3. GELANG MERAH

478 23 0
                                    

Liane menatap aneh tangannya yang terlihat kemerahan, malam tadi ia dengan jelas bermimpi kalau seseorang memakaikan gelang merah di tangan kirinya.

"Apa aku berhalusinasi? Tapi kenapa rasanya sangat jelas? Mustahil mimpi bisa senyata itu, siapa lelaki tampan itu?" Ujarnya kebingungan.

Liane menatap sebuah lap yang ia temukan di jalan kemarin, lebih tepatnya sapu tangan usang bermotif bunga mawar, sebenernya ia hanya membawa sapu tangan itu untuk mengelap sepatunya yang basah bukan karena menyukainya.

"Sebenarnya kenapa aku membawa lap ini?" Gumamnya melihat dengan seksama ukiran mawar merah, cantik dan begitu memukau.

Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi namun Liane masih betah duduk di pinggir lapangan mengamati para murid yang tengah melakukan ekskul.

Hingga matanya tak sengaja melihat seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan tegas, tampak seperti familiar baginya.

"Itu kan lelaki yang kemarin pakai motor Chopper? Ternyata dia tinggi juga ya." Ujar Liane tersenyum kikuk menatap pemuda jangkung itu.

Tak lama setelahnya seorang lelaki menepuk pundak Liane dari belakang. "Lian aku mau bicara sesuatu sama kamu."

Mendengar suara itu Liane menoleh ke belakang, raut mukanya langsung berubah drastis  ia menatap benci orang di depannya.

"Maaf aku gak punya waktu, aku sibuk." Ucapnya ketus.

"Tapi ini penting Lian, please sekali aja dengerin penjelasanku." Ucap lelaki itu memohon.

Liane menghela nafas kasar. "Gak ada yang perlu di jelasin! Semua udah jelas kalau kamu selingkuh Remon!" Jawab Liane cukup nyaring sehingga beberapa orang di sana menoleh.

"Itu gak benar sayang, Cely bukan pacarku, kemarin kamu cuma salah paham." Ucapnya lagi mencoba meyakinkan.

"Jangan panggil sayang! Lagipula aku udah gak percaya sama kamu lagi." Jawab Liane bersikukuh.

"Kasih aku kesempatan sekali lagi, aku mohon Lian aku sayang banget sama kamu." Kali ini Remon sangat memohon.

Liane mendorong tubuh Remon menjauh darinya, ia tahu kalau lelaki itu hanya ingin memanipulasinya lagi. Cukup kemarin ia memberinya kesempatan terakhir, tetapi lihat lelaki itu kembali berselingkuh dengan wanita lain.

"Alah basi tau gak!" Ketus Liane berlari dari sana.

Remon berlari mengejar Liane ia menarik tangan gadis itu cukup kasar.

"Aw sakit Remon! Lepasin tangan aku sakit!" Gertak Liane merasakan nyeri di pergelangan tangannya.

"Lo ngerasa hebat hah? Lo ngerasa paling cantik di sini? Lo gak lebih dari seorang perempuan tanpa ayah sialan! Lo haus kasih sayang!" Ucap Remon menahan emosi.

"Terus kenapa kalau aku gak punya ayah? Aku bukan anak haram, kamu gak pantas di sebut pria! Omongan kamu aja hina! Dasar lelaki gila!" Sentak Liane berlari pergi dari sana.

"Dasar lelaki gila seenaknya ngatain orang lain." Gerutunya kesal.

Remon memegang kepalanya kacau sepertinya barusan ia salah bicara, matanya menatap kepergian Liane ia yakin gadis itu pasti menangis karena ucapannya barusan.

"Maafin aku Lian, aku gak bermaksud ngomong kayak gitu." Ucapnya merasa bersalah.

Sementara di sisi lain Setra asik sendiri menonton pertunjukan drama di depannya. Decakannya terdengar jelas, sepertinya ia cukup tertarik dengan perkelahian sepasang kekasih itu.

"Dasar bocah labil." Ucap Setra remeh.

***
-Bukit alam mimpi

Liane duduk di atas bukit yang luas penuh dengan hamparan rumput hijau, gaun putihnya masih terpajang cantik di tubuh mungilnya tak lupa seekor kelinci kecil berada di gendongannya.

Sembari menunggu pria menyebalkan tadi ia menikmati angin sepoi-sepoi menerpa kulit wajahnya.

"Entah kenapa aku merasa bahagia sekali, ini seperti bukan mimpi." Ucapnya tersenyum manis sembari memejamkan mata.

"Jangan tersenyum gadis kecil!" Liane membuka kelopak matanya, melihat siapa yang barusan berbicara.

"Kenapa aku gak boleh senyum? Aku jelek?" Tanya Liane menatap pemuda di depannya.

Setra menggeleng. "Bukan, kamu kelihatan cantik kalau sedang senyum dan aku gak menyukainya." Jawabnya membuat wajah Liane merah.

"Kenapa kamu gak menyukaiku? Aku bahkan gak pernah ganggu kamu." Ucap Liane lagi.

"Bukan kayak gitu hanya saja kamu terlalu cantik, aku takut nanti ada orang yang menyukaimu." Jawab Setra lagi.

Liane memalingkan wajahnya malu. "Kapan kamu mau anterin aku pulang? Aku udah puas bermain di sini."

Setra menggeleng. "Mau pulang kemana? Kamu mau ninggalin aku sendiri? Bukannya aku udah bilang kalau kamu milikku?" Ujarnya menatap tajam gadis di depannya.

"Lalu kita bakal di sini selamanya? Kamu gila? Aku mau pulang ke rumah sekarang." Jawab Liane tak suka.

"Antarin aku pulang ya." Ucap Liane memelas menatap Setra penuh harap.

Setra terpukau sejenak melihat kecantikan gadis di depannya, ini gila! Sungguh berada di luar pikirannya. Bagaimana bisa mimpi ini terasa begitu nyata, dan gadis ini juga terasa nyata baginya.

Tanpa di sadari tangannya memegang lembut pipi gadis mungil itu, bahkan ia juga merasakan kulit mulusnya menyentuh tangannya.

"Bisa tutup matamu sebentar gadis kecil?" Suaranya begitu berat sehingga Liane yang mendengarnya pun langsung tersihir.

"Memangnya ada apa?" Tanya Liane kebingungan.

"Tutup saja, hanya sebentar." Ucapnya lagi.

Liane menurut matanya tertutup perlahan lalu ia merasakan bibirnya seperti bersentuhan dengan benda kenyal dan lembut, ia ingin menjauh namun lelaki itu menahan kepalanya dari belakang.

Kini ia sadar ciuman pertamanya sudah di renggut oleh lelaki tidak di kenal ini. Air matanya langsung turun tanpa di minta, meskipun ini mimpi tapi mengapa terasa begitu nyata.

Setra melepaskan bibirnya ia terkejut melihat gadis di depannya mengeluarkan air mata. "Hey kamu kenapa nangis?" Tanya nya kelimpungan.

"Itu ciuman pertamaku kenapa kamu mencurinya? Kamu jahat!" Jawab Liane sesenggukan.

Mendengar itu ia tertawa kecil. "Jadi itu ciuman pertamamu?" Liane mengangguk meskipun tengah menangis.

Setra membawa Liane kedalam pelukannya lalu mengusap pelan pucuk kepalanya. "Jangan nangis lagi,  kamu berikan ciuman pertamamu kepada orang yang tepat." Ucapnya menenangkan sembari menepuk pelan punggungnya.

"Mulai sekarang kamu resmi jadi miliku dan aku milikmu, mengerti?" Bisik Setra tepat di telinga Liane.

Mendengar hal itu jantung Liane berdetak kencang hingga telinganya berdengung lalu ia terbangun dari mimpinya.
__
Liane terbangun kala suara berisik dari luar mengganggu tidurnya. Lalu ingatannya kembali memutar mimpi yang barusan ia alami. Ia menyentuh bibirnya dengan tangan bergetar, jantungnya baik-baik saja dan matanya juga tidak menangis.

Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Mimpi apa yang dia alami barusan dan siapa lelaki yang bilang kalau dia miliknya itu?

"Ini benar-benar gila! Aku udah gila! MAMAH TOLONG AKU, AKU UDAH GILA!" Teriak Liane langsung berlari keluar kamar.

Kali ini ia di kejutkan dengan orang tuanya yang tengah asik bermain monopoli.

"Kamu kebangun? Mau ikut main?" Tanya Anne tersenyum menatap Liane.

Liane menggeleng, padahal ini sudah pukul 1 malam tapi mereka masih belum tidur. "Aku tidur lagi aja." Ucapnya kembali lagi kedalam kamarnya.

Jujur saja ia masih sedikit bergetar dengan mimpinya barusan, aneh dan tak masuk akal. Lelaki tampan itu datang lagi kedalam mimpinya bahkan sekarang ia menciumnya.

Liane menutup mulutnya. "Tenang ini cuma mimpi, ciuman pertamamu gak di curi sama siapapun! Tenang Lian itu cuma mimpi." Ucapnya mencoba menenangkan rasa paniknya.

Lanjut part 4.

I FOUND YOU BABY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang