-12

463 37 17
                                    




*******

Pukul tiga dini hari, Wendy terbangun dari tidurnya. dia tersentak bangun oleh sesuatu, tiba-tiba saja matanya terbuka. Entah kenapa, otaknya langsung memikirkan seseorang. Apa karena terlampau khawatir?

Karena tak bisa lagi terpejam, Dia memilih menyegarkan pikirannya dengan pergi keluar dan akhirnya berdiri di balkon kamarnya. Angin malam yang cukup kencang kala itu, setidaknya mampu membuat Wendy lebih tenang dari sebelumnya.

Wendy memeluk tubuhnya yang hanya terlapis piyama tidur yang tipis. Sudah hampir tiga kalinya dia menarik nafasnya dalam, tapi nyeri di dada yang dia rasakan tidak kunjung reda.

Dia termenung dalam diam, matanya yang kosong hanya menatap ke depan. Mengamati lampu taman belakang rumahnya yang menyala.

Dan sampai tubuhnya merasakan sesuatu yang hangat menutupi tubuhnya dari belakang. Wendy tersadar dan terkejut.

"Bisa beritahu aku isi kepala kecilmu ini?" Dengan suara seraknya, Chanyeol mengatakan isi hatinya sejak tadi. Awalnya dia ingin menyangkal kalau istrinya dalam kondisi tidak baik-baik saja. Tapi saat mengetahui Wendy pergi dari pelukannya malam ini, pria itu langsung berpikir kalau prediksinya benar. Ada sesuatu yang terjadi.

Pria itu memeluk Wendy dari belakang dengan erat lalu meletakkan dagunya diatas pucuk kepala wanita itu.

"Aku pikir, aku sudah menjadi suami yang baik untukmu. Tapi sepertinya aku salah"

"Chanyeol-"

"Aku bahkan tidak bisa menjadi tempatmu bercerita. Bukankah itu artinya aku masih belum mampu membuatmu percaya pernikahan kita ini?" Chanyeol tersenyum, hidungnya sudah memerah karena terkena angin malam, "Aku sangat iri saat melihat Baekhyun atau Sehun lebih tahu keadaanmu daripada diriku, pria yang setiap malamnya tidur bersamamu"

Kejadian tadi siang saat pernikahan Naeun, masih menjadi beban pikiran Chanyeol. Reaksi Wendy dan Sehun saat bertemu dengan wanita bernama Seulgi itu, menurutnya terlalu... menegangkan?

Apa sebenarnya yang terjadi?

Chanyeol hanya diam karena dipikirnya dengan bersabar, Wendy sendiri akan memberitahunya. Tapi dugaannya salah, Istrinya itu semakin diam dan menyimpan semua kegelisahannya sendiri.

Benar. Wendy seperti kotak musik yang kuncinya disembunyikan. Dan sepertinya, Chanyeol harus mencari kunci itu sendiri.

"Apa aku masih perlu bersabar lebih lama?" Chanyeol mengecup pucuk kepala Wendy dalam, "Kalau memang iya, aku akan menunggu"

Wendy meringis dalam hatinya, dia mulai menyesali segala hal yang dia lakukan sejak awal. Ternyata membawa Chanyeol masuk ke dalam lumpur bersamanya, bukan keputusan yang benar.

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau pasti butuh waktu untuk menceritakan masalahmu padaku"

Walaupun hatinya sakit sekali, Chanyeol berusaha tersenyum. Tidak apa-apa, selama Wendy masih ada di dalam pelukannya, dia akan bersabar.

Chanyeol memutar tubuh Wendy pelan, agar berhadapan dengannya. Benarkan. Saat dia masih bisa melihat sorot mata istrinya yang tenang, Chanyeol merasa bisa menerima semuanya. Pria itu mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Wendy dalam. Hanya dengan cara ini, dia merasa punya kekuasaan untuk memiliki Wendy dalam hidupnya.

Wendy meremas ujung piyamanya, saat ciuman Chanyeol berubah menjadi lumatan kecil. Entah kenapa dia semakin merasa bersalah.

Gadis itu tak kunjung membalas. Dan akhirnya Chanyeol memilih menghentikan ciumannya. Matanya berubah sayu, otaknya berpikir keras. Apa yang sedang dia lakukan salah?

NO; PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang