-20 (New)

278 26 7
                                        






Dua hari.

Waktu yang tersisa dari kesepakatan yang Wendy dan Chanyeol buat waktu itu.

Tiga dari lima hari lalu, mereka menghabiskan waktu seperti keluarga yang semestinya. Sangat harmonis, tidak ada pertangkaran, yang ada hanya tawa Jiyoo yang menjadi saksi betapa mereka bertiga cukup menikmati kebersamaan itu.

Namun, dibalik kebahagiaan yang sebenernya semu itu. Masih ada Wendy dengan perasaannya yang sangat kompleks. Ia tersenyum tapi hatinya seperti teriris. Ia terlihat berbahagia namun tidak bahagia. Ia Menyimpan itu semua sangat rapat.

Serapat persembunyiannya selama ini.

"Jiyoo sudah tidur. Kenapa kau masih disini?"

Wendy terperanjat "Eh..."

Chanyeol bergabung dengan Wendy yang sedang duduk sendirian di depan kamar mereka, termenung memandang deburan ombak yang tidak ada hentinya. Wanita itu tersenyum tipis menyambut sang suami, tangannya mendadak bergetar samar.

"A-ku... Aku belum mengantuk"Jawabnya seadanya.

"Kau yakin?"

"Chanyeol-"

"Bukan untuk menghindar?"Tanya Chanyeol lugas.

Kebersamaan mereka yang bisa dibilang cukup damai itu, tentu saja dianggap janggal oleh seorang Park Chanyeol. Ia memandang Wendy dari samping, salah satu alisnya naik. "Kau memainkan peranmu dengan cukup baik. Jiyoo beruntung memiliki Ibu sepertimu"

Kalimat sarkasme yang pastinya mudah dipahami siapapun.

Wendy mengalihkan pandangannya ke depan, nyalinya menciut. Padahal jarak duduk mereka cukup jauh, tapi gadis itu masih takut kalau Chanyeol akan mendengar suara debaran jantung miliknya.

"Bukankah ini yang kau inginkan? Aku sedang menempati janjiku"Ujar Wendy pelan.

"Yang kuinginkan?"Chanyeol tertawa setelahnya, ia ikut melihat ke depan lalu melipat kakinya. Baru beberapa menit ia duduk dengan angin malam yang cukup dingin itu, berhasil membuat hidungnya memerah. Bagaimana Wendy yang sudah duduk di sana selama hampir satu jam.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Waktu kita hanya tersisa beberapa hari lagi. Katakan sebelum kau akhirnya menyesal"

Sepertinya Chanyeol akhirnya berhasil mengetahui alasan kenapa Wendy termenung malam itu.

"Aku tahu ada banyak hal yang sedang kau pikirkan saat ini. Tapi Wendy-"

Chanyeol menoleh begitupun Wendy. Mereka memandang dalam suasana dingin namun rindu.

"-Kau seharusnya sudah tahu kalau aku bisa melakukan apapun yang kau minta. Jadi katakan apa yang kau ingin aku lakukan sebagai Ayah Jiyoo dan juga Suami-mu"

Benar. Apapun yang diinginkan Wendy akan segera ia dapatkan jika Chanyeol sudah mengabulkannya.

Apapun itu.

Jika dulu, Wendy akan tersenyum bahagia setiap kali Chanyeol memberikan segalanya.
Tapi kali ini, hanya ada air mata yang tiba-tiba menetes dari pelupuk matanya.

Ia merasa sedang dalam perjalanan akhir hidupnya. Seperti Tuhan yang sedang memberikan kesempatan untuk membuat wasiat.
Benarkah begitu?

"Chanyeol-"Suara Wendy terputus, jantungnya berdebar ditatap begitu dalam oleh Chanyeol.

"-Bisakah..."

"Bisakah kau memaafkanku?"

Chanyeol memejamkan matanya seketika, napas berat berhembus kencang. Terlihat sekali ia sama sekali tidak menyukai kalimat Wendy barusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NO; PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang