#empatbelas

321 53 16
                                    

Rami dan Canny yang tertidur pulas, secara bersamaan terhenyak dari tidur dan membuka mata lebar dengan nafas yang sama-sama tersengal. Keduanya saling tatap lekat hingga Asa dan Ruka yang kaget berusaha menyadarkan mereka.

"Hey, kalian kenapa?" Tanya Asa seraya mengusap wajah Canny yang bercucuran keringat

"Eomma"

"B-berapa lama lagi kita sampai?" Tanya Rami tak sabar seraya mengedarkan pandangan

"Tenanglah, tak akan lama lagi. Kalian mimpi buruk?" Tanya Ruka mengusap lengan Rami, si gadis tak menjawab, ia menyentuh dada kirinya yang terasa sangat menyesakkan begitupun Canny yang diam dengan kedua mata bergulir resah.

Ckittt..

Mobil mewah tersebut berhenti tepat di depan lobi utama Rumah Sakit, pintu terbuka membuat Rami, Canny dan Ruka dengan cepat turun terkecuali Asa.

"Kalian duluan saja, aku masih ada urusan penting"

"Terimakasih banyak Asa" Bungkuk Rami kemudian menarik Canny dan Ruka untuk masuk ke dalam Rumah Sakit.

Canny meremas genggaman tangannya pada tangan Rami, entah apa penyebabnya ia merasa sangat takut dan kesakitan. Ruka menatap bingung kedua gadis Shin namun enggan bertanya dan tetap fokus pada langkah mereka.

Rami memicingkan mata melihat Rora dan Pharita yang bangkit dari tempat duduknya, ia mempercepat langkah saat melihat Dokter Han keluar dari ruangan sang ibu. Jantungnya berpacu cepat, Rami menggelengkan kepala mengusir pikiran buruknya.

"Dimana Eomma?" Tanya Canny, Rami menatap lekat wajah dokter pria yang kini menatap sayu ke arahnya.

"Andwae.. Andwae.." Pekiknya dalam hati

"Maafkan aku, Nyonya Rose tidak terselamatkan"

Deg!

Tubuhnya mematung di tempat dengan rasa linu yang menjalar ke setiap otot dan pembuluh darahnya. Jantungnya terasa di remas kuat dan hancur seketika, Rami kehilangan separuh kesadarannya, kedua matanya membayang kala melihat sang adik yang meraung pilu kemudian tak sadarkan diri di pelukan Ruka, tangannya terangkat mencari tumpuan.

Aurora dengan sigap menahan tubuh kekasihnya, Rora menangis perih mendengar ucapan sang dokter. Isakan pilu para gadis di sana terdengar sangat jauh dari pendengaran Rami, gadis itu menundukkan kepalanya yang terasa sangat berat dan tiba-tiba semuanya gelap.

"R-Rami hiks.."

"Bawa keduanya ke dalam ruangan" Titah Dokter Han pada beberapa perawat. Mereka dengan cepat mengangkat tubuh Canny dan Rami, membawanya masuk ke dalam salah satu ruangan yang tak jauh dari sana, Rora pun ikut bersama mereka.

Pharita mendekap tubuh Ruka, keduanya menangis terisak karena kenyataan yang tak di inginkan menjadi kenyataan. Canny telah kembali namun mengapa malah Rose yang pergi?

Dokter Han mengerjapkan kedua matanya, merasakan sakit saat melihat air mata kedua gadis di hadapannya, belum lagi kedua gadis Shin yang tak sadarkan diri. Meski tak saling mengenal dengan baik namun ia tahu pasti bagaimana perjuangan keluarga Rami untuk kesembuhan Rose selama ini.

"Maafkan aku"

"B-bagaimana mungkin dok hiks.." Gumam Ruka

"Jantungnya sudah sangat lemah di tambah tekanan dari beban pikirannya selama ini" Tuturnya lemah, Ruka memejamkan mata, ada penyesalan dalam dirinya saat ini.

Mengapa ia tak pernah memaksa Rami untuk membawa Rose berobat dengan benar? Ia bisa meminta keluarganya untuk membiayai pengobatan dan Ruka yakin keluarganya tak akan menolak.
Rose adalah ibu kedua baginya, ia begitu menyayangi Rose yang juga memberikan kasih sayang tulus padanya.

Babymonster RamYeon || Second Chance or Choice?? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang