7. BAYANGMU

73 9 0
                                    

Ah. Sialan! Hampir saja Setra mengeluarkan amarahnya karena berdebat dengan Dico, jujur di hatinya masih penasaran hal apa yang membuat papahnya menjadi segila ini, trauma apa yang dia alami di masa lalunya?

Ingin sekali Setra bertanya kenapa hidupnya kacau, kenapa hidup papahnya seperti ini? Apa mungkin karena istrinya dulu alias mamahnya? Kalau di pikir-pikir Setra tidak tahu banyak soal wanita itu, ia juga tidak pernah melihatnya langsung.

"Apa kehilangan wanita bisa sampai segila itu?" Gumamnya berdecak kala mengingat Papahnya.

Hari ini Setra bolos karena Dico melarangnya pergi sekolah. Sepertinya pria paruh baya itu tahu kalau di sekolah sedang tidak baik-baik saja yang mungkin akan mengancam keamanan Setra.

Berbeda halnya dengan Nick dan teman Setra yang lain mereka tetap pergi sekolah meskipun hanya setengah hari. Cukup mengisi absen kehadiran lalu pergi membolos di jam pelajaran, kalau ada yang tanya kenapa pihak sekolah tidak pernah mengeluarkan mereka?

Kalian pasti sudah tahu istilah lo punya uang lo punya kuasa. Itu terbukti bahwasanya mereka bukan orang sembarangan, orang tua mereka penyokong dana sekolah itu jadi wajar saja jika mereka cukup di segani.

"Setra udah bisa di hubungi?" Tanya Mark kepada Nick yang tengah menghisap rokoknya.

Nick menggeleng. "Kagak tahu, dari tadi gue telpon juga gak ada jawaban." Jawabnya.

"Om Dico tahu ya kalau Setra sering mabok sama make narkoba di basecamp?" Tanya Mark lagi.

Kali ini Nick berhenti menghisap. "Kalau mabok bokapnya udah tau dari dulu, tapi kalau soal narkoba gue gak tahu." Jawabnya.

"Kalau tahu, kita semua bakal di aduin sama om Dico?" Tanya Mark tersirat ketakutan.

Nick tertawa kecut. "Di aduin ke orang tua kita? Lo lupa Setra siapa?" Jawabnya remeh lalu menghembuskan kepulan asap di atas atap sekolah, matanya menatap seluruh gedung sekolah itu.

"Kagak usah takut, gue gak gak bakal biarin lo di pukulin lagi sama bokap lo, gue jamin!" Ucapnya tanpa melirik Mark.

Hanya Setra dan Nick yang mengetahui rahasia kelam Mark dan hanya mereka bertiga yang saling terbuka satu sama lain atas lukanya. Wajar saja jika Nick ataupun Setra tidak akan membiarkan hal buruk terjadi kepada sohibnya itu.

"Thanks Nick, kali ini gue beneran udah cape." Ucap Mark mengeluarkan rokok dari saku jaketnya.

"Jangan khawatir, ada gue sama Setra." Jawab Nick.

Matanya mendadak seolah terkunci memandang seorang gadis yang berada di bawah pohon, itu adalah tempat dimana Setra menanam mawarnya.

"Shit!" Dengan cepat Nick langsung meninggalkan tempat itu, tampak tergesa dan hal itu membuat Mark menatapnya heran.

"Mau kemana lo? Buru-buru amat?" Tanya Mark menatap Nick yang sudah mulai menjauh.

"Ada urusan." Jawabnya tak terdengar jelas di telinga Mark.

"Apaan sih aneh banget tuh orang." Gumam Mark melanjutkan merokoknya.

Sedangkan di tempat lain Liane asik memandangi bunga berwarna merah itu, pertama kali baginya melihat bunga mawar secantik ini.

"Kenapa bunga secantik ini di tanam di sini? Sayang banget kalau rusak." Gumamnya menyentuh kelopak bunga itu.

Kala tangannya menyentuh bunga itu tiba-tiba ingatannya langsung ketarik di mana saat ia melihat seorang anak kecil di suapi oleh seorang nenek tua. Liane tahu dia siapa, Kenan. Teman masa kecilnya.

Liane ingat di mana saat dirinya melihat Kenan di pukul oleh ayahnya, Liane juga ingat ketika mereka pernah menanam bunga Lili di luar rumah Neneknya.

Pada waktu itu mungkin Liane lah yang paling tahu kondisi Kenan, lelaki kecil itu selalu berlindung di balik punggungnya lalu mengadu jika ayahnya jahat. Lelaki kecil itu selalu memohon agar Liane tetap bermain dengannya.

Namun sayangnya mereka harus berpisah karena Kenan pindah tempat tinggal. Beberapa ingatan itu terasa menyulitkan baginya karena ia belum menepati janjinya untuk menanam bunga kedua setelah bunga Lili.

"Apa kabar sekarang Kenan? Semoga ayah kamu gak jahat lagi, bahagia di tempat baru kamu ya." Ucapnya tanpa terasa menetaskan air matanya. Mendadak ia merindukan teman cengengnya itu.

"Aku ingin bertemu kamu, aku ingin nepatin janji yang dulu." Gumamnya lagi.

"Lo ngapain? Jangan sentuh bunganya nanti rusak." Ucap Nick mengejutkan Liane.

Gadis menengok kebelakang lebih tepatnya kearah Nick. "Ma-maaf aku tadi cuma mau lihat." Jawabnya takut.

Nick berdecak sebal. "Kalau lihat jangan sambil megang, nanti layu." Ucapnya lagi.

Liane mengangguk patuh jujur saja ia takut berhadapan dengan lelaki di depannya, auranya sungguh membuatnya merinding. "Iya, maaf aku gak tahu." Jawabnya lagi.

"Kalau begitu aku permisi dulu." Ucap Liane lagi beranjak pergi dari sana.

"Tunggu!" Liane menghentikan langkahnya.

"Gue mau nitip ini, di kelas gue sekarang ada rajian dadakan." Ucap Nick menyodorkan sebungkus rokok kepada gadis di depannya.

Liane terkejut mendengarnya tentu saja ia juga takut jika membawanya. "Ma-maaf tapi anak sma gak boleh ngerokok." Jawabnya masih takut.

"Makanya gue nitip sama lo, kalau gue ketahuan nanti di panggil guru bk." Jawab Nick tersenyum remeh.

"Ta-tapi aku juga takut." Ucap Liane dengan suara bergetar.

Nick memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah, di saat perempuan lain menatapnya kagum kenapa dia malah menunduk ketakutan? Apa dirinya begitu menyeramkan?

"Kenapa tangan lo bergetar kayak gitu? Lo takut sama gue?" Tanya Nick mensejajarkan tingginya dengan gadis itu. Matanya beradu tatap dengan gadis itu, tampaknya dia habis menangis.

"Lo boleh pergi." Titah Nick tidak tega karena melihat wajah pucat gadis itu.

Liane langsung berlari dari sana meninggalkan lelaki itu sendiri, masa bodoh dengan rokoknya ia juga takut jika terkena rajia.

***

Hari sudah mulai sore sedangkan Liane masih menunggu bus lewat, matanya menelisik jalanan yang terlihat ramai sedangkan kepalanya terus bergemuruh.

Kenapa ingatan tentang Kenan mengganggu pikirannya dan kenapa ia begitu merasa bersalah karena janjinya dulu. Ayolah itu kejadian sudah lampau atau mungkin Kenan sendiri juga sudah melupakannya.

"Bahkan aku sedikit lupa sama wajah Kenan, kenapa dia tiba-tiba muncul di pikiranku?" Ujarnya sembari memegangi kepalanya.

"Dasar! Dia juga gak ngabarin aku dulu waktu pindah rumah kenapa aku sekarang malah memikirkannya?" Lanjutnya bergumam sendiri.

Liane memakai earphone di telinganya, mendengarkan musik favoritnya dengan kencang. Ia terlalu kacau untuk memikirkan teman kecilnya yang hilang entah kemana.

🎵Play mulmed Favorit lesson..

Lanjut part 8..

I FOUND YOU BABY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang