-18 (part 2)

551 57 8
                                    





******

Wendy tidak pernah menduga kalau Jiyoo bisa beradapatasi secepat ini. Dia pikir anak kesayangnnya itu butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa mengenal dan bersahabat dengan lingkungan baru.

Bahkan, bisa di bilang Jiyoo lebih terkenal daripada ibunya. Mulai dari satpam, cleaning service bahkan beberapa kurir pesan antar yang bekerja di gedung apartment itu, mereka semua mengenal Jiyoo.

Pribadinya yang ramah dan mudah bergaul, membuat Jiyoo selalu menyapa setiap orang yang sering dilihatnya.

Hal ini menjadikan perasaan Wendy sedikit lebih lega. Salah satu kekhawatirannya kini hilang.

Seperti saat ini. Saat Jiyoo bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya melihat seorang satpam menolong kuncing yang terjebak di dalam sebuah box saat dia baru kembali dari supermarket bersama Baekhyun tadi.

"Kucingnya terluka Mom, lalu uncle Kim memberikan obat padanya. Jiyoo ingin membawanya pulang tapi kata Uncle Baekhyun, Jiyoo belum pandai merawatnya"

"Jiyoo ingin memelihara kucing?"

Jiyoo mengangguk, raut wajahnya masih sedih karena merasa kasihan terhadap kucing yang tadi dia lihat. "Iya Mom. Apa boleh?"

"Kalau Jiyoo mau. Kenapa tidak boleh?"

"Yes! Jiyoo sayang Mommy"

Kaki-kaki kecil Jiyoo berhentak diatas lantai, anak kecil itu melompat karena sangat senang. Ia memeluk ibunya erat. "Mommy ayo telfon Daddy, Jiyoo ingin memberitahu Daddy kalau Jiyoo akan mendapatkan teman baru"

"Daddy sedang berada di pesawat sayang. Nanti setelah Daddy sudah sampai ya"

"Oke Mommy" Dia mencium pipi Ibunya dalam. "Jiyoo ingin tidur. Good night"

"Selamat malam, sayang"

Jiyoo pergi menuju kamarnya, langkahnya melayang-layang. Dia pasti sangat bahagia saat ini. Melihat tingkah pria kecilnya, Wendy tersenyum lebar. Apapun akan dia lakukan agar Jiyoo bahagia.

"Kenapa kau tersenyum seperti orang gila?"

Baekhyun datang, pria itu baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah. Dia menggosok kepalanya menggunakan handuk kecil, lalu duduk disebelah Wendy diatas sofa.

"Kau akan menginap?"

"Iya. Besok pagi aku ingin mengajak Jiyoo pergi berolahraga"

"Ah. begitu"Wendy mengangguk kecil, "Besok aku akan pergi ke rumah sakit"

Baekhyun mengangguk paham lalu, dirinya tampak ragu akan suatu hal, "Pergilah.Oh ya-"

"Baekhyun." Wendy menggigit bibir bawahnya. Teringat kejadian dua hari lalu hampir membuatnya tidak tidur sama sekali terus membayanginya.
Suaranya yang ragu itu mengundang Baekhyun untuk menoleh.

"Ada apa?"

"Chanyeol menemuiku beberapa hari yang lalu."

Alis kiri Baekhyun terangkat, "Sendirian?"

Sebagai jawaban Wendy mengangguk lemah, sorot matanya kosong kedepan, "Dia marah. Sangat marah. Itu pertama kali aku melihatnya se-marah itu"

"Apa yang terjadi?"

"Dia mempertanyakan siapa Ayah Jiyoo."

Melihat raut wajah Wendy yang amat bimbang, dan melihat situasi saat ini. Baekhyun yakin seratus persen kalau jawaban Wendy pasti kebalikan dari fakta yang ada.

"Kau pasti berbohong padanya kan?"Tanya Baekhyun.

"Ya. Aku berbohong lagi padanya."

"Astaga Wendy. Ini sama sekali bukan jalan keluar. "

NO; PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang