepada seorang yang berselingkuh, Wendy."

NO; PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang