1. AWAL MULA

248 13 0
                                    

Akhir-akhir ini setiap sore di kota selalu di guyur hujan gerimis dengan terpaaan angin kecil yang menghunus kulit dingin gadis itu. Liane mengeratkan jaket yang di kenakan berharap suhu tubuhnya bisa lebih menghangat.

Sore ini cukup sedih dan alam juga pasti ikut merasakannya, cobaan apalagi yang harus ia hadapi sekarang? Rasanya tubuhnya hancur dan tidak berdaya untuk menerima semua kekacawan ini.

"Sudahlah lagipula tidak ada gunanya berharap kepada lelaki, bahkan ayah juga orang yang seperti itu." Liane membatin mencoba menguatkan diri sendiri.

Mungkin masa remaja memang rentan untuk sakit hati perihal lelaki, bukankah perselingkuhan sering terjadi di sebuah hubungan kan?

Tidak perlu di jelaskan bagaimana seluk beluk keluarganya yang separuhnya hancur, karena kalian juga pasti tahu rasanya berada di tengah-tengah keluarga baru.

Mari berkenalan lebih lanjut, gadis dengan rambut panjang itu bernama Liane fadellaeva, terlahir di keluarga broken home membuatnya memiliki trust issue terhadap lawan jenis, nanti kalian akan tahu sendiri jika mengikuti kisahnya.

Sekitar dua puluh menit Liane menunggu di halte bus, rombongan geng motor melewat di depannya ia tahu siapa mereka, para berandalan sekolah yang sangat di senangi kaum abg.

Pandangannya terkunci kepada seseorang yang berada paling depan, perawakannya lebih tinggi dan besar daripada yang lain apa mungkin dia ketuanya? oh ya! Terlebih lagi motor Chopper itu terlihat lebih menonjol dari yang lain semakin membuatnya yakin kalau dia pasti ketuanya.

Tak di sangka ternyata orang yang aku tatap itu menatap balik namun sekilas ia langsung memalingkan wajahnya.

"Dia untukmu."

Liane terkejut mendengar suara orang yang menelpon di samping, ia pikir tadi adalah suara hantu.

"Apaan sih bikin kaget saja." Ujarnya kesal.

***

Gerombolan anak motor tadi sekarang sudah berada di base camp tempatnya nongkrong ataupun menumpang tidur.

Lelaki dengan perawakan tegas itu menghembuskan asap rokok nya di udara. Mata elangnya melihat semua orang yang tengah meminum arak, senyum miringnya terukir jelas di wajah tampannya.

"Malem ini gue gak nginap, bokap gue nyuruh pulang." Ucap Setra kepada lelaki yang berada di sampingnya.

"Tumben banget bokap lo nyuruh pulang." Jawab Nick penasaran.

Setra menggeleng "Mungkin mau ngenalin istri barunya." Jawab nya acuh.

"Nikah lagi?" Tanya Nick.

"Maybe." Jawab Setra acuh.

Dia Nick Oliver salah satu sahabat baik Setra, hidupnya tak beda jauh dengan Setra hancur! Atau mungkin lebih hancur. Tidak ada kisah normal di antara mereka semua karena ini adalah perkumpulan orang-orang yang kesepian. Jangan berharap lebih.

"Gak ikut minum lo?" Tanya Setra menatap perkumpulan orang-orang di depannya lalu melirik Nick.

Lelaki itu menggeleng. "Ntar malam aja." Jawab Nick.

"Gue juga bawa beberapa botol alkohol ke rumah." Ucap Setra.

"Lo mau mabok di rumah lagi?" Tanya Nick terkejut.

"Kenapa ekspresi lo begitu? Lo juga tahu kan kalau tiap malam gue selalu mabok." Ujar Setra ketus.

"Terserah lo aja deh asal besok jangan sampe bolos sekolah." Jawabnya acuh.

"Cih! Gue kagak peduli soal sekolah sialan itu." Tampaknya lelaki itu tak suka jika menyinggung perihal sekolahnya.

Setra mengeluarkan ponselnya melihat notif pesan dari ayahnya, dengan malas ia membukanya.

Urat-urat di tangan Setra langsung menonjol menandai bahwa lelaki itu tampak sangat marah, wajahnya merah padam seakan bisa meledak kapan saja.

"Sialan barang-barang gue di apain?' Ucap Serta mengeratkan genggamannya pada ponsel itu.

"Ada apa Tra? Bokap lo kenapa?" Tanya Nick terkejut melihat perubahan emosi Setra.

Tuan gila
Sapu tangan dan barang-barang usang kamu sudah di buang sama mama kamu, dia gak tahu apa-apa jadi jangan marah kepadanya!

"Shit! Dia buang sapu tangan pemberian nenek!" Tanpa pikir panjang lagi dia langsung pergi dari base camp tak lupa ia juga berpamitan kepada orang di sana termasuk Nick.

***

BRAK

Setra membuka kasar pintu rumah itu, suasana hatinya selalu buruk jika bersangkutan dengan neneknya. Baginya tidak ada lagi hal penting di dunia ini kecuali neneknya! Hanya neneknya!

"PAH!" Teriak Setra menggema di seluruh ruangan.

Lelaki paruh baya itu keluar dari kamarnya begitu mendengar kerusuhan yang terjadi di luar.

"Kenapa harus teriak Setra, kamu menakuti mama kamu." Ucap Lio papah kandung Setra.

"Persetan! Dia bukan nyokap gue." Ujar Setra ketus.

"Jaga bicaramu Setra! Papah sudah bilang jangan marah sama mama dia gak tahu apa-apa soal barang rongsok kamu." Ucap Lio tak kalah ketus.

"Rongsok? Papah bilang itu rongsok? Bahkan rongsok itu lebih berharga dari harga diri papah!" Ucap Serta marah.

"Dasar anak tidak tahu untung! Perihal rongsokan saja kamu buat jadi masalah besar! Kamu tidak malu? Harusnya kamu berterimakasih kepada mama mu karena sudah membersihkan kamar kamu yang kotor itu!" Jawab Lio tak kalah marah.

"Gue gak nyuruh istri papah bersihin kamar gue, gue juga gak minta hal itu! Sialan!"

"Barang gue di buang kemana?" Masih dengan nada yang sama Setra bertanya.

"Saya tidak tahu! Barang kamu mung-"

"BARANG GUE DI BUANG KEMANA?!" Potong Setra kalut.

"Papah tidak tahu Setra!" Jawab Lio kesal.

"Bajingan sialan!" Setra berlalu dari hadapan Lio, terlalu memuakan jika terus beradu argumen dengan lalaki gila itu.

***

Untuk pertama kalinya Setra merasa sehampa ini, satu-satunya kenangan dari mendiang neneknya kini sudah tidak ada hanya menyisakan kekosongan di ruangan megah itu.

Sapu tangan itu neneknya sendiri yang buat ketika Setra masih kecil, sapu tangan itu juga yang di pakai neneknya untuk mengobati luka di kaki Setra.

Mata Elang Setra menatap tajam langit mendung itu, ia tak tahu lagi harus berbuat apa pikirannya kalut dan penuh dengan kebencian kepada papahnya termasuk istri barunya itu.

"Tunggu aja gue bales perbuatan lo, cewek sialan." Ucapnya penuh seringai.

Ia memejamkan matanya cukup lama helaan nafasnya tak beraturan, alkohol yang ia minum tadi cukup kuat membuatnya mabuk "Gue bersumpah siapapun lo yang ngambil sapu tangan itu, gue gak akan ngelepasin lo." Ucapnya sebelum kehilangan kesadaran diri.

DUAR

Suara petir terdengar nyaring di tambah hujan deras masih terus berlanjut hingga tengah malam, Liane menatap jendela kamar tidurnya entah kenapa hujan malam ini terasa berbeda, ia merasa merindukan dan menginginkan seseorang tapi entah siapa?

Entah seseorang yang sangat ia impikan ataupun seseorang yang pernah berlabu di hatinya kemarin?

Tanpa berpikir aneh lagi Liane memutuskan untuk tidur, tidak baik bergadang terlalu malam apalagi besok ia harus sekolah.

"Selamat malam diriku, semoga hal-hal baik dan kebahagiaan selalu menyertaiku." Ucapnya sebelum tidur.

Lanjut part 2.

I FOUND YOU BABY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang